Pergi! Menyingkirlah dengan sopan dari hadapanku. Segeralah enyah tanpa perlu mengucap sepatah kalimat perpisahan. Aku tidak butuh itu.
Berpeluk dengan rindu dan bercumbu dengan patah hati adalah dua hal gila yang selalu kulakukan ketika malam tiba. Aku tidak ingin ini, hanya saja teori klasik yang selalu bibir ucapkan kepada semua makhluk yang masih lengkap dengan napasnya terbantahkan oleh sekali waktu penampakan rupamu. Ah sial.
Dan aku mengusirmu, memintamu kembali pada penjelajahan tanpa arah itu. jangan pernah mencoba kembali jika tak ingin kusakiti. Aku adalah pendendam ulung, yang pandai membalas pada ketidakadilan yang dengan sumringah selalu menyambutku dalam kisah percintaan. Kau adalah bagian dari ruang yang tak pernah punya padang. Kau, hanyalah seonggok sepi yang kehilangan jati diri
Jangan kembali. Jangan pernah mengharapkanku kembali pada senyum dan tawa yang selalu liar kuudarakan ketika berbincang denganmu. Jangan berharap ada perlakuan sama dariku. Kita, bukan siapa-siapa. Bukan teman, bukan pula musuh. Kita, hanya sepasang manusia yang sempat kenal namun tak dalam. Seperti itu. Itu ketetapan yang sudah bulat-bulat kubuat. Jangan menyangkal. Sebab aku membenci penyangkalanmu sama seperti membenci beberapa hal yang telah kau lakukan di belakangku.
Para pujangga beramai-ramai menulis puisi. Aku tak mau kalah. Ingin kutulis beberapa larik kalimat yang akan kau simpan selama hidupmu.
"mencoba menghubungiku, sama saja mencoba untuk membunuh dirimu sendiri. pergi!!! aku mengusirmu"
Berpeluk dengan rindu dan bercumbu dengan patah hati adalah dua hal gila yang selalu kulakukan ketika malam tiba. Aku tidak ingin ini, hanya saja teori klasik yang selalu bibir ucapkan kepada semua makhluk yang masih lengkap dengan napasnya terbantahkan oleh sekali waktu penampakan rupamu. Ah sial.
Dan aku mengusirmu, memintamu kembali pada penjelajahan tanpa arah itu. jangan pernah mencoba kembali jika tak ingin kusakiti. Aku adalah pendendam ulung, yang pandai membalas pada ketidakadilan yang dengan sumringah selalu menyambutku dalam kisah percintaan. Kau adalah bagian dari ruang yang tak pernah punya padang. Kau, hanyalah seonggok sepi yang kehilangan jati diri
Jangan kembali. Jangan pernah mengharapkanku kembali pada senyum dan tawa yang selalu liar kuudarakan ketika berbincang denganmu. Jangan berharap ada perlakuan sama dariku. Kita, bukan siapa-siapa. Bukan teman, bukan pula musuh. Kita, hanya sepasang manusia yang sempat kenal namun tak dalam. Seperti itu. Itu ketetapan yang sudah bulat-bulat kubuat. Jangan menyangkal. Sebab aku membenci penyangkalanmu sama seperti membenci beberapa hal yang telah kau lakukan di belakangku.
Para pujangga beramai-ramai menulis puisi. Aku tak mau kalah. Ingin kutulis beberapa larik kalimat yang akan kau simpan selama hidupmu.
"mencoba menghubungiku, sama saja mencoba untuk membunuh dirimu sendiri. pergi!!! aku mengusirmu"
0 komentar:
Post a Comment