wahai perempuan gila, sudikah engkau meracik kata cinta untukku? dadaku berdesir pilu tatkala memandang kedua bola mata anda bergerak liar menelusuri satu per satu halaman buku setebal bantalku, di sudut ruang baca yang setengah ramai itu.
wahai perempuan gila, adakah sedikit saja ruang bagiku untuk bergabung denganmu sembari menikmati secangkir kopi pahit yang selalu kau pesan pada pelayan bergincu merah itu? mataku rasanya lelah memandangimu dari jarak sejauh ini. aku ingin memandangmu melebihi ini. sekaligus ingin kuhirup aroma kayu manis yang menguar di anakan rambut yang jatuh rapi di pucuk pundakmu ketika melewatiku.
wahai perempuan gila, mari kita berbagi kretek bersama. bagaimana rasa nikmat yang dihasilkan kretekmu? apakah bisa kunikmati juga ketika kretek kita saling disulut api? ah, aku ingin berbincang denganmu. aku ingin meluapkan kagumku padamu lewat penggalan-penggalan syair syahdu yang tentu saja tidak mahir kubuat untuk perempuan secantik kamu.
wahai perempuan gila, kau bisa mendengar kata hatiku?
Surabaya, ketika perempuan gila menggila di sudut ruangnya.
wahai perempuan gila, adakah sedikit saja ruang bagiku untuk bergabung denganmu sembari menikmati secangkir kopi pahit yang selalu kau pesan pada pelayan bergincu merah itu? mataku rasanya lelah memandangimu dari jarak sejauh ini. aku ingin memandangmu melebihi ini. sekaligus ingin kuhirup aroma kayu manis yang menguar di anakan rambut yang jatuh rapi di pucuk pundakmu ketika melewatiku.
wahai perempuan gila, mari kita berbagi kretek bersama. bagaimana rasa nikmat yang dihasilkan kretekmu? apakah bisa kunikmati juga ketika kretek kita saling disulut api? ah, aku ingin berbincang denganmu. aku ingin meluapkan kagumku padamu lewat penggalan-penggalan syair syahdu yang tentu saja tidak mahir kubuat untuk perempuan secantik kamu.
wahai perempuan gila, kau bisa mendengar kata hatiku?
Surabaya, ketika perempuan gila menggila di sudut ruangnya.
0 komentar:
Post a Comment