Aku bahagia kala itu.
Saat benih - benih rasa menggelontor bebas memasuki celah - celah hati.
Aku luluh.
Jatuh tanpa daya dalam dekap hangat lelaki itu.
Aku tunduk.
Terpaku dalam diam yang menenggelamkan.
Aku menikmatinya.
Aku menikmati permainan gila yang dia sodorkan
Aku terbuai dengan pesona yang dia tebarkan lewat senyum - senyum
dan erat genggam tangan hangatnya.
Aku terjebak dan sulit untuk kembali,
dan bahkan untuk berdiri aku tak mampu lagi.
Masih di tempat yang sama. Kasur berseprei cokelat tua. Ku rebahkan punggungku yang terasa capai. Lalu kemudian ku pejamkan mataku yang mulai berair ditempa angin sore. Aku tidak bisa berhenti memikirkan ini. Kepalaku mendadak pening, berdenyut kecil seperti dipukuli. Sesak, dadaku sesak karena ada banyak rasa sakit yang menyumbat udara yang ingin masuk ke paru – paruku. Aku hendak menangis, namun tenggorokanku seperti tercekat benda maya yang melarangku untuk mengeluarkan air mata.
Andri. Namanya Andri. Lelaki itu Andri. Seseorang yang tiba – tiba menyuguhkan gersang dan hujan dalam waktu bersamaan. Aku menggilainya. Aku merinduinya kala sepinya malam menggerogoti duniaku yang kelam. Aku cintainya kala hitam legam masa depan terampas oleh bulir – bulir cinta yang lama ku dambakan.
Ada kupu – kupu yang selalu hinggap di dalam perutku ketika jari – jarinya meremas milikku yang mungil. Ada sensasi luar biasa yang mendegupkan jantungku sampai membentuk pola tak beraturan di kala matanya menyentuh tepat di bagian paling sensitif dalam tubuhku, hati.Aku tak bisa menahan pesonanya yang keluar seperti pancuran air itu. Aku selalu jatuh, bertekuk lutut tanpa ampun saat di depannya.
Dahagaku akan rasa itu musnah, hamparan padang hampa dan kosong yang sering singgah di hati seketika seperti terhujani semburan oase di gurun pasir. Semilir angin sejuk tiba – tiba membelai dinding hati. Dan ketika aku menyadarinya, ingin sekali ku jadikan ia berbeda. Aku ingin memilikinya.
Namun, sesuatu semacam kutukan jatuh tepat di depan pintu kamarku. Sebuah pembalasan terindah singgah setelah lama ku nantikan. Pembalasan atas pesakitan yang lama ku deritakan pada sang mantan.
Andri adalah karma. Andri adalah jalan menujuku menebus dosa yang ku layangkan pada mantan. Mencintai Andri adalah sebuah garis maya yang Tuhan berikan untuk menghanguskan sisa - sisa dosa masa silam. Sebuah petunjuk bagiku untuk menerima dengan ikhlas atas kesakitanku sekarang. Dan aku akan menunggu sampai borok ini hilang, tetap menunggu meski air mata mengurung tawaku tiap malam. Meski sakit hati menelanjangi bahagiaku beberapa waktu. Aku akan menunggu.
Ini adalah dosa termanis yang pernah aku lakukan. Aku cintai lelaki orang. Aku mendosai diriku sendiri dengan jatuh ke dalam lubang paling hitam di dunia yang lama memberiku kehidupan. Keadaan melarangku untuk menepikan rasaku padanya. Keadaan memintaku untuk tunduk dan pasrah. Keadaan memintaku untuk melepaskan. Namun, rasa cinta terlanjur membabi buta dalam dada. Kalbuku memberontak. Aku tidak bisa berhenti mencintai Andri, bahkan berhenti untuk memikirkan laki - laki itu.
