tidak. aku sedang tidak berdiri di pinggir tebing seperti seorang yang sedang patah hati. aku di pinggir jalan dengan kumpulan asap yang datang satu-satu dari bokong mobil-motor mereka. aku sedang berdiri menganggunkan diri di sisi halte yang biasanya ku datangi saat aku sedang rindu.
hatiku diliputi kabut, bukan kabut asap seperti yang tertuang di jalanan depanku, atau kabut asap akibat pembakaran lahan seperti di Sumatera akhir-akhir ini. ini kabut cinta, kabut rindu yang menutupi separo hatiku.
aku ingin berontak. ingin teriak dan melepaskan semua penat yang menggunung di ujung ubun-ubun. aku ingin jujur kepada semua makhluk hidup di bumi ini kalau aku begitu rindu.
aku butuh rokok
aku butuh kopi
aku butuh udara.
aku butuh pohon.
aku butuh kamu.
*
sebatang rokok, minus kopi, tidak mungkin kan aku mencengkeram kuping cangkir di jalanan seperti ini? mungkin jika urat maluku sudah benar-benar putus, maka akan ku lakukan itu. berdiri...ah bukan, duduk manis lesehan di lantai kotor yang beberapa orang bilang itu menjijikkan dengan secangkir kopi pahit dan sebatang rokok yang terjepit di sela jari-jari lentikku. sungguh, kebebasan. itulah aroma kebebasan yang beberapa lama sudah tak kudapatkan bersama perempuanku yang dulu.
perempuanku. perempuanku tertinggal di halte bis kota. perempuan bermata cokelat tua, dengan garis bibir sempurna yang selalu diolesi gincu merah muda, dengan hidung dengan patahan khas orang Asia, dengan sekumpulan tahi lalat yang terpasung di beberapa titik di wajahnya, dengan....dengan segenap pesona yang entah harus kujelaskan dengan kalimat seperti apa lagi untuk menjabarkannya.
perempuanku melambaikan tangannya saat hujan mengguyur kota, saat lelakiku dengan kuat mencengkeram lenganku agar tidak berlari ke arahnya. kaki-kakiku seperti membatu, diam di tempat dan tidak bisa digerakkan. maka setelah itu, dengan air mata membanjir di wajahku, harus ku relakan perempuanku pergi dari kehidupanku.
ah... aku teringat kejadian-kejadian tempo lalu, sebelum akhirnya perempuanku pergi meninggalkanku dengan lelakiku.
aku terluka. tapi aku tidak bisa mencegahnya untuk tidak pergi dari kehidupanku. lelakiku dengan kuat menahanku untuk tidak berlari ke arahnya. padahal jika kau tahu, aku sangat ingin berlari an menubrukkan diri ke tubuhnya. aku ingin memeluknya seraya berkata bahwa aku sangat mencintainya. namun, lelaki di belakangku ini membuat segalanya rumit. meninggalkannya sama saja menorehkan luka sangat baru yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya mampir seperti kilat yang mendadak menjilat langit. aku tidak bisa meninggalkannya.
perempuanku melambaikan tangannya saat hujan mengguyur kota, saat lelakiku dengan kuat mencengkeram lenganku agar tidak berlari ke arahnya. kaki-kakiku seperti membatu, diam di tempat dan tidak bisa digerakkan. maka setelah itu, dengan air mata membanjir di wajahku, harus ku relakan perempuanku pergi dari kehidupanku.
ah... aku teringat kejadian-kejadian tempo lalu, sebelum akhirnya perempuanku pergi meninggalkanku dengan lelakiku.
aku terluka. tapi aku tidak bisa mencegahnya untuk tidak pergi dari kehidupanku. lelakiku dengan kuat menahanku untuk tidak berlari ke arahnya. padahal jika kau tahu, aku sangat ingin berlari an menubrukkan diri ke tubuhnya. aku ingin memeluknya seraya berkata bahwa aku sangat mencintainya. namun, lelaki di belakangku ini membuat segalanya rumit. meninggalkannya sama saja menorehkan luka sangat baru yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya mampir seperti kilat yang mendadak menjilat langit. aku tidak bisa meninggalkannya.
