menuliskan sesuatu yang bernilai seni memang membutuhkan kegalauan di dalamnya. sebab tanpa adanya penyatuan rasa antara penulis dan hati memang susah untuk menuliskan uneg - uneg. ya seperti saya. kebanyakan saya menulis dalam keadaan galau akut. dan jika perasaan hati saya sedang dalam keadaan standar - standar saja, bisa dipastikan otak saya jadi beku, dan saya tidak bisa menulis.
seperti sekarang ini, otak saya beku. tidak ada sesuatu yang bisa mmebuat saya galau. semua adem ayem. hubungan saya dengan pacar juga. hm, saya menginginkan ada luka dalam hubungan saya dan pacar saya untuk menumbuhkan jiwa menulis saya. dan sepertinya itu adalah ide paling konyol yang pernah saya punya. goblok, apakah saya harus mengorbankan pacar yang tidak tahu apa - apa? kok mbulet? ah entahlah... yang pasti datar sekali ini kehidupan saya. hm, intinya adalah saya menginginkan kembali pada bulan Mei kemarin di saat saya benar - benar down karena hubungan gila yang saya lakukan dengan seorang pria. dan saya menghianati pacar saya.
seperti sekarang ini, otak saya beku. tidak ada sesuatu yang bisa mmebuat saya galau. semua adem ayem. hubungan saya dengan pacar juga. hm, saya menginginkan ada luka dalam hubungan saya dan pacar saya untuk menumbuhkan jiwa menulis saya. dan sepertinya itu adalah ide paling konyol yang pernah saya punya. goblok, apakah saya harus mengorbankan pacar yang tidak tahu apa - apa? kok mbulet? ah entahlah... yang pasti datar sekali ini kehidupan saya. hm, intinya adalah saya menginginkan kembali pada bulan Mei kemarin di saat saya benar - benar down karena hubungan gila yang saya lakukan dengan seorang pria. dan saya menghianati pacar saya.
1 komentar:
Saya kira, biarkanlah ide dan inspirasi itu menghampiri dengan sendirinya.... Seperti air, yang biarkanlah mengalir saja...
Ngopi cuk
Post a Comment