Selingkuh itu menyakitkan bukan ?
Sore itu aku sedang duduk berdua dengan teman kuliahku di salah satu restoran cepat saji di sebuah mall. Sedang asik menikmati segelas besar jus apel tiba-tiba saja Andri, temanku itu memukul-mukul bahuku. menarik-narik kemejaku.
"hm....apa sich Ndri?" tanyaku tanpa mengalihkan mataku dari jus apel yang sedang aku sedot.
"ituuu Dit....itu...." kata Andri sambil menggebrak-gebrak meja. Seketika aku mendongak melihat temanku itu.
"apa sich?" Aku melihat Andri sedang mengamati sesuatu jauh di seberang sana, kepala dan tubuhnya masih berputar sembilan puluh derajat. Karena penasaran akhirnya aku mengikuti dia. Glek. Aku tersedak jus apel. Mataku mendelik tak percaya. Sialan. Umpatku tiba-tiba. Lalu aku ikut menggebrak meja juga.
"Dit, itu Ical kan ?" tanya Andri memastikan. Aku ambil paksa tas selempangku yang tergeletak di kursi sebelahku lalu segera berdiri hendak mendatangi Ical, pacarku dan gandengannya. Namun, ditariknya lenganku oleh Andri.
"jangan Dit!" cegahAndri.
"kenapa Ndri ? tuh cowok sialan banget. Musti aku kasih pelajaran tuh mulut. Ngomongnya tadi mau nganterin nyokapnya belanja, terus batalin acara nonton yang udah aku plan sejak seminggu kemarin. Archhhh pengen aku gampar tuh orang, pengen aku bunuh tuh sekarang" saking gemasnya aku acak-acak sendiri rambutku dan aku menjerit-jerit kesetanan di sana.
"stop. dilihatin banyak orang tuh Dit" Andri cengengesan sambil menarik lengankukarena memperhatikan sekeliling yang mungkin melihatku sebagai gadis yang aneh.
"biarin" aku merengut.
"Ikuti aja yuk Dit" Andri menyarankan. Aku berpikir sebentar, lalu mengangguk.
Aku bisa melihatnya dengan jelas bahwa Ical sedang bersama seorang cewek. Dan sialnya itu cewek lebih tinggi, lebih cakep, lebih seksi dari aku. Aku membatin resah, "jadi selama ini Ical selingkuh?" aku menahan napas, berharap bahwa cewek itu adalah sepupunya, saudaranya, atau keponakannya. Semoga. Namun, pikiran itu buyar saat ku lihat cewek itu bergelayut manja di pelukan Ical. Archhhh. Pranggggg. Pecah hatiku berkeping-keping. Aku diselingkuhin :'(
Mereka masuk ke toko sepatu cewek. Aku memperhatikan dengan seksama. Andri yang berada di sebelahku menggerutu saat harus menguntit mereka di dalam toko baju dalam wanita "Dit, gak ada tempat menguntit yang lebih nyaman dari toko yang isinya baju-baju cewek kaya' gini?" Aku mengacuhkan perkataan Andri dan tetap fokus apa yang sedang aku lihat. Andri melirik kiri-kanan, memperhatikan pelayan toko yang sedang memperhatikan kami juga.
Lalu mereka keluar dengan menenteng satu tas belanjaan. Archh....Ical membelikan sepatu untuk cewek itu. Miris. Aku merasa cemburu. Sedih sekaligus gemes, geregetan dengan Ical. Aku pukul-pukul sendiri telapak tanganku, melakukan pemanasan untuk nanti.
Dan mereka berjalan lagi. Segera ku seret lengan Andri yang masih kebingungan ditanya ini itu oleh pelayan toko yang tadi aku jadikan tempat mengintip. Aku seret paksa Andri untuk naik eskalator. Berlagak seperti seorang detektif, Andri memasang kaca mata hitamnya, sedang aku memakai masker yang biasa aku pakai untuk naik sepeda motor.
