*nyoba bikin FF tapi nggak becus* >.<
Salju turun
begitu cantiknya. Jatuh satu – satu menebarkan aroma khas bulan Februari yang
dingin dan dirindukan. Di salah satu sudut jalan, di bawah merah lampu lalu
lintas, seorang perempuan muda terpaku di tempatnya. Tubuhnya dibungkus mantel
warna gelap dengan scarf bulu abu –
abu, boots selutut serta sarung
tangan membalut kedua tangannya yang mungil. Mata segarisnya mengerjap –
ngerjap tanpa gairah.
“geurae naneun baboya, geuripgo…. (iya
aku bodoh, aku merindukanmu)” gumamya ketika lampu hijau penyebarangan menyala.
Dengan gontai ia langkahkan kakinya melewati satu per satu garis – garis putih
di depannya. “gidarilge, ijarie meomchun
chaero (aku akan menunggu. Di sini aku akan tinggal untukmu)”
Entah sudah
berapa ribu malam ia habiskan di Paris sendirian. Banyak musim ia lalui tanpa
laki – laki itu. Ada banyak hal yang tidak bisa ia bagi dengannya di saat ia
ingin berbagi. Ada bagian dalam hatinya yang mendadak kosong ketika ia tidak
menemukan laki – laki itu di setiap harinya.
Air mata sudah
mengambang di pelupuknya dan siap untuk jatuh ketika tiba – tiba saja ia
dikejutkan oleh sesuatu. Seseorang menyenggol bahunya sampai membuat tubuhnya terhuyung
dan jatuh.“auww……..” Eun Joo mengaduh.
“gwenchanayo?” Tanya orang itu panik.“ne, joesonghamnida” Seru Eun Joo sambil
berdiri. Ia lalu membungkuk minta maaf tanpa memperhatikan wajah orang itu.
“aniya, aku yang salah.…” ucap orang itu.
Eun Joo terus
saja membungkuk untuk menyembunyikan air mata yang kini telah meleleh di
pipinya. “joesonghamnida” katanya,
lalu berlari tanpa mengacuhkan panggilan orang itu, “ahgassi!!!” laki-laki itu hanya bias bengong melihat Eun Joo yang
berlalu meninggalkannya.
Salju masih saja
jatuh bertebaran di atas kepalanya. Suhu udara mencapai minus entah berapa
derajat sampai membuat tulang – tulangnya merasakan gigitan – gigitan kecil
dingin yang mematikan. Dan sekelebat bayangan memori tujuh tahun lalu menari –
nari tanpa henti hingga membuat hatinya ngilu dijejali rindu.
“Aku harus mengejar mimpiku untuk menjadi seorang designer handal. Karena itu aku akan pergi ke Paris”
kata Eun Joo bangga ketika mereka pulang sekolah bersama.
“sejauh itukah? Tidak adakah sekolah fashion di
Seoul ini?” Tanya Seungri ragu.
“ada sih, tapi aku ingin ke Paris” jawab Eun Joo
santai.
“kenapa harus Paris? Lalu bagaimana dengan aku?”
Seungri menunjuk hidungnya.
“karena Paris adalah pusat mode dunia. Kau? kau akan
jadi seorang artis terkenal, kau akan menjadi idol namja yang dielu – elukan banyak orang, dan
wanita – wanita itu pasti akan berteriak histeris ketika namamu disebutkan.
Bukankah mimpimu seperti itu?”
Seungri terdiam. Ia mengamati mata Eun Joo yang
berbinar. Mimpi
membuat orang lupa diri dan melupakan hal – hal penting di sekitarnya.
“Aku tahu bakat menarimu luar biasa. Kau pasti bisa
masuk agensi terkenal itu. Percayalah padaku”ucap Eun Joo yakin sambil menepuk
dadanya.
“lalu bagaimana dengan kita?” pertanyaan Seungri
membuat Eun Joo terpaku sejenak. Jantungnya seperti dihantam sesuatu sampai
tiba – tiba membuatnya berdetak tak karuan. Ia diam sejenak kemudian berusaha
melepaskan senyuman pada Seungri.
“aku selalu di sini. Di hatimu” jawab Eun Joo sambil
menunjuk dada bagian kiri Seungri.
Seungri tersenyum, “baiklah. Aku berjanji akan
menjadi seorang idol yang baik. nanti jika kau sudah menjadi designer, jangan lupa rancangkan baju show yang bagus untukku ya”
“tentu. tapi kau juga harus janji, kau tidak boleh
genit dengan penggemar wanitamu” mata Eun Joo membelalak sedangkan Seungri
hanya bisa mengangguk patuh.
