tidak salah kan jika aku harus bergelayut dalam kebiruan yang kau ciptakan?
aku tidak mau remang, si abu-abu
juga tidak mau terang, si putih
aku ingin masuk dalam kegelapan yang kau ciptakan itu, Biru
biarkan aku masuk dan berdiam diri di sana :)
Aku melihatnya berbeda.
Gelitikan tulisan cadas dan apa adanya yang meletup dari dalam hatinya itu membuatmu merasa berbeda.
Sesuatu itu diam – diam mengusik sehariku.
Mencobaku untuk terus mengintip tulisan – tulisan gila itu.
Berjibaku dengan kejujuran yang keluar dari setiap katanya.
ah, kecewa hati lelaki ini meledak.
Gaya bahasanya yang natural memiliki daya magis untukku ingin terus membaca karya – karyanya.
Terkadang, aku ikut merasa sakit saat mencoba masuk lebih dalam ke setiap tulisannya.
Sang sastrawan menangis
Kesakitan merambati seluruh hatinya.
Kenangan itu
Sekedar memeluk tulisan itu ternyata tak lantas membuatku puas.
Hasrat lain pun muncul dari dalam diriku.
Menguar tanpa bisa dicegah sama sekali.
Sepenuhnya menuntut sesuatu yang lain .
Meledak tiap kali ku perhatikan sepasangan mata yang tertutupi acak adut rambut si penulisnya.
Dan kadang tak segan untukku ingin merasakan kelembutan jarinya.
Merasakan coretan tangannya tertujukan untukku dengan gaya bahasa yang lebih manis, tentunya.
Ah, aku terlalu bermimpi.
Dan lelaki jurusan sastra Indonesia ini membuatku sedikit…. Ah terpesona :)
Biru ….
Aku sering menemukannya dalam tulisan - tulisan liar yang tertulis rapi di jajaran note orang – orang dalam lapak biruku.
Sering menemukannya di Bisikku Bukan Hantu dengan macam – macam kebiruan yang mengharu.
Keinginanku untuk menjamah tidak pada tulisanmu pun semakin membuncah, Biru
Gelora di ujung-ujung sarafku membuatku ngilu.
Ah, aku tergoda untuk menjelajahi kisah-kisah hidupmu.
Juga terdorong untuk mencoba memasuki hatimu yang kelabu itu.
Menyelami selubungan duniamu yang tampaknya begitu mempesona.
Bolehkah?
Bisakah?
Bisakah kita mulai sesuatu itu dengan sesuatu seperti ini? :)
Rentangkan tanganmu.
Buka lebar.
Agar aku bisa leluasa jatuh di pelukanmu.
Dan menikmati degup keras jantungmu di akhir senja.
Dan bergelayut manja di sana.
Dan menikmati aroma mint yang menguar dari tubuhmu.
Singsingkan lengan bajumu
Ajak aku berduet dengan waktu
Menari bersama kesempatan
Mari bermesraan dengan pasir
Mari berdansa bersama buih - buih putih
Lantai itu milik kita
Mari menari sampai pagi
Dan ketika fajar menyongsong di langit timur sana
Kecupkan salam termanis untukku, sekali saja
Namun lagi-lagi aku harus bertarung dengan sesuatu
Siap kalah seperti sebelumnya?
Entahlah, Biru
Namun,
Sematkan sesuatu padaku
Sesuatu itu, Biru
aku tidak mau remang, si abu-abu
juga tidak mau terang, si putih
aku ingin masuk dalam kegelapan yang kau ciptakan itu, Biru
biarkan aku masuk dan berdiam diri di sana :)
Aku melihatnya berbeda.
Gelitikan tulisan cadas dan apa adanya yang meletup dari dalam hatinya itu membuatmu merasa berbeda.
Sesuatu itu diam – diam mengusik sehariku.
Mencobaku untuk terus mengintip tulisan – tulisan gila itu.
Berjibaku dengan kejujuran yang keluar dari setiap katanya.
ah, kecewa hati lelaki ini meledak.
Gaya bahasanya yang natural memiliki daya magis untukku ingin terus membaca karya – karyanya.
Terkadang, aku ikut merasa sakit saat mencoba masuk lebih dalam ke setiap tulisannya.
Sang sastrawan menangis
Kesakitan merambati seluruh hatinya.
Kenangan itu
Sekedar memeluk tulisan itu ternyata tak lantas membuatku puas.
Hasrat lain pun muncul dari dalam diriku.
Menguar tanpa bisa dicegah sama sekali.
Sepenuhnya menuntut sesuatu yang lain .
Meledak tiap kali ku perhatikan sepasangan mata yang tertutupi acak adut rambut si penulisnya.
Dan kadang tak segan untukku ingin merasakan kelembutan jarinya.
Merasakan coretan tangannya tertujukan untukku dengan gaya bahasa yang lebih manis, tentunya.
Ah, aku terlalu bermimpi.
Dan lelaki jurusan sastra Indonesia ini membuatku sedikit…. Ah terpesona :)
Biru ….
Aku sering menemukannya dalam tulisan - tulisan liar yang tertulis rapi di jajaran note orang – orang dalam lapak biruku.
Sering menemukannya di Bisikku Bukan Hantu dengan macam – macam kebiruan yang mengharu.
Keinginanku untuk menjamah tidak pada tulisanmu pun semakin membuncah, Biru
Gelora di ujung-ujung sarafku membuatku ngilu.
Ah, aku tergoda untuk menjelajahi kisah-kisah hidupmu.
Juga terdorong untuk mencoba memasuki hatimu yang kelabu itu.
Menyelami selubungan duniamu yang tampaknya begitu mempesona.
Bolehkah?
Bisakah?
Bisakah kita mulai sesuatu itu dengan sesuatu seperti ini? :)
Rentangkan tanganmu.
Buka lebar.
Agar aku bisa leluasa jatuh di pelukanmu.
Dan menikmati degup keras jantungmu di akhir senja.
Dan bergelayut manja di sana.
Dan menikmati aroma mint yang menguar dari tubuhmu.
Singsingkan lengan bajumu
Ajak aku berduet dengan waktu
Menari bersama kesempatan
Mari bermesraan dengan pasir
Mari berdansa bersama buih - buih putih
Lantai itu milik kita
Mari menari sampai pagi
Dan ketika fajar menyongsong di langit timur sana
Kecupkan salam termanis untukku, sekali saja
Namun lagi-lagi aku harus bertarung dengan sesuatu
Siap kalah seperti sebelumnya?
Entahlah, Biru
Namun,
Sematkan sesuatu padaku
Sesuatu itu, Biru
0 komentar:
Post a Comment