"siapa yang mau hidup seperti ini?""kamu yang mau!"
"aku tidak mau!!"
"tapi kamu tetap melakukannya!?"
"aku butuh itu"
"dan karena itu kau tetap melakukannya"
"aku punya alasan"
"alasan apa??"
"......."
"kamu ini tidak ditakdirkan untuk seperti itu"
*
sunyi. hanya debur ombak yang bergolak beberapa meter sana yang terdengar riuh di kupingku. suasana masih gelap. langit belum memberi tanda bahwa matahari akan datang sebentar lagi. ya. ini masih jam tiga dini hari.
aku merasakan dingin yang mulai merasuk ke dalam tulang dalamku. ngilu menyertai. kupeluk sendiri kedua lututku untuk membunuh dingin yang mulai menggila. jari-jari tanganku gemetaran. bibirku mulai bergetar. gigi-gigiku mulai gemeretak. aku kedinginan.
lelaki yang tergolek lemah di sampingku hanya diam. tak mengacuhkan adaku di sebelahnya. tubuhnya yang menyatu dengan pasir membelakangiku. mulutnya dikunci rapat-rapat setelah beberapa saat lalu berargumen panjang denganku. marahkah dia?
bahkan dalam keadaan sedekat ini, aku tak mampu mengurai kalimat apapun padanya. lidahku menggulung lesu. mendadak mataku basah. nyeri menjalar ke dalam hati.
ada apa ini? kurasakan sakit yang amat sangat ketika mendapatinya bicara banyak hal tentangku. semua kebenaran yang dia ucapkan secara gamblang tak ubahnya membuat diriku seperti manusia tak berlidah. aku seperti dibungkam, tunduk seketika pada segala apa yang dia bicarakan. sebenarnya aku ingin membantah, tapi rasanya susah. lelaki ini membuatku tak bisa bertingkah.
"aku sedih kalau kamu begitu....
kamu lebih memilih jalan yang kamu mau :') seperti kamu yang sekarang ini..."
jantungku seperti ditinju. sakit menyertai dadaku.
dan di hadapan matahari yang mendadak menyembul dari ujung timur, aku telah hancur.
"aku tidak mau!!"
"tapi kamu tetap melakukannya!?"
"aku butuh itu"
"dan karena itu kau tetap melakukannya"
"aku punya alasan"
"alasan apa??"
"......."
"kamu ini tidak ditakdirkan untuk seperti itu"
*
sunyi. hanya debur ombak yang bergolak beberapa meter sana yang terdengar riuh di kupingku. suasana masih gelap. langit belum memberi tanda bahwa matahari akan datang sebentar lagi. ya. ini masih jam tiga dini hari.
aku merasakan dingin yang mulai merasuk ke dalam tulang dalamku. ngilu menyertai. kupeluk sendiri kedua lututku untuk membunuh dingin yang mulai menggila. jari-jari tanganku gemetaran. bibirku mulai bergetar. gigi-gigiku mulai gemeretak. aku kedinginan.
lelaki yang tergolek lemah di sampingku hanya diam. tak mengacuhkan adaku di sebelahnya. tubuhnya yang menyatu dengan pasir membelakangiku. mulutnya dikunci rapat-rapat setelah beberapa saat lalu berargumen panjang denganku. marahkah dia?
bahkan dalam keadaan sedekat ini, aku tak mampu mengurai kalimat apapun padanya. lidahku menggulung lesu. mendadak mataku basah. nyeri menjalar ke dalam hati.
ada apa ini? kurasakan sakit yang amat sangat ketika mendapatinya bicara banyak hal tentangku. semua kebenaran yang dia ucapkan secara gamblang tak ubahnya membuat diriku seperti manusia tak berlidah. aku seperti dibungkam, tunduk seketika pada segala apa yang dia bicarakan. sebenarnya aku ingin membantah, tapi rasanya susah. lelaki ini membuatku tak bisa bertingkah.
"aku sedih kalau kamu begitu....
kamu lebih memilih jalan yang kamu mau :') seperti kamu yang sekarang ini..."
jantungku seperti ditinju. sakit menyertai dadaku.
dan di hadapan matahari yang mendadak menyembul dari ujung timur, aku telah hancur.
0 komentar:
Post a Comment