Ini adalah tahun
ke tujuh ia tidak bertemu Seungri. Setiap tahun ia pulang ke Seoul dan tidak
jarang juga menonton konser Big Bang,
namun baru kali ini perasaan itu menggebu dan sulit untuk dikendalikan. Entah,
seperti ada desakan untuk mempertanyakan lagi cinta yang dulu pernah Seungri
bisikkan padanya sebelum pesawat membawanya terbang ke Paris.
Eun Joo
membiarkan dirinya berdiri terpaku sambil menangis di jalan. Kenapa rasa sakit
selalu latah muncul bersamaan saat rindu dan cinta beradu jadi satu dan tidak
bisa disampaikan?
Eun Joo terhenyak
saat tiba – tiba saja seorang namja
menepuk bahunya dari belakang. Eun Joo menoleh tanpa sempat menyeka air
matanya.
“noona, tasmu tadi jatuh…” kata seorang
laki – laki muda padanya. Eun Joo tidak mengacuhkan perkataan laki – laki itu.
“noona??? Gwenchanayo?” laki – laki itu mengibas – ngibaskan tangannya ke
depan wajah Eun Joo sampai yeoja itu
tersadar.
“ne?” Eun Joo gelagapan.
“tasmu…” ucap
laki – laki itu sambil menyodorkan tas selempang Eun Joo.
“mwo?” Eun Joo belum mengerti maksud laki
– laki itu jika saja ia tidak memperhatikan tangan laki – laki itu menyodorkan
tas miliknya. “omo…. Darimana kau
menemukan ini?” serunya.
“tadi di dekat penyeberangan. Aku sudah memanggil –
manggilmu tapi kau tidak mendengarnya dan akhirnya aku mengikutimu sampai ke
sini” jelas laki – laki itu.
“gomawo….” Ucapnya saat menerima tasnya
kembali.“Aigoo, aku sama sekali tidak
menyadari kalau tasku jatuh. Gomawo…mianhamnida ya sudah merepotkan” katanya
sambil membungkuk.
“ah sama – sama.
Tidak repot kok, lagipula rumahku melewati jalan ini. Baiklah kalau begitu aku
pergi dulu. Oh ya, tolong diperiksa dulu apakah barang – barang di dalamnya
masih lengkap atau tidak.”
Eun Joo langsung
membuka resleting tasnya dan mengaduk – aduk isinya. Ponsel, dompet, make-up kit, dan note kecil masih
lengkap.
“tidak ad…..”
Eun Joo menghentikan kalimatnya ketika laki – laki itu sudah tidak ada di
hadapannya, hanya punggungnya saja yang kini terlihat mejauhi dirinya.
Eun Joo hampir
saja melangkah pergi jika saja ia tidak menyadari kehadiran barang baru yang
ada di dalam tasnya. Note kecil… note kecil itu bukan miliknya. Eun Joo
mengangkat kepalanya. Matanya membelalak lebar. Kemudian ia membuka tasnya dan
mengambil note seukuran make-up kitnya itu. Diperhatikannya
dengan seksama benda itu. Dengan ragu ia membukanya. Dan betapa terkejutnya ia
ketika menemukan foto dirinya sendiri sewaktu masih mengenakan seragam SMA
terpampang di halaman pertamanya. Ini bukan miliknya. Note ini bukan ia yang punya. Jantungnya mendadak seperti dihujani
salju. Di bawah fotonya dibubuhkan tulisan: Han
yeojaga geudaereul saranghamnida
(aku hanya mencintai satu perempuan).
Eun Joo
penasaran sehingga dengan cekatan ia membuka halaman kedua. Mataya membulat
membaca goresan tangan itu:
Perempuan ini adalah satu – satunya matahari yang
membuat duniaku gemilang penuh cahaya kehidupan. Ia adalah cahaya yang
menerangi ketika gelap terlihat begitu menakutkan.
Jantung Eun Joo
berdetak tak karuan. Ia seperti kehilangan ruhnya ketika membaca tulisan tangan
itu. Nyaris ia jatuh, sendi – sendi di kakinya seperti terlolosi. Tubuhnya
bereaksi sangat cepat. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan itu. Ia menutup
mulutnya segera sebelum jeritannya keluar mengagetkan orang di sekitarnya.
