Sedang berkerumun dengan kawan-kawan seperjuangan di kantin kampus, tiba-tiba ada yang mencengkeram lenganku kuat-kuat. Aku menoleh hendak memaki itu orang. Deg. Mati aku. Saktian. Aku tepuk jidatku dan menggeleng resah seperti memohon pengampunan.
"kamu ini, udah dibilangin abis kuliah kelar jangan kemana-mana, nemeni aku latihan badminton. Aku cari-cari eh ternyata ngobrol gak jelas sama mereka"
Hiyak. Aku mendelik, menggigit bibir bawahku. Duh, kena semprot. Lalu aku menyeret lengan kokoh Sakti. Menyingkirkannya dari bisik dan tatapan tak suka dari teman-temanku.
"Sakti...bukannya tadi aku udah sms kamu ya kalau aku mau ngomongin masalah tari sama BPH-BPH UKM?"
"Alasan doank. Ayo!" Sakti langsung mengambil tas selempangku dari meja makan dan bergerak pergi meninggalkanku yang masih bengong, di tempat.
"ngapain lagi sich Cha?"suara Sakti meninggi di jarak 3 meter. Membuat wajahku harus segera disembunyikan. Malu gilak dilihatin banyak orang. Lalu aku bergerak ke meja, memberikan alasan ke teman-temanku. Sungkan dan tak enak hati rasanya harus meninggalkan janji dengan mereka. Salah seorang dari mereka mengangguk mengiyakan, dan malah sangat terlihat bersimpati atas nasibku, mungkin lebih tepatnya kasihan.
"gak apa-apa Cha, pergi sana. Nanti kita kabari hasilnya"
Sedang jalan-jalan bersama Sakti di sebuah mall. Digenggamnya erat tanganku. Tubuhnya nempel macam perangko. Saat hendak masuk ke toko kaset, aku tak sengaja bertemu Ardian, temanku SMA.
"Ardian???" aku menunjuk wajahnya dengan tatapan bertanya, sekedar memastikan keterkejutanku.
"Icha???" Ardian tak kalah kaget, refleks menunjuk wajahku juga.
"Gila ya, bisa ketemu kamu di sini. Apa kabar?" aku segera melepaskan genggam tangan Sakti dan mengulurkan tangan kananku ke Ardian. Aku melihat Sakti sedikit cemberut.
"baik Cha. Kamu gimana? ini siapa Cha? cowokmu?" Ardian membalas uluran tanganku dan menunjuk Sakti.
"salamannya udah belum Cha?" Saktian melepas paksa salamanku ke Ardian. Dilihatnya Saktian dengan tatapan aneh. Lalu aku sempat ngobrol ngalor-ngidul dengan Ardian dan mengacuhkan Sakti yang mematung di sampingku sebelum Ardian berpamitan untuk pergi menjemput ceweknya.
"obrolan gak penting" komentar Sakti saat kami sudah duduk di foodcourt.
"kenapa sich? ya wajar kalau udah lama gak ketemu temen, pasti obrolannya kaya' gitu..."balasku sambil menyeruput lemon tea.
"tapi gak dengan nyuekin aku kaya' gitu kan Cha?" Sakti melotot.
"salahmu juga gak sok akrab sama Ardian"
"salahku??? wajar donk kalau aku gak suka cewekku ngobrol asik sama cowok lain sedangkan pacarnya ada situ" nada bicara Sakti meninggi, dan itu tandanya dia sedang cemburu. level emosinya naik ke posisi 6. Gawat kalau mencapai 7 atau 8.
"ya dech. aku yang salah" ucapku sambil memainkan bibirku, lalu aku berpaling memandang sekitar.
"Cha, aku gak suka ya kamu lihat-lihat cowok lain kaya' gitu!"
"ya Ampun Sakti...yang lihat mereka itu siapa sich?"
"matamu itu loh, dijaga. Gak nganggap aku ada ya Cha?" Sakti melotot, rahangnya mengotot, marah.
"huft........gak sayang........." aku berusaha menahan emosi, mengalah, kalau aku ikut naik nanti bakal runyam masalahnya, terjadi perang dunia ke tiga, mungkin.
Di ruang UKM seni tari sedang rapat. Sedang serius-seriusnya HPku bunyi. Membuat yang lain menoleh ke arahku. Sorry. Aku memasang wajah minta maaf ke arah mereka. Saktian sms.
"Dari Sakti ya Cha?" tanya Tiar.
"iya..."aku berbisik
"yank...lagi dimana? ngapain? sama siapa?"
----
"camp tari. rapat. tmn2."
----
"kok gitu doang sich jawabnya?"
Ya ampun Sakti,,,,,kamu mau jawaban kaya' gimana