Di depan kami mereka tanpa ragu saling cipika-cipiki. Asem....panas hatiku, aku marah. Seumur-umur pacaran dengan Ical gak pernah tuh dia cium-cium aku di depan umum kaya' gitu.
Mereka berbelok ke bioskop. Langkahku terhenti saat melihat poster film yang ingin sekali aku tonton dengan Ical hari ini. Hiks hiks.
"hei, kok berhenti? Yuk masuk..." Suara Andri mengagetkanku, segera diseretnya lenganku untuk masuk ke dalam bioskop. Mereka menghilang. Gawat. Aku celingukan ke kanan-kiri. Mengamati setiap pengunjung yang ada di sana. Dan tiba-tiba saja aku melihat sekilas bayangan Ical dan cewek itu masuk ke studio 3, tempat film yang ingin aku tonton itu diputar. Tanpa basa-basi Andri langsung melesat ke tempat penjualan tiket.
Ruangan itu sudah gelap. Sehingga tak ada yang tahu kedatanganku dan Andri. Aku harus berterimakasih pada Andri, sebab berkat keahliannya dalam bicara aku bisa tahu tempat duduk Ical, dan aku sekarang berhasil duduk tepat di belakang kursi Ical.
Sepanjang film diputar, mereka berdua lengket macam perangko dan amplopnya. Panas. hatiku panas. Ingin sekali aku cakar wajah itu cewek dan gampar itu wajah Ical yang baby face. Wajahnya aja baby, tapi kelakuannya babi.
Dua jam itu begitu lama. Kau tahu bagaimana rasanya saat melihat cowokmu sedang jalan berdua dengan cewek lain, lalu berpelukan, ciuman macam gitu di depan matamu sendiri ? sumpah, aku ingin menangis saat itu juga. Namun Andri melarangku.
Lampu studio sudah menyala kembali. tanpa aba-aba aku menghampiri Ical. Aku bisa melihat kekagetan yang terpancar dari matanya, wajahnya juga. Seketika dia gugup.
"eh, ada Ical....sama siapa yank?" aku berbasa-basi.
"ehm...ini....ini sama...sama saudara..." Ical melirik gusar ke arah cewek yang diam saja, mungkin takut dengan taring gigiku yang telah keluar.
"saudara? sama saudara ciuman ?" tenggorokanku tersedak, air mataku telah menetes tanpa aku minta.
"ehm....." Ical tampak bingung. Dia tak berani menatap mataku.
"kenapa gak berani menatapku Cal? kamu bohong kan? kamu jahat ya Cal, jahat" aku sesenggukan di depannya
"sorry ya Dit....."
"sorry?" plakkkkkk. Aku menampar keras pipi kiri Ical sampai memerah.
"apa-apaan sich Dit?" tanya Ical kesakitan.
"selingkuh kan ? tadi bilangnya mau nganterin nyokap belanja. oh...ini nyokapmu ? jadi muda gini ya Cal?" aku melirik ke arah cewek di samping Ical yang kebingungan.
Ical tampak malu. Sekarang mimik wajahnya berubah. Bukan lagi takut. Aku bisa melihat matanya berkilat, marah. Ical menatap cewek di sebelahnya.
"kita putus Dit" ucap Ical tanpa basa-basi, tiba-tiba yang membuat kepalaku terbalik, membuat perutku mual, dan aku hampir jatuh jika saja Andri tidak mencengkeram lengan kiriku kuat-kuat.
Tanpa kata-kata lain lagi, Ical pergi begitu saja meninggalkanku yang telah jatuh tersungkur ke lantai. Lalu aku menangis histeris di sana. Office boy yang telah berdiri di beberapa meter di depan kami diminta Andri untuk menunggu sebentar.
Dan tak selamanya pacaran bakal lancar-lancar saja, yang nikah saja bisa selingkuh. lantas bagaimana dengan yang masih pacaran??