Lalu Eun Joo
membaca halaman berikutnya:
Ketika aku merasa jatuh dan putus asa, aku selalu
mengingat senyumnya yang menenangkan juga kalimatnya yang meneduhkan, “jika
kamu merasa takut dan ingin menyerah, ingatlah bahwa kita berdua pernah punya
mimpi bersama. Dan bukankah kita pernah saling berjanji untuk mengejar mimpi
itu sampai kita benar – benar mendapatkannya?”
Rasanya Eun Joo
ingin berteriak memanggil namanya.
“Jadilah seorang idol yang mendunia, agar aku bisa
melihatmu dimanapun aku berada,” begitu katanya ketika terakhir kami bersama.
Seoul dan Paris bukanlah tempat yang jauh jika hati kita tetap dekat satu sama
lain, bukan begitu? Ya, bagiku kamu tidak pernah pergi. Bagiku kamu selalu ada
di sini, di hatiku.
“Seungri-ya………..”
akhirnya Eun Joo berteriak. Air matanya jatuh tanpa bisa dibendung lagi. Ia
langkahkan kakinya dengan tergesa. Kepalanya bergerak memutar, celingukan
mencari laki – laki itu. Matanya bergerak liar, siaga pada segala penampakan di
depan matanya. Ia tahu kalau laki – laki itu ada di sini. Ia tahu kalau Seungri
ada di dalam jarak terdekatnya.
Namun tidak ada
tanda – tanda Seungri di sana. Ia putus asa dan akhirnya menghentikan langkah.
Ia tundukkan kepalanya dan kemudian terdiam. Lalu dibiarkannya air mata
mengalir sampai jatuh ke atas tumpukan salju di bawahnya. Sesenggukan ia
berdiri di bawah lampu penerang di pinggir jalan.
Kaki Eun Joo
hampir saja bergerak maju selangkah untuk meninggalkan tempat itu andaikata ia
tidak mendengarnya……
Tobira ga shiamaru mae ni Baby please don’t go away.
Ienakatta koto semeteru What you to stay. Ima sara kuyande mo I know it’s late.
Kanojo no kawari nate dare nimo dekinai. I want you to stay want you to stay
Eun Joo berbalik
dengan segera. Jantungnya lari – lari, menderu dan memberikan efek luar biasa
ke sekujur tubuhnya. Dan ternyata di depan matanya terlihat ada seorang laki –
laki misterius bertopi dan bermasker berdiri di bawah pohon, menyandarkan
punggungnya
“Eun Joo-ya….” Laki – laki itu melambaikan tangannya ke arah Eun
Joo. Telinga normal Eun Joo menangkap suara itu memanggil namanya.
“Eun Joo-ya…”
namanya benar – benar dipanggil. Eun Joo bisa mengenali suara itu sekalipun
sang pemiliknya menggunakan masker dan topi untuk menutupi separo wajahnya.
Tidak ada yang
bisa membuat debar aneh itu muncul lagi, tidak juga getaran rasa yang menyeruak
tanpa bisa dibendung di dalam hatinya
kecuali kehadiran Seungri di hadapannya. Eun Joo terpaku melihat laki –
laki itu berdiri di hadapannya. Tubuhnya yang selemas jeli tidak bisa bergerak
untuk mendekati Seungri yang masih berdiri menyandar dengan menyembunyikan
kedua tangannya ke dalam saku jaketnya. Dan beberapa detik kemudian Seungri
beringsut menghampiri Eun Joo.
Jarak mereka
hanya sejengkal. Eun Joo bisa merasakan hawa panas mulai menjalar di kedua
pipinya ketika mereka berdekatan. Hembusan napas kencang yang mengudara dari
hidungnya memberikan sinyal bahwa dadanya sedang berdebar tak karuan. Mata Eun
Joo bergerak liar memperhatikan wajah yang tertutup masker dan topi itu.
Perlahan lalu dibukanya topi dan masker itu dengan gemetar.
Lampu penerang
di atas kepala mereka meyakinkan Eun Joo bahwa pemilik bola mata hitam
kecokelatan ini adalah benar – benar Seungri. Mata yang dulu sering menggodanya
itu menyiratkan perasaan yang tidak bisa Eun Joo tebak. Namun meskipun begitu,
kehangatan muncul seketika saat mata teduh itu memandangnya.
Matanya bergerak
liar menelusuri wajah Seungri. Dirabanya wajah yang begitu ia rindukan itu
dengan perlahan. Jari – jarinya yang terbungkus sarung tangan bergerilya dengan
takjubnya. Eun Joo menelan ludah. Perasaan halus menerpa hatinya. Makhluk
ringkih yang lama tak menampakkan tanda – tanda kehidupan dalam hatinya tiba –
tiba bangun tatkala melihat sang pemilik separo hatinya muncul.