perempuanku,
kita bukanlah dua kutub magnet utara dan selatan, bukan analogi itu yang pantas mereka pahatkan ke dahi kita. kau tahu, kita berbeda. kita bukan mereka. kita adalah makhluk lain, manusia jenis lain, yang masih sama-sama bisa merasakan cinta dengan cara yang berbeda. cinta bagi kita tidak hanya sekedar hubungan lawan jenis. ah, sulit menerjemahkan segala sesuatu yang berawal dari ketidaknormalan.
biar saja mereka bilang tidak normal. biar saja justifikasi itu lahir dalam mulut mereka yang memegang prinsip "lurus" dalam hidupnya, yang tidak pernah berbelok (katanya).
aku menemukan cinta yang sangat berbeda dari biasanya, ku temukan rasa luar biasa darimu, rasa yang membuat perutku seperti dihinggapi ribuan kupu-kupu, yang tidak pernah ku rasakan pada pasangan lawan jenisku. kamu, berhasil meyakinkanku bahwa cinta bukanlah sebuah sentuhan dan belaian tangan pasangannya, bukan pula sebuah hasrat menggebu untuk saling mengikatkan diri. bagi kita, cinta adalah anugerah terindah dan tersuci dari Tuhan kita, sebuah perasaan halus yang timbul lugu dari dalam masing-masing hati kita.
aku mencintaimu, perempuanku. dengan segenap hatiku ku ikrarkan cinta yang biasanya dulu ku katakan pada kaum yang berbeda dengan kita, kaum pria. entah aku tidak peduli jika memang dunia hampir menemui ajalnya, menemui penghujungnya karena keberadaan kita berdua.
dan aku menimang rindu di sela keramaian kota, wahai perempuanku. dimana kini kau berada? aku rindu....
kita bukanlah dua kutub magnet utara dan selatan, bukan analogi itu yang pantas mereka pahatkan ke dahi kita. kau tahu, kita berbeda. kita bukan mereka. kita adalah makhluk lain, manusia jenis lain, yang masih sama-sama bisa merasakan cinta dengan cara yang berbeda. cinta bagi kita tidak hanya sekedar hubungan lawan jenis. ah, sulit menerjemahkan segala sesuatu yang berawal dari ketidaknormalan.
biar saja mereka bilang tidak normal. biar saja justifikasi itu lahir dalam mulut mereka yang memegang prinsip "lurus" dalam hidupnya, yang tidak pernah berbelok (katanya).
aku menemukan cinta yang sangat berbeda dari biasanya, ku temukan rasa luar biasa darimu, rasa yang membuat perutku seperti dihinggapi ribuan kupu-kupu, yang tidak pernah ku rasakan pada pasangan lawan jenisku. kamu, berhasil meyakinkanku bahwa cinta bukanlah sebuah sentuhan dan belaian tangan pasangannya, bukan pula sebuah hasrat menggebu untuk saling mengikatkan diri. bagi kita, cinta adalah anugerah terindah dan tersuci dari Tuhan kita, sebuah perasaan halus yang timbul lugu dari dalam masing-masing hati kita.
aku mencintaimu, perempuanku. dengan segenap hatiku ku ikrarkan cinta yang biasanya dulu ku katakan pada kaum yang berbeda dengan kita, kaum pria. entah aku tidak peduli jika memang dunia hampir menemui ajalnya, menemui penghujungnya karena keberadaan kita berdua.
dan aku menimang rindu di sela keramaian kota, wahai perempuanku. dimana kini kau berada? aku rindu....
***
sebuah tulisan dari seorang anak manusia, seorang perempuan, yang menyukai perempuan lainnya. aku merindukanmu...
aku tahu kau akan membacanya.
aku tahu kau akan sering mengintipku di halaman-halamanku.
maka bacalah....bacalah wahai perempuanku.
dengan segenap hati ku tuliskan padamu bahwa tidak ada yang salah dengan kita, dengan perasaan kita, hubungan kita....hanya saja....hanya saja kita tidak pernah ditakdirkan untuk bertemu dalam satu titik yang sama....namun aku mencintaimu...dan tidak akan pernah ku sesali itu. kamu adalah bagian abadi yang akan tetap brsemayam dengan cantiknya di dalam hati, takkan terganti.
terima kasih telah berani mencintaiku.
terima kasih telah berani mencintaiku.
salam, L, untuk perempuanku yang entah sekarang berada di belahan bumi mana, salam rindu.
0 komentar:
Post a Comment