Malam itu ku hempaskan seluruh dahagaku akan canda tawa dan renyah suara seorang pria dalam duniaku. Malam itu ku buka lebar - lebar pintu hatiku untuk mencoba menjadikannya berbeda. Andri, dengan berat hati harus ku katakan bahwa aku gila, aku menggilaimu tiap malam. Semenit pun ketika mataku terjaga aku tidak bisa menghapus bayanganmu yang menari - nari di dalam bola mataku. Tatapan teduh dan mendamaikan darimu telah membuat makhluk ringkih yang selama ini mendiami usangnya hatiku tergerak untuk bangun. Perlahan merangkak dan berdiri untuk menyambangimu setiap waktu. Ndri, dengan lantang harus ku katakan bahwa aku mencintaimu. Aku cinta. Aku cinta kamu.
Salahkah mencintai lelaki milik orang? Jawaban mutlaknya adalah salah. Realitanya adalah salah dan kurang ajar. Siapa yang mau seperti itu? Aku sama sekali tidak ingin jika rasaku berlabuh pada orang yang salah, pada wadah yang seharusnya tidak ditempati Wanita mana yang tahan mencintai orang yang jelas - jelas telah ditakdirkan pada wanita lain?
Lalu, siapakah yang patut disalahkan? Tuhan? tentu saja tidak, Dia adalah Sang Pemilik Cinta. Dialah Sang Pemilik Hati. Dialah Sang Maha Pengatur Segalanya. Lantas, aku kah yang harus disalahkan? Apa aku terlalu gila sampai berani mengobarkan api pada diri sendiri? Konyol. Wanita mana yang menginginkan dirinya tersiksa seperti itu? Tapi aku melakukannya. Aku menikmati kesakitan itu. Aku menikmati pahit yang terus menghujam hati. Aku mencoba melapisi urat maluku dengan segenggam harapan bahwa suatu ketika Andri bakal melihatku yang berdiri terus di sebelahnya selama ini.
Keadaan yang salah. Ya. Ia yang membodohiku dengan kilauan bahagia yang tersamarkan tangis kala malam. Ia yang menjerumuskanku ke dalam noktah bahagia paling hina di dunia. Tapi kenapa juga harus menyalahkan keadaan? keadaan hanya diam. Ia mati dan hanya mengikuti para hati. Ia beku. Ia hanya berlari ketika manusia mengajaknya pergi, ketika manusia membingnya menuju satu titik hati yang ia pilih.
Cinta? Dan bahkan bodoh jika dalam pikiranku harus menyalahkan cinta itu sendiri. Cinta selalu benar. It's the right part here. Ia ciptaan paling murni. Ia suci. hanya para pemainnya saja yang selalu salah membawa kemudi kemana ia seharusnya melangkah. Hanya manusianya saja yang tidak becus mengatur dan menempatkan cinta pada tempatnya. Ya, manusia yang harus introspeksi. Dan di sini adalah aku. Aku yang menaruh hati padanya. Aku yang mencintai lelaki itu. Aku yang bermain - main dengan api itu sendiri. Aku sendiri yang mendorong diri masuk ke dalam jurang menyesatkan. Aku tahu Andri tidak sendiri, tapi aku menutup mata pada itu.
ku sibakkan malu
ku rebahkan perlahan di pembaringan terakhirnya
ku tutup matanya yang merah
ku cintai lelakimu, nona
tanpa ragu ku gadaikan maluku untuk bercumbu
menyerahkan mata yang mengerjap minta didekap
dia mendatangi jalan yang ku bentangkan dengan lebar
dia benamkan sepinya ke dalam pelukku
dan kami menyatu
aku tidak bisa berhenti memasung rasaku untuknya, nona
atau bahkan menjerat kepalaku untuk tidak berlari ke arahnya
aku tidak bisa meninggalkan jejak senyumnya
adakah jalan ketiga meluruskan romansa gila ini?
dia menginginkanku bermalam di hatinya
menemani dahaga yang lama tak dia dapat dari sentuh hatimu
aku geliatkan rindu di bahunya, nona
juga meretaskan genggam - genggam di pelupuk matanya
aku menggilainya, nona
bagaimana perasamu?
aku menjadi ketigamu...
sekat kecil diantaramu dan lelaki kita adalah ruang kami bercinta
ini gila kan, nona?
aku menjadi bagian tergelap dalam gudang belakang rumahmu
melibas logika gila
menaburkan resah yang membumi ketika basah
maafkan aku nona,
aku cintai lelakimu
dia milikmu, tapi dia segalaku
ku cintainya, nona...