“ini benar –
benar wajahmu?” kata Eun Joo setengah terisak. Wajahnya kini dialiri air mata
sehingga reflek membuat Seungri mengusapnya menggunakan jari tangan
telanjangnya.
Lalu Seungri
menangkap wajah Eun Joo dengan kedua tangannya, ”kau pikir ini wajah G-Dragon?”
candanya. Dan Eun Joo sempat tertawa kecil dalam tagisnya.
Tanpa perlu meminta
persetujuan, Seungri memeluk erat perempuan di hadapannya itu.“kau tahu betapa
aku merindukanmu? bogoshipda” ucap
Seungri seraya mengecup puncak kepala Eun Joo dengan lembut. Eun Joo tidak
bisa menjawab. Dadanya bergemuruh. Segala perasaan berkecamuk jadi satu. Ia
tidak percaya bahwa ternyata keajaiban bisa datang padanya di saat
keputus-asaan melanda dengan sangat hebatnya.
“aku pikir aku
tidak bisa menemuimu lagi. Aku hampir gila karena menunggumu”, kata Eun Joo.
“aku malah sudah
gila karena tak pernah melihatmu selama ini. Ne seaenggake dorabeoril geot gatae (aku jadi gila memikirkanmu)”,
balas Seungri.
Eun Joo
tersenyum.“bagaimana kau bisa menemukanku?” Tanya Eun Joo tiba – tiba.
“entahlah, seperti
ada sesuatu yang membimbingku untuk keluar. Lalu ketika hendak ke kantor
agensiku, tanpa sengaja aku melihatmu berdiam diri di seberang jalan. Lama
sekali kau berdiri di sana, apa kau tidak kedinginan?” Seungri terlihat
khawatir.
“kau masih
mengenaliku setelah tujuh tahun kita tidak bertemu?” Tanya Eun Joo penasaran.
“tentu saja. Kau
pikir mudah melupakan orang yang pertama ada di dalam hatimu?” Jawab Eun Joo
dengan tenang.
Eun Joo
terkejut. Rasanya lidah mendadak kelu mendengar ucapan Seungri barusan. Sepertinya
ia tidak perlu bertanya lagi apakah Seungri masih menyimpan rasa itu padanya
atau tidak. Sebab dari siratan kata dan mata Seungri ia bisa tahu jawabannya.
“Selalu ada
ikatan tak kasat mata yang membuat dua hati saling berhubungan. Selalu ada
debar aneh ketika orang yang selalu kau rindukan berada tidak jauh dari hatimu”
lanjut Seungri. Dan kupu – kupu terbang seperti menggelitik perutnya, lalu
singgah ke dalam hatinya. Eun Joo tidak bisa menyembunyikan kelegaan di dalam
hatinya.
“lalu kau
membuntutiku?”
“apa kau tidak
kedinginan?” Seungri mengulangi pertanyaannya. Eun Joo mengangguk. Dan Seungri semakin
merapatkan pelukannya.
“apa kau
membuntutiku? ” Eun Joo mengulangi pertanyaannya juga.
“he’em… aku terus
mengikutimu, aku juga yang menyuruh orang – orang itu untuk berakting di
depanmu”
“note?”
Eun Joo bertanya sambil mendongak untuk memperhatikan mata Seungri. Laki – laki
itu mengangguk mantap kemudian melepaskan pelukannya. Dipegangnya kedua bahu
Eun Joo dengan gundah. Sedetik kemudian ia melirik jam tangan yang melingkar di
pergelangan tangan kirinya.
“aku tidak bisa
berlama – lama di sini. Aku harus segera bersiap untuk pergi…” katanya sedih. Seungri
melirik mobil putih yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berada. “aku
harus segera pergi” kata Seungri sedih.
Ada gurat kecewa
yang tergambar jelas di wajah Eun Joo. Sekalipun ia mencoba utuk menyembunyikan
dengan memberikan senyum pada Seungri, matanya tidak bisa berbohong.
“kemana?” Tanya
Eun Joo
“Amerika” Jawab
Seungri sedih.
“ini tidak adil.
Kita baru saja bertemu, kenapa harus berpisah lagi?” Eun Joo memalingkan
wajahnya “Andwe! gajima! (tidak!
Jangan pergi! Why don’t you stay right
here with me? Stay here by my side!” Eun Joo mengiba.
