"aku bahkan bisa menendangmu kapan pun aku mau"
"kau tidak akan melakukan itu padaku"
"kata siapa?"
"kataku!"
*
jalang ini kembali. perempuan ini sudah duduk lagi dalam sesinggahan pribadinya. taring giginya yang keemasan sudah menghiasi sudut - sudut bibirnya. meruncing dan siap menerkam semua mata di hadapannya.
ia menyeringai. dilihatnya pemuda itu diam mempersiapkan pidato terakhirnya.
"sudah satu jam kau duduk manis di kursi itu." kata perempuan itu mempermainkan ujung rambutnya yang menjuntai. lalu berdehem keras.
"kau tidak bosan merangkai kalimat yang bahkan mungkin tak akan ku dengarkan itu?"
pemuda itu menghentikan coretan tangannya di atas kertas lusuh yang diambilnya di gudang belakang rumah. kemudian kepalanya mendongak, memperhatikan perempuan yang tegak berdiri menyandarkan punggungnya di dinding tanpa warna di belakangnya.
perempuan itu menggerakkan tangan kanannya menuju saku. dirabanya isi sakunya. beberapa saat kemudian di tangannya telah tergenggam sebatang rokok lengkap dengan korek apinya.
pemuda itu memicingkan matanya. "kau merokok?"
perempuan itu hanya mengedikkan bahu sambil menyulut rokoknya. asap putih mengebul di depan wajahnya yang tirus.
"sejak kapan?" tanya pemuda itu lagi masih dengan tatapan matanya yang seperti kelaparan.
"apakah itu penting?" perempuan itu bergerak, lalu berjalan ringan mendekati pemuda itu.
"sangat penting"
"kalau begitu kau tidak mengenalku"
"maksudmu?"
"kataku, kau tidak mengenalku"
"aku mengenalmu!" pemuda itu berteriak, lantang, sampai suaranya memantul-mantul manja di dinding tanpa warna itu.
perempuan itu kembali menyeringai. ditatapnya pemuda itu setengah geli.
"ini adalah bukti kalau kau tidak mengenalku. kau terlalu cepat memberikan putusan pada hatimu bahwa aku perempuan yang baik. padahal kan pengadilan belum mengiyakan aku bebas dari segala tuduhan?"
pemuda itu terdiam. salah satu tangannya sibuk meremas-remas ujung bajunya. sedangkan perempuan itu, tubuh perempuan itu terguncang, jantungnya berlarian tak keruan.
"mari kita lihat, seberapa lama kau mampu duduk di situ. seberapa kuat dirimu bertahan dengan sekumpulan kalimat yang memang mungkin tidak akan pernah masuk ke dalam hatiku"
"aku mencintaimu!" seru pemuda itu lirih, namun berhasil mengoyak dada perempuan itu dengan sempurna.
"tapi kataku, TIDAK"
"kau tidak akan melakukan itu padaku"
"kata siapa?"
"kataku!"
*
jalang ini kembali. perempuan ini sudah duduk lagi dalam sesinggahan pribadinya. taring giginya yang keemasan sudah menghiasi sudut - sudut bibirnya. meruncing dan siap menerkam semua mata di hadapannya.
ia menyeringai. dilihatnya pemuda itu diam mempersiapkan pidato terakhirnya.
"sudah satu jam kau duduk manis di kursi itu." kata perempuan itu mempermainkan ujung rambutnya yang menjuntai. lalu berdehem keras.
"kau tidak bosan merangkai kalimat yang bahkan mungkin tak akan ku dengarkan itu?"
pemuda itu menghentikan coretan tangannya di atas kertas lusuh yang diambilnya di gudang belakang rumah. kemudian kepalanya mendongak, memperhatikan perempuan yang tegak berdiri menyandarkan punggungnya di dinding tanpa warna di belakangnya.
perempuan itu menggerakkan tangan kanannya menuju saku. dirabanya isi sakunya. beberapa saat kemudian di tangannya telah tergenggam sebatang rokok lengkap dengan korek apinya.
pemuda itu memicingkan matanya. "kau merokok?"
perempuan itu hanya mengedikkan bahu sambil menyulut rokoknya. asap putih mengebul di depan wajahnya yang tirus.
"sejak kapan?" tanya pemuda itu lagi masih dengan tatapan matanya yang seperti kelaparan.
"apakah itu penting?" perempuan itu bergerak, lalu berjalan ringan mendekati pemuda itu.
"sangat penting"
"kalau begitu kau tidak mengenalku"
"maksudmu?"
"kataku, kau tidak mengenalku"
"aku mengenalmu!" pemuda itu berteriak, lantang, sampai suaranya memantul-mantul manja di dinding tanpa warna itu.
perempuan itu kembali menyeringai. ditatapnya pemuda itu setengah geli.
"ini adalah bukti kalau kau tidak mengenalku. kau terlalu cepat memberikan putusan pada hatimu bahwa aku perempuan yang baik. padahal kan pengadilan belum mengiyakan aku bebas dari segala tuduhan?"
pemuda itu terdiam. salah satu tangannya sibuk meremas-remas ujung bajunya. sedangkan perempuan itu, tubuh perempuan itu terguncang, jantungnya berlarian tak keruan.
"mari kita lihat, seberapa lama kau mampu duduk di situ. seberapa kuat dirimu bertahan dengan sekumpulan kalimat yang memang mungkin tidak akan pernah masuk ke dalam hatiku"
"aku mencintaimu!" seru pemuda itu lirih, namun berhasil mengoyak dada perempuan itu dengan sempurna.
"tapi kataku, TIDAK"
0 komentar:
Post a Comment