Sore ini aku berbincang dengan langit kemerahan yang kutemui tepat di samping balkon kosku. Ditemani secangkir teh hangat dan headset, aku membatin...mencoba berkomunikasi dengannya. Awal mulanya aku hanya iseng bersiul dan mengedikkan sedikit senyum nakal ke arahnya, tapi tanpa ku sangka dia membalasnya seraya iseng menggelitiki pinggangku.
"neng, apa yang kau lakukan sesore ini sendirian?" langit merah menegurku.
aku tersenyum seperti biasanya. kemudian menggeser duduk agar dia merapat ke tubuhku. aroma mint khas bau tubuhnya menguar masuk ke dalam hidungku, wangi lelaki.
"aku sedang memperhatikanmu, bang" kataku penuh penjiwaan.
"ah, lebay..." katanya sambil mencolek pipiku.
sentuhan jarimu seperti itu membuat pipiku panas, tidakkah kau tahu itu? aku membatin diiringi cengiran kecil. kemudian memang kelihatannya wajahku berubah menjadi tomat rebus karena ku lihat senyumnya merekah.
aku kembali tersenyum mendengar jawabannya. itu adalah jawaban seperti yang biasa dia lontarkan ketika aku mulai menggombal.
"sumpah....langit merah di ujung barat sana adalah kamu"
"neng, apa yang kau lakukan sesore ini sendirian?" langit merah menegurku.
aku tersenyum seperti biasanya. kemudian menggeser duduk agar dia merapat ke tubuhku. aroma mint khas bau tubuhnya menguar masuk ke dalam hidungku, wangi lelaki.
"aku sedang memperhatikanmu, bang" kataku penuh penjiwaan.
"ah, lebay..." katanya sambil mencolek pipiku.
sentuhan jarimu seperti itu membuat pipiku panas, tidakkah kau tahu itu? aku membatin diiringi cengiran kecil. kemudian memang kelihatannya wajahku berubah menjadi tomat rebus karena ku lihat senyumnya merekah.
aku kembali tersenyum mendengar jawabannya. itu adalah jawaban seperti yang biasa dia lontarkan ketika aku mulai menggombal.
"sumpah....langit merah di ujung barat sana adalah kamu"
0 komentar:
Post a Comment