menggeliat.
ujung penamu menjilat lekat di hamparan putih secarikan kertasku tanpa noda.
mencacah kecil bagian paling pekanya
di lapisan kulit paling luar dihentak tanpa pandang
merekam pandangan
mencacah kecil bagian paling pekanya
di lapisan kulit paling luar dihentak tanpa pandang
merekam pandangan
melirik sepersekian sekon,
lalu menggelinjang minta disentuhkan pada mulus bahu perasaku.
aku meringis menahan geli.
kuasa akan pena bertinta merah itu menyibak segala rahasia yang selama ini ku punya.
yang diam-diam kau celahi dengan gambar kelopak mawar merah.
yang merekah harum ditempa jilatan mentari di pagi hari.
seluruh lekuk garis kertasku melenguh resah
juga ada geli yang menyertai ketika lengan penamu menjamah sisi putihku
aku hilang arah
ranum-ranum putih sudut kertasku terjamah juga
pekikan minta tolong tak didengar sang penghapus duka
tinta merah mewarna dengan gairah di belantara surga dunia
tak ada daya kertas melusuh tersapu gelombang lara
jeritan
tangisan
lolongan minta tolong terabaikan
pekikan minta tolong tak didengar sang penghapus duka
tinta merah mewarna dengan gairah di belantara surga dunia
tak ada daya kertas melusuh tersapu gelombang lara
jeritan
tangisan
lolongan minta tolong terabaikan
pena merah darah meliuk-liuk di atas kertas
diam-diam menggambar residual merah
3 komentar:
terima kasih sudah mampir ... : )
jembatansastra.blogspot.com
sama2 :)
Post a Comment