Sore itu aku sedang duduk berdua dengan teman kuliahku di salah satu restoran cepat saji di sebuah mall. Sedang asik menikmati segelas besar jus apel tiba-tiba saja Andri, temanku itu memukul-mukul bahuku. menarik-narik kemejaku.
"hm....apa sich Ndri?" tanyaku tanpa mengalihkan mataku dari jus apel yang sedang aku sedot.
"ituuu Dit....itu...." kata Andri sambil menggebrak-gebrak meja. Seketika aku mendongak melihat temanku itu.
"apa sich?" Aku melihat Andri sedang mengamati sesuatu jauh di seberang sana, kepala dan tubuhnya masih berputar sembilan puluh derajat. Karena penasaran akhirnya aku mengikuti dia. Glek. Aku tersedak jus apel. Mataku mendelik tak percaya. Sialan. Umpatku tiba-tiba. Lalu aku ikut menggebrak meja juga.
"Dit, itu Ical kan ?" tanya Andri memastikan. Aku ambil paksa tas selempangku yang tergeletak di kursi sebelahku lalu segera berdiri hendak mendatangi Ical, pacarku dan gandengannya. Namun, ditariknya lenganku oleh Andri.
"jangan Dit!" cegahAndri.
"kenapa Ndri ? tuh cowok sialan banget. Musti aku kasih pelajaran tuh mulut. Ngomongnya tadi mau nganterin nyokapnya belanja, terus batalin acara nonton yang udah aku plan sejak seminggu kemarin. Archhhh pengen aku gampar tuh orang, pengen aku bunuh tuh sekarang" saking gemasnya aku acak-acak sendiri rambutku dan aku menjerit-jerit kesetanan di sana.
"stop. dilihatin banyak orang tuh Dit" Andri cengengesan sambil menarik lengankukarena memperhatikan sekeliling yang mungkin melihatku sebagai gadis yang aneh.
"biarin" aku merengut.
"Ikuti aja yuk Dit" Andri menyarankan. Aku berpikir sebentar, lalu mengangguk.
Aku bisa melihatnya dengan jelas bahwa Ical sedang bersama seorang cewek. Dan sialnya itu cewek lebih tinggi, lebih cakep, lebih seksi dari aku. Aku membatin resah, "jadi selama ini Ical selingkuh?" aku menahan napas, berharap bahwa cewek itu adalah sepupunya, saudaranya, atau keponakannya. Semoga. Namun, pikiran itu buyar saat ku lihat cewek itu bergelayut manja di pelukan Ical. Archhhh. Pranggggg. Pecah hatiku berkeping-keping. Aku diselingkuhin :'(
Mereka masuk ke toko sepatu cewek. Aku memperhatikan dengan seksama. Andri yang berada di sebelahku menggerutu saat harus menguntit mereka di dalam toko baju dalam wanita "Dit, gak ada tempat menguntit yang lebih nyaman dari toko yang isinya baju-baju cewek kaya' gini?" Aku mengacuhkan perkataan Andri dan tetap fokus apa yang sedang aku lihat. Andri melirik kiri-kanan, memperhatikan pelayan toko yang sedang memperhatikan kami juga.
Lalu mereka keluar dengan menenteng satu tas belanjaan. Archh....Ical membelikan sepatu untuk cewek itu. Miris. Aku merasa cemburu. Sedih sekaligus gemes, geregetan dengan Ical. Aku pukul-pukul sendiri telapak tanganku, melakukan pemanasan untuk nanti.
Dan mereka berjalan lagi. Segera ku seret lengan Andri yang masih kebingungan ditanya ini itu oleh pelayan toko yang tadi aku jadikan tempat mengintip. Aku seret paksa Andri untuk naik eskalator. Berlagak seperti seorang detektif, Andri memasang kaca mata hitamnya, sedang aku memakai masker yang biasa aku pakai untuk naik sepeda motor.
Di depan kami mereka tanpa ragu saling cipika-cipiki. Asem....panas hatiku, aku marah. Seumur-umur pacaran dengan Ical gak pernah tuh dia cium-cium aku di depan umum kaya' gitu.
Mereka berbelok ke bioskop. Langkahku terhenti saat melihat poster film yang ingin sekali aku tonton dengan Ical hari ini. Hiks hiks.
"hei, kok berhenti? Yuk masuk..." Suara Andri mengagetkanku, segera diseretnya lenganku untuk masuk ke dalam bioskop. Mereka menghilang. Gawat. Aku celingukan ke kanan-kiri. Mengamati setiap pengunjung yang ada di sana. Dan tiba-tiba saja aku melihat sekilas bayangan Ical dan cewek itu masuk ke studio 3, tempat film yang ingin aku tonton itu diputar. Tanpa basa-basi Andri langsung melesat ke tempat penjualan tiket.
Ruangan itu sudah gelap. Sehingga tak ada yang tahu kedatanganku dan Andri. Aku harus berterimakasih pada Andri, sebab berkat keahliannya dalam bicara aku bisa tahu tempat duduk Ical, dan aku sekarang berhasil duduk tepat di belakang kursi Ical.
Sepanjang film diputar, mereka berdua lengket macam perangko dan amplopnya. Panas. hatiku panas. Ingin sekali aku cakar wajah itu cewek dan gampar itu wajah Ical yang baby face. Wajahnya aja baby, tapi kelakuannya babi.
Dua jam itu begitu lama. Kau tahu bagaimana rasanya saat melihat cowokmu sedang jalan berdua dengan cewek lain, lalu berpelukan, ciuman macam gitu di depan matamu sendiri ? sumpah, aku ingin menangis saat itu juga. Namun Andri melarangku.
Lampu studio sudah menyala kembali. tanpa aba-aba aku menghampiri Ical. Aku bisa melihat kekagetan yang terpancar dari matanya, wajahnya juga. Seketika dia gugup.
"eh, ada Ical....sama siapa yank?" aku berbasa-basi.
"ehm...ini....ini sama...sama saudara..." Ical melirik gusar ke arah cewek yang diam saja, mungkin takut dengan taring gigiku yang telah keluar.
"saudara? sama saudara ciuman ?" tenggorokanku tersedak, air mataku telah menetes tanpa aku minta.
"ehm....." Ical tampak bingung. Dia tak berani menatap mataku.
"kenapa gak berani menatapku Cal? kamu bohong kan? kamu jahat ya Cal, jahat" aku sesenggukan di depannya
"sorry ya Dit....."
"sorry?" plakkkkkk. Aku menampar keras pipi kiri Ical sampai memerah.
"apa-apaan sich Dit?" tanya Ical kesakitan.
"selingkuh kan ? tadi bilangnya mau nganterin nyokap belanja. oh...ini nyokapmu ? jadi muda gini ya Cal?" aku melirik ke arah cewek di samping Ical yang kebingungan.
Ical tampak malu. Sekarang mimik wajahnya berubah. Bukan lagi takut. Aku bisa melihat matanya berkilat, marah. Ical menatap cewek di sebelahnya.
"kita putus Dit" ucap Ical tanpa basa-basi, tiba-tiba yang membuat kepalaku terbalik, membuat perutku mual, dan aku hampir jatuh jika saja Andri tidak mencengkeram lengan kiriku kuat-kuat.
Tanpa kata-kata lain lagi, Ical pergi begitu saja meninggalkanku yang telah jatuh tersungkur ke lantai. Lalu aku menangis histeris di sana. Office boy yang telah berdiri di beberapa meter di depan kami diminta Andri untuk menunggu sebentar.
Dan tak selamanya pacaran bakal lancar-lancar saja, yang nikah saja bisa selingkuh. lantas bagaimana dengan yang masih pacaran??
0 komentar:
Post a Comment