boleh aku meneguk segelas bir yang kau hantarkan tadi sore bersamaan dengan sebutir pil tidur yang kemarin malam ku beli? kepalaku rasanya nyaris pecah, berdenyutan. ah...aku pikir kau pasti tak akan pernah membiarkan bir itu meluncur masuk ke dalam tenggorokanku. ya ya ya, kau memang pandai memonopli barang yang satu itu sampai-sampai tak mengizinkanku rebah di tubuhnya. mungkin cuma selinting dua linting rokok bergabus itu yang kau berikan. tapi taukah kau kalau aku bosan?
sesekali lah ya, biarkan minuman itu masuk menembus dadaku. boleh?
seperti biasanya, aku cuma bisa menegurmu dalam imajiku. ah, dunia memang tidak pernah adil kali ya? jungkir balik merindu ternyata tidak cukup mampu membuat matamu melihat ke arahku. pun bahkan tetesan air mata yang belum kering ini tak cukup kuat menggetarkan hatimu. lalu aku, harus ngapain lagi ya? bugil di depanmu dan menyodorkan tubuh ini tanpa malu? alah, palingan ya cuma dilihati doang. tubuh ini masih kalah cantik dengan paha-paha luar biasa yang gadis-gadis itu perlihatkan di setiap kesempatan. ah, apalah saya?
kok jadi ngelantur?
Surabaya, ketika kram otak. 10:44
sesekali lah ya, biarkan minuman itu masuk menembus dadaku. boleh?
seperti biasanya, aku cuma bisa menegurmu dalam imajiku. ah, dunia memang tidak pernah adil kali ya? jungkir balik merindu ternyata tidak cukup mampu membuat matamu melihat ke arahku. pun bahkan tetesan air mata yang belum kering ini tak cukup kuat menggetarkan hatimu. lalu aku, harus ngapain lagi ya? bugil di depanmu dan menyodorkan tubuh ini tanpa malu? alah, palingan ya cuma dilihati doang. tubuh ini masih kalah cantik dengan paha-paha luar biasa yang gadis-gadis itu perlihatkan di setiap kesempatan. ah, apalah saya?
kok jadi ngelantur?
Surabaya, ketika kram otak. 10:44
0 komentar:
Post a Comment