April 30, 2013

Perempuan Tanpa Pasangan

kau akan tahu bahwa perempuan tanpa pasangan bukanlah seorang yang tidak bisa mendapatkan pasangan. perempuan tanpa pasangan bukanlah sebuah status yang disengaja, bukan sebuah aib, bukan juga nasib, tapi itu adalah pilihan hidupnya sendiri.

ia hanya ingin mengabdi pada sesuatu selain pasangan. pada cinta yang tidak bisa dia dapatkan kembali mungkin? atau pada anak-anak yang dia lahirkan tanpa bapaknya mungkin? pada orang tuanya mungkin? atau pada waktu yang akan membawanya pada cinta terakhirnya nanti? atau pada kesempatan yang mengizinkannya sendiri tanpa pendampingan? atau....mengabdi pada hal lain?

perempuan tanpa pasangan berdiri dengan banyak definisi. ia mengabdi pada sesuatu yang ia kehendaki. tidak ada batasan. tidak ada aturan untuk menjadi bagian darinya. salah satu perempuan tanpa pasangan di sini adalah aku, tentunya. perempuan konyol yang berani memproklamirkan diri sebagai perempuan tanpa pasangan yang (pura-pura) bahagia, ralat, yang benar-benar bahagia namun diam - diam tetap mendambakan.

dan berikutnya nanti akan ku bagi banyak kisah tentang beberapa gelintir perempuan tanpa pasangan yang ku temui lengkap dengan dunianya masing-masing, dunia yang unik, dunia yang hebat, dunia yang indah, dunia yang tidak dimiliki oleh mereka yang punya pasangan dalam bentuk sebuah cerita pendek.

mereka punya bahagia yang tidak bisa diterjemahkan oleh para manusia yang memiliki pasangan. mereka punya kisah, punya cerita perjuangan yang tidak dimiliki orang lain. jangan pernah menganggap bahwa hidup mereka tidak sempurna karena tidak punya pasangan. ketahuilah, sempurna bukan terletak pada kita punya pasangan atau tidak. tapi sempurna adalah sejauh mana kebahagian muncul dari dalam diri. itu saja.




Read more »

Gersang

"gersang"
"baru saja hujan, gersang dimananya? tanahnya basah"

**

hujan baru saja turun. dia melihat dengan begitu takjubnya seperti seorang anak kecil yang rindu lari-lari di bawahnya. aku melihatnya menendang-nendang pancuran air dari atap rumah. dia seperti ingin menjamah hujan dengan segera. dan sebelum dia terjun ke dalam guyuran hujan, ku tarik lengannya.

"apa yang akan kau lakukan?" tanyaku tiba - tiba.
"aku mau hujan - hujan," jawabnya sambil mengulas senyum. deretan gigi-gigi timunnya terpampang jelas di depan mataku.

sudah ku duga. dia ingin bermain hujan. seperti orang-orang itu.

"jangan!" aku melarangnya.
dia melotot ke arahku. dahinya mengerut.
"kenapa?"
"kau akan sakit"
"enggak!"
"sudah kubilang jangan!" aku berteriak.

jujur. aku sangat tidak menyukai hujan. ada banyak hal menyakitkan yang lahir darinya. dan aku tidak mau laki-laki ini membuka salah satu kenangan itu.

"kau kenapa?" tanyanya tiba - tiba.

rupanya dia menangkap ekspresi sedih dari wajahku. apakah dia tahu tentang apa yang ku pikirkan? aku ingin bilang padanya kalau aku sedang tidak baik-baik saja. namun aku tidak bisa membagi itu dengannya sekarang.

"tidak apa-apa" jawabku asal.



"kau tidak menyukai hujan?" laki-laki ini seperti bisa membaca mataku. bukan aku tidak suka hujan. manusia mana yang tidak suka hujan tiba di saat gersang di beberapa bulan belakangan terasa sangat memuakkan? aku hanya tidak ingin melihat hujan....sekarang.

aku tidak memberikan jawaban. aku hanya menghela napas panjang di depannya kemudian berlalu dari hadapannya. meninggalkan dia dengan beberapa pertanyaan.







"apa istimewanya hujan?" tanyaku tanpa memutar tubuhku.
"hujan??" dia balik bertanya.
"hmmm......."


"hujan adalah surga" balasnya singkat.
"surga?"
"iya"


"apakah ada surga yang gersang?" tanyaku.
"tidak ada"
"kalau begitu kenapa hujan kali ini terlihat gersang?"

"he????"



Read more »