Seungri meraih
tangan Eun Joo, kemudian meremasnya dengan lembut. “adakalanya dimana dua hati yang saling mengasihi
dipisahkan oleh waktu dan jarak yang panjang. Namun apakah kau tahu bahwa ia
yang telah dipilih dan diminta untuk tinggal pertama di hatinya tidak pernah
dibiarkan pergi?”
Eun Joo
menangis. “ara… tapi aku masih sangat
merindukan lingkar lengan dan hangat tubuh itu. Aku masih ingin menikmati
banyak percakapan denganmu. Aku ingin sehari saja meleburkan rindu itu di suatu
tempat. Tapi aku sadar, memang sulit untuk melakukan itu dengan seorang idol terkenal” Eun Joo menunduk.
“apa kau
menyesal melihatku menjadi seorang idol?”
Seungri meraih dagu Eun Joo demi melihat matanya.
Eun Joo
terhenyak. “aniya…. Bukan seperti itu
maksudku!” Eun Joo melanjutkan“naega neol
imankeum saranghaneunde? nae gyeotte
isseojul suneun obtni? (tidakkah kau tahu betapa aku mencintaimu? Jangan
pergi, tidak bisakah kamu tetap di sampingku?)”
“kau masih mencintaiku,
kan?” potong Seungri.
Eun Joo terdiam
kemudian memukul dada Seungri dengan gemas “buat apa aku jauh – jauh terbang
dari Paris ke Seoul jika aku tidak mencintaimu? sudah berapa tahun rindu
membuat hidupku seperti mayat hidup di sana? Jika saja aku tidak teringat
tentang mimpi – mimpi yang kita bangun bersama dulu, aku pasti sudah bunuh
diri….pasti aku….”
“bunuh diri? tutup
mulutmu!” seketika Seungri mengunci rapat mulut Eun Joo dengan sebuah ciuman.
Salju turun dengan cantiknya. Merintik dan membentuk kristal – kristal kecil
yang mempesona. Waktu seperti berhenti berlari, seketika diam di tempat. Tidak
ada benda bergerak kecuali bibir – bibir dan napas yang saling bersahutan.
Setetes air mata
jatuh mengenai sudut dagu Eun Joo. Matanya terbuka dan mendapati Seungri
menangis. Eun Joo menggeleng, ia memberikan isyarat pada Seungri untuk tidak
menangis. “andwe, neol saranghanda….neol saranghanda
Seungri-ya (aku mencintaimu….aku mencintaimu Seungri)”
“aku masih
sangat merindukanmu, deoisang niga gyeote
eopdaneunge, neol saranghanda (bagiku hanya ada satu orang, aku
mencintaimu)” balas Seungri. Lalu ia memeluk Eun Joo lagi sesaat sebelum
klakson mobil yang berada beberapa meter di belakangnya berbunyi,
mengisyaratkan mereka agar saling melepaskan dan saling menjauhkan diri.
“gidarilge” ucap Eun Joo setelah membiarkan Seungri
pergi. Punggung laki – laki itu semakin jauh dan kemudian menghilang bersama
mobil yang bergerak semakin menjauh. Eun Joo melambaikan tangannya dan kemudian
berbalik untuk pergi. Namun baru beberapa langkah terdengar seseorang berlari
di belakangnya dan kemudian menubrukkan pelukan. Eun Joo menoleh. Seungri
berbisik di belakang telinganya,“buka halaman terakhir note itu setelah aku pergi.” Perlahan pelukan merenggang dan
terdengar langkah kaki menjauh. Masih dengan perasaan yang berkecamuk, Eun Joo
segera mengambil dan membuka note itu.
Cinta pertama selalu ada pada setiap catatan. Stay!!
Berdiamlah di sana. Tetaplah berada di tempat cinta pertamaku ada. Percaya atau
tidak, cinta pertama akan kembali lagi dalam beberapa purnama. I want you to
stay!
Dan di bawah
kalimat itu, sebuah kalung berliontin hati bertuliskan “SE” berwarna keperakan
tersemat dengan sangat anggunnya. Eun Joo terdiam saking terkejutnya. Ia tidak
tahu harus mengatakan apa. Kemudian ia memutar tubuhnya untuk berlari mengejar
mobil Seungri. Sesampainya di belokan, ia terhenyak melihat laki – laki itu
berdiri sambil mengangsurkan senyum. Keduanya saling berhadapan dalam senyuman,
saling mengalirkan rasa yang tidak biasa. Ternyata ada hal – hal indah yang
tidak bisa ia duga ketika memutuskan untuk tetap stay di satu tempat pilihannya.
0 komentar:
Post a Comment