July 2, 2012

Kembali

"sudah sejak berapa lama kamu duduk di situ?" dahi Adel mengernyit saat mendapati Audri duduk di teras rumahnya, di bawah keremangan bola lampu di atasnya dan gelap yang mengeliling rumah kecil itu. dia tidak mendengar sama sekali ada mobil yang parkir di depan. mengingat suasana malam itu memang sedikit bising oleh keriuhan pesta tetangga.
"......" Audri diam. hanya berusaha melihat Adel dari ujung kaki sampai kepala.
Adel mengenakan dress selutut dipadu dengan heels yang Audri ingat dibelinya bersama ketika ada diskon besar di salah satu mall. dan seratus persen Audri yang membayarnya. Audri tersenyum getir.
"mau kemana?" tanyanya penuh curiga. alisnya terangkat separo. nada pertanyaannya separo menyelidik.
"bukan urusanmu!" seru Adel sambil mengunci pintu rumahnya.
Audri bangkit dan mencengkeram lengan Adel dengan kasar.
"apa sih? lepas Dri!" Adel melotot. Rahangnya mengeras. Marah.
"ngomong dulu mau kemana, baru aku lepasin!" jawab Audri tak kalah melotot.

"auuuuu..." jerit Adel kesakitan.
"sakit Dri!" suara Adel tercekat.

"kamu masih tetap kasar kaya' dulu ya?" sindir Adel.
"......" dan Audri sedikit merenggangkan tangannya tanpa mengindahkan tatapan matanya.
"mau kemana Del?" tanyanya separo marah tanpa mengacuhkan pandangan setan Adel.
"bukan urusanmu aku mau kemana!" jawab Adel ketus. setengah berteriak.
"ini urusanku Del!" seru Audri lebih keras.
Adel memicingkan matanya. setengah menarik kepalanya dan memperhatikan Audri lebih detail. diawasinya mata Audri yang tampak merah, marah. napasnya yang sedikit tak teratur membuat Adel bingung.
"sejak kapan kamu peduli sama aku?" seringai Adel sambil menaikkan sebelah bibirnya.
"sejak aku tahu kalau kamu punya pacar lagi" lirih Audri kembali mengencangkan cengkeramannya pada lengan Adel.
Adel hanya menanggapinya dengan kecut, tersenyum pahit. getir.
"matamu!" Adel mengumpat penuh dengan penekanan di depan wajah Audri.
Audri mendelik. menaikkan sebelah alisnya.
"maksudmu Del?" tanya Audri bingung.
"matamu Dri! ngapain kamu peduli aku punya pacar lagi?"
"karena...karena aku enggak rela kamu punya pacar lagi Del...." ucap Audri setengah berbisik. dimajukannya tubuhnya mengimpit Adel ke pintu. setengah kaget Adel spontan menekan dada Audri berusaha menjauhkan tubuh atletisnya menjauhi tubuhnya yang kecil. ditekannya sampai merasakan dengan benar detakan jantung mantan kekasihnya itu.
"dri..." Adel meminta belas. setengah menahan napas mengiba. tubuh Audri benar-benar membuatnya sulit bernapas. setengah memaksa Adel berusaha mengeluarkan tangannya dari himpitan dada bidang Audri. namun sayangnya Audri lebih nyaman seperti itu.
Audri merapatkan pelukannya. ditaruhnya kepala Adel masuk ke dalam dadanya. Adel sesak. terbatuk kecil. lalu dengan lembut diputarnya kepala Adel agak miring sampai tepat berada di posisi jantung Audri.
"kamu dengar suara jantungku Del?" tanya Audri kalem.
entah kekuatan magis apa yang membuat emosi Adel lenyap seketika. tapi yang pasti, berada dalam pelukan Audri seperti itu membuatnya nyaman.
Adel mengangguk. mengiyakan pertanyaan Audri tadi.
Audri membelai rambut sepunggung Adel dengan lembut. ditaruhnya ujung dagunya ke puncak kepala Adel.
"aku enggak bisa lupain kamu begitu aja Del. aku enggak bisa jauh-jauh dari kamu kaa' kemarin - kemarin. Aku butuh kamu, dan andai kamu tahu, dua minggu ini aku semakin gila tanpa kamu Del....."
"......." Adel terdiam mendengar pernyataan Audri. tenggorokannya seperti tersumbat. dan seperti ada petir yang menyambar kepalanya. Adel kaget. Kau pikir aku tidak seperti itu juga Dri? pekiknya dalam hati.
"jangan sama cowok itu Del,...kembalilah padaku!" ucap Audri sambil mendongakkan kepala Adel sampai dia bisa melihat mata yang selalu dirindukan tiap malam itu.
mata Audri meneduh. bayang-bayang wajah Adel kentara di dalamnya. ada gurat sesal dan kasih sayang yang begitu dalam di sana.
ditariknya kepala Adel sampai dahinya menyentuh bibirnya. dikecupnya dengan manis. Adel yang terpejam tanpa aba-aba merasakan getaran yang lama tidak dia rasakan datang lagi. seluruh darahnya berdesir. tubuhnya bereaksi positif menerima rangsangan kecupan Audri.
"aku masih sayang sama kamu, Del... plis, kita balikan ya...." iba Audri sambil menatap Adel penuh harap.
Adel hanya bisa menatap mata Audri dengan linglung. dia bingung. separo percaya dan separo ragu. bisakah Audri berubah sedrastis ini? diamatinya lekat-lekat mata cokelat Audri. lalu dirabanya wajah yang dulu selalu dibelainya itu. ah, dia sangat rindu wajah ini. dirabanya dengan lembut sudut - sudut bibir Audri sampai jari-jarinya terhenti oleh tangan Audri tepat di garis tengah bibirnya yang seksi merah jambu.
Audri menaikkan dagu Adel. dan tanpa diminta, Adel menutup matanya. sebuah kecupan hangat mendarat di bibirnya. sensasinya masih sama. masih hangat dan dalam. kulumannya semakin dalam sampai lidah mereka berjejalan. napas mereka memburu. ditaruhnya kedua tangan Audri ke leher jenjang Adel. mereka terengah. egoisme mereka musnah. dan keinginan untuk menyatu selalu muncul ketika sebuah kecupan mendarat di salah satu bibirnya.
Adel menarik kepalanya. membuka matanya dan tersenyum.
"kembalilah padaku..." pinta Audri sekali lagi.
hidung mereka bertemu. deru hangat napas mereka saling bersahutan satu sama lain. di bawah remang-remang teras depan rumah, Audri menarik lagi tubuh Adel. ketika hendak menciumnya lagi, Adel berbisik....
"di dalam saja...." ucapnya sambil mencari pintu rumahnya.

0 komentar:

Post a Comment