aku membungkuk.
menyaksikan tanah yang gersang tersapu angin bulan Mei.
yang bersimbah kering dilaju kemarau.
lalu kemudian
ku goreskan patahan ranting di sana
membentuk sketsa wajah rupawannya.
tes.... air mata menetes.
ngilu menyerbu.
memukul hati tanpa ragu.
tergores oleh buncahan sedih
yang tanpa malu menelanjangi rupa di depan mata.
sakit.....
arh,,,,,
bisa aku berteriak
menelanjangi waktu yang diperkosa perasaan?
yang mengaduh sakit saat ditinggalkan pelakonnya?
lalu ku mendongak,
menerawang jauh ke langit yang berubah hitam.
gelap mulai menyelubung
hujan hendak turun.
hujani aku dengan parang sesalmu sayang....
bunuh aku dengan belati manis kalimatmu....
sekarang saja....
agar supaya kesedihan dan luka tiada,
bersama jiwaku yang melayang
didampingi malaikat pencabut nyawa....
0 komentar:
Post a Comment