pagi bersama bulan ketika matahari hendak membuka tirai jendela kamarnya. ketika mendapati bulan sedang terduduk lesu menatap pagi, matahari mulai bergegas menghampirinya. sang bulan tersudut di pusara tanah bergunduk merah, menangis, merah matanya. matahari berlari untuk mengejar waktu pemberangkatannya segera. lalu matahari merengkuh bahunya. dan membiarkan bulan tersedu di pelukannya...
"sudah waktumu pulang sayang...." ucap lembut matahari pada bulan
"tapi aku masih ingin bersamanya..." jawab bulan sambil terisak
"waktumu telah berpulang, harus aku yang menggantikan... pulanglah...." kata matahari dengan penuh iba
"aku belum bisa melepaskan malam, wahai matahari....12 jam terlalu singkat bagiku untuk membagi kisahku dengannya. dan aku masih sangat merindukannya..." ditatapnya matahari dengan penuh belas, tapi matahari hanya tersenyum saja.
"bulan....pulanglah sebelum ajal mengerikan datang menyapamu. sebelum mereka datang dengan sepasukan tentara perkasa muda yang akan menyeretmu ke dinding gelap berudara pengap. jangan biarkan mereka tak mengizinkanmu untuk memeluk malam lagi...nanti malam datanglah kembali" pinta matahari dengan sungguh-sungguh.
dan bulan pun bergeming.
"ada waktu dimana kamu harus bersedia merelakan diri terbujur kaku di tepian waktu. terdiam bersama sisa-sisa potongan kesempatan. ada waktu dimana kamu harus bersedia mengalah untuk mendapatkan apa yang kamu harapkan. dan ada waktu dimana kamu harus bersedia mengantarkan malam menemui penghujungnya seperti sekarang. aku mencintai siang, seperti kamu mencintai malam. aku merindukan siang ketika malam bergeming tak mengizinkanku menengok jagat raya. sama sepertimu. dan kita harus tunduk pada peraturannya, bulan. atau jika tidak, kita akan mati dan tidak akan pernah menemui waktu dimana kita bisa saling berbagi dengan mereka yang membutuhkan"
bulan hendak memotong kata-kata sang mentari. namun, ketika matahari mencengkeram kuat lengannya dan menggelengkan kepala, akhirnya bulan sadar... dunianya adalah malam. dan malam takkan pernah mengusik keberadaan siang yang menginginkan matahari, bukan dia. bukan bulan yang senantiasa terang di kala gelap menghujan di sela-sela keributan makhluk-makhluk malam.
ya. bulan akhirnya sadar sepenuhnya bahwa ia harus pergi meninggalkan sisa waktu yang memberinya kesempatan untuk berpamitan pada bumi. wahai makhluk bumi yang menginginkan lelap dan damai, tunggu aku berkunjung dalam malammu. aku akan senantiasa menemani sudut-sudut galau hatimu ketika terik menghantarkanmu pada lelah yang menubi. rindukan aku wahai makhluk.....
"sudah waktumu pulang sayang...." ucap lembut matahari pada bulan
"tapi aku masih ingin bersamanya..." jawab bulan sambil terisak
"waktumu telah berpulang, harus aku yang menggantikan... pulanglah...." kata matahari dengan penuh iba
"aku belum bisa melepaskan malam, wahai matahari....12 jam terlalu singkat bagiku untuk membagi kisahku dengannya. dan aku masih sangat merindukannya..." ditatapnya matahari dengan penuh belas, tapi matahari hanya tersenyum saja.
"bulan....pulanglah sebelum ajal mengerikan datang menyapamu. sebelum mereka datang dengan sepasukan tentara perkasa muda yang akan menyeretmu ke dinding gelap berudara pengap. jangan biarkan mereka tak mengizinkanmu untuk memeluk malam lagi...nanti malam datanglah kembali" pinta matahari dengan sungguh-sungguh.
dan bulan pun bergeming.
"ada waktu dimana kamu harus bersedia merelakan diri terbujur kaku di tepian waktu. terdiam bersama sisa-sisa potongan kesempatan. ada waktu dimana kamu harus bersedia mengalah untuk mendapatkan apa yang kamu harapkan. dan ada waktu dimana kamu harus bersedia mengantarkan malam menemui penghujungnya seperti sekarang. aku mencintai siang, seperti kamu mencintai malam. aku merindukan siang ketika malam bergeming tak mengizinkanku menengok jagat raya. sama sepertimu. dan kita harus tunduk pada peraturannya, bulan. atau jika tidak, kita akan mati dan tidak akan pernah menemui waktu dimana kita bisa saling berbagi dengan mereka yang membutuhkan"
bulan hendak memotong kata-kata sang mentari. namun, ketika matahari mencengkeram kuat lengannya dan menggelengkan kepala, akhirnya bulan sadar... dunianya adalah malam. dan malam takkan pernah mengusik keberadaan siang yang menginginkan matahari, bukan dia. bukan bulan yang senantiasa terang di kala gelap menghujan di sela-sela keributan makhluk-makhluk malam.
ya. bulan akhirnya sadar sepenuhnya bahwa ia harus pergi meninggalkan sisa waktu yang memberinya kesempatan untuk berpamitan pada bumi. wahai makhluk bumi yang menginginkan lelap dan damai, tunggu aku berkunjung dalam malammu. aku akan senantiasa menemani sudut-sudut galau hatimu ketika terik menghantarkanmu pada lelah yang menubi. rindukan aku wahai makhluk.....
0 komentar:
Post a Comment