Aku mencintainya jauh sebelum aku tahu bahwa dia adalah milik wanita lain. Aku terlambat tahu kenyataan itu. Andri tidak pernah bilang dan tidak pernah menyinggung soal wanitanya dalam lapak burung itu. Dan aku? dan aku tidak pernah bertanya padanya tentang wanitanya. Jadi ku pikir Andri adalah lelaki single. Sekarang, siapa yang harus disalahkan? Andri yang tidak bilang atau aku yang tidak bertanya?
Dan suatu ketika ku pergoki Andri salah mengirim sms padaku. Sms yang seharusnya ia layangkan pada wanitanya terkirim ke nomor hpku. Dan dari situ akhirnya aku tahu. Aku tahu bahwa Andri tidak sendiri. Andri adalah milik orang lain. Aku marah. Aku kecewa. Aku menangis. Aku sedih. Aku terluka. Bagaimana bisa aku mencintai pria dari seorang wanita? Ingin rasanya aku berbalik dan memutar waktu. Ingin aku kembali pada waktu dimana aku sendiri dan belum mengenal Andri. Jauh lebih baik seperti itu kan dibandingkan dengan mencintai pria dari wanita lain?
Rasanya sesak. Makhluk ringkih yang mulai merangkak itu kejatuhan benda tajam dan akhirnya limbung jatuh ke lantai paling dasar. Ia sakit. Melemah fungsi kerja tubuhnya sampai untuk melihat warna dunia pun tak mampu. Gelap. Aku ingin mengakhiri ini, aku tidak mau menjadi wanita yang bakal menghancurkan hidup wanita lain. Tapi Andri memintaku untuk tidak meninggalkannya. Ia menginginkanku tetap berada di sisinya. Ia sudah terlanjur nyaman dengan keadaan ini, ia merasa nyaman dengan keberadaanku. Tapi aku? aku tidak bisa terima. Otakku berontak mentah - mentah. Menolak segala ajakan. Namun, hati berkata lain. Ia kesepian. Ia membutuhkan Andri tetap ada. Dan lama kelamaan akhirnya aku sadar kalau aku tidak bisa jauh darinya. Perasaanku tidak bisa dibohongi untuk tetap berada di sisinya. Andri memintaku untuk tinggal, dan aku mengiyakan.
dan aku seperti Diana, yang menjadi bagian ketiga dari pernikahan Rizal dan Intan (Here After). dan aku seperti Anggi yang menjadi pihak ketiga antara pertunangan Angga dan Ratri (Orang Ketiga)
dimanapun, dari sudut pandang apapun, menjadi ketiga adalah salah (pendakwaan abadi)
Namun, akhirnya aku sadar bahwa aku tidak punya masa depan apapun dengannya. Terlalu absurb. Dan lagi, aku menyadari sesuatu. Andri tidak menyukaiku. Sepersen pun Andri tidak menaruh perasaan padaku atau pernah secara tegas bilang padaku bahwa ia menyukaiku, menginginkanku. Dan sejak kenyataan itu terekam di kepalaku, yang ada hanya tangis pilu. Semburat sakit teretas di ulu hati. AKu ingin mati. Aku mencintainya hingga buta. Aku halalkan pertemuan gila dan dosa sebagai obatnya candu akan rinduku padanya. Dan ini akibatnya, aku terluka oleh rasa itu sendiri.
Andri hanya bermain denganku. Dan itu adalah kenyataan terpahit. Tapi seharusnya aku sadar. Tidak selayaknya aku mendungui otakku sendiri. Sejak kapan aku bisa berpikir bahwa Andri akan melepaskan wanita yang telah bersamanya sejak lama? Ternyata, Ia memang sedang bosan pada wanitanya lalu berlari ke arahku untuk mencari "hiburan". Aku yang haus akan perhatian, dengan mudahnya jatuh pada pesonanya yang jelas - jelas tak terbantahkan. Tapi masalah perhatian itu? genggam - genggam tangan dan segalanya yang kami lakukan? sandiwarakah? sebuah permainan konyolkah baginya? Oh please, you're such a perfect man for me!
Suatu ketika, aku tidak tahan dengan ini. Dan akhirnya aku memberanikan diri untuk berkata ini. Kalimat - kalimat yang selama ini aku pendam, akhirnya terlontar juga. Simpanan kata cinta itu pun keluar dari bibirku meskipun melalui pesan singkat di lapak burung.
"sebenarnya kau anggap apa aku ini? teman dekat? teman kencan? pacar? teman jalan? atau selingkuhan?", aku meradang.
"kok ngomong gitu?", tanya Andri bingung.
"jelaskan saja padaku, selama ini kau menganggapku apa? aku capek ya jika harus seperti ini. kamu itu cowok paling nggak peka yang pernah aku temui. kamu sama sekali nggak menganggap aku ada. ya kan?"
"sepertinya kamu salah sangka denganku"
"salah sangka?", aku terkejut
"iya. bukankah kamu tahu kalau aku telah punya wanita?"
"tapi aku mencintaimu", kataku lirih
"seharusnya kau sadar benar bahwa dari awal kita hanya having fun saja, tidak ada yang lebih"
"jadi, kau mempermainkanku?"
"kau yang melibatkan perasaan. jika kau menganggapnya have fun, tentu kau tidak akan begini"
"......"
"kau seharusnya tahu kalau aku tidak mungkin meninggalkan wanitaku"
Seperti ada petir yang tiba - tiba menghantam kepala dan memukul keras dadaku secara bersamaan. Shock. Sudut mataku akhirnya basah. Sakit. Nyeri menjalar tanpa henti di dalam hati. Harus ku apakan luka yang masih basah ini? Aku tidak habis pikir, sebegitu mudahnyakah aku jatuh seperti ini? aku sering terluka, namun kali ini adalah luka yang paling beda. Luka seorang ketiga, seorang pelarian, seorang selingkuhan.
adalah wajah mengerikan sebagai selingkuhan.
bungkam daku pencelaku.
nistakan raga dan jiwa yang menganut paham kebodohan.
bumi hanguskan segala haram rasaku.
adalah wajah haram pencinta milik orang yang hanya mendamba pada angin.
melepaskan jiwa - jiwa kesepian.
Tuhan, separah itukah pembalasan yang tertulis dalam takdir yang Engkau berikan? Ini takdir kan? sudah jelas tertulis dalam qada'mu kan? Dan aku hanya bisa menyeringai kecil. Memukul - mukul kepalaku yang dungu. Memaki hati. Aku lemas. Seketika jatuh saat mendapati kenyataan menyesakkan ini. Akhirnya aku mengingat sebuah "ramalan" yang seorang teman layangkan padaku dulu:
"suatu saat, pembalasan itu akan datang. Dan bahkan mungkin akan lebih kejam dari apa yang sekarang kau lakukan. Meskipun bukan orang yang kau sakiti itu yang langsung melakukannya padamu"
Ya, aku rela jika kesakitanku ini adalah balasan dari apa yang aku perbuat pada mantanku dulu. Aku ikhlas agar semuanya impas. Dan dari situ akhirnya aku mengerti dan berhasil membuat mataku terbuka lebar bahwa Allah itu Maha Adil, Dialah Sang Pemilik Jagat Raya, Sang Pembolak-balik isi Hati. Dialah sutradara terhebat sepanjang masa. Dia memberikanku pelajaran (bukan pembalasan) bahwa menyakiti itu menimbulkan sakit, dan disaikiti juga menimbulkan sakit. Jadi, tidak seharusnya main - main dengan perasaan. Apa yang ditanam, itulah yang akan dituai.
Mencintaimu adalah kesalahan paling fatal yang pernah ku lakukan, Ndri. Mencintaimu juga sekaligus dosa termanis dan pembalasan terindah yang pernah singgah.
Terimakasih telah memberikan pelangi sekaligus gelap dalam waktu bersamaan.
Aku mencintaimu dengan segenap dosaku..