October 2, 2011

Don't Say Goodbye

Didedikasikan untuk mantan terindah : Yogi Maulana A

If you go away, you will see me cry, baby don't you let me go....

Ditatapnya bola mata pekat laki-laki yang tengah duduk di depannya dengan gemas. Rahangnya mengeras. Telinganya seperti mengeluarkan asap panas. Matanya berkilat, marah.
Sudah hampir setengah jam dan mereka belum bicara. Hanya bunyi ponsel masing-masing yang kadang mengusir canggung.
Satu sama lain sebenarnya tak pernah mengerti tentang pertemuan tak terencana ini, hanya saja ada satu hal yang harus segera mereka selesaikan. Dan itu tidak bisa ditunda.


Yang Maura tahu, malam ini akan ada penyelesaian dari perang dingin yang mereka kibarkan sejak seminggu lalu. Pertengkaran yang tak tahu kapan mula dan sebabnya itu membuat segalanya bertambah buruk, semakin rumit. Ditambah lagi sikap Natan yang membuatnya geregetan, mengacuhkan sms dan panggilan-panggilannya.

Dan kali ini Maura tahu apa yang harus dilakukannya pada Natan. Namun, sebelum Maura membuka suara, Natan mendahului dengan suara dehem yang dalam.
"ehm...aku mau bicara Ra" Natan tidak mau melihat mata Maura, dan Maura tahu ada yang Natan sembunyikan darinya.
"iya, aku sudah siap Nat, apapun keputusan kamu aku siap" Maura menghela napas, berusaha mengatur detak jantungnya yang telah naik turun dari tadi. Maura melihat Natan dengan gusar. Maura tidak mau menangis. Tidak untuk malam ini.

"kita putus aja ya Ra...." deg. Mata Maura membulat tak percaya. Maura menegak ludahnya sendiri. Jantungnya bergemuruh. Maura tidak menyangka sama sekali kalau Natan akan mengatakan ini.
"siapa wanita itu Nat?" Maura mencengkeram kuat-kuat pinggiran meja duduknya dan Natan tahu apa yang harus dilakukan, Segera dipegangnya tangan dingin Maura, lalu mengusapnya perlahan.
"bukan wanita. Ini tidak karena wanita Ra. Percayalah....kita harus mengakhiri hubungan kita karena....karena kisa sudah tidak cocok Ra, kita sudah sering bertengkar, dan kita sudah tidak bisa bersama lagi. Kita harus mengakhirinya Ra...."
Maura mengusap matanya yang telah basah. Dilihatnya mata lelakinya itu. Tak sanggup, Maura tak sanggup melihatnya. Dipalingkannya wajah Maura dari Natan, dan dilepaskannya tangan Natan. Memang berat, namun Maura tidak mungkin memaksakan hubungan yang jelas-jelas sudah tidak sehat itu.

Sebenarnya Maura tidak berharap bakal ada kata putus dari Natan, dipikirnya Natan akan menjelaskan dan meluruskan semua hal yang menjadi penyebab pertengkarannya dengan Maura akhir-akhir ini. Maura tak pernah menyangka bakal seburuk ini akhirnya. Meski sakit, Maura harus sadar, harus ingat bahwa kemarin dia telah berencana untuk putus dengan Natan, hanya saja Maura sendiri tidak mau mengatakannya, biar Natan yang memintanya putus. Dan akhirnya kata putus itu meluncur juga dari bibir Natan. Parahnya kata putus itu begitu mudah dibayangkan namun sakit saat benar-benar didengar.


"tapi kita masih berteman kan Nat?" ucap Maura dengan gemetar. Natan mengangguk dan air mata Maura akhirnya tumpah ruah tak terkendali. Maura menangis keras di hadapan Natan.

"maafkan Ra, aku tak berniat menyakitimu dengan kata putus ini, aku masih sangat menyayangimu...hanya saja kita memang sudah tidak bisa bersama Ra...mengertilah" Natan meraih tangan Maura dan mengecupnya dengan lembut. Maura yang diperlakukan seperti itu merasa sangat sakit.

"boleh aku memelukmu Nat, untuk yang terakhir" Maura memohon pada Natan. Natan mengangguk dan membuka lengannya. Tangis Maura semakin histeris di sana. Natan yang tadinya baik-baik saja sekarang sesenggukan. Natan menangis.

Maura membatin, jangan pergi Nat....jangan pergi. Ku mohon......aku masih sangat menyayangimu.

Bahkan air mata sekalipun tak bisa menahanmu pergi


Tak ada kata egois dalam cinta
Semua berlalu begitu saja
Ketika salah satu bibir mengucap pisah
Yang lainnya harus pasrah

Tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana kata putus itu terucap, kita masih saling menyayangi, hanya saja kita sudah tidak bisa bersama. perpisahan ini membuatku limbung. membuatku tak bisa berpikir. aku menangis semalaman Nat. Jangan pergi....ku mohon, jangan pergi. aku ingin sekali mengatakan itu padamu jangan pergi. sebab aku masih snagat membutuhkanmu, membutuhkan lelucon-lelucon konyolmu, membuatuhkan protectifmu, membutuhkan sms-sms mu. namun, segalanya telah berubah. You have to say goodbye to me :'(

8 komentar:

Adibriza said... Reply Comment

say good bye

adhitt said... Reply Comment

Bagus cerpennya.. . :))

Bibir Beku said... Reply Comment

@adieb : you have to say goodbye to me....

@adhitt : makasiii :))

Adibriza said... Reply Comment

yeah,, i have

Anonymous said... Reply Comment

damai-damai...

Bibir Beku said... Reply Comment

@adieb : yeah...thx :D

@anonim : harus damai donk.... :D

Muhamad Tajul Mafachir said... Reply Comment

so good, so nice buat dibaca di sore hari

Bibir Beku said... Reply Comment

@ibn nawawi hhehehe, makasii

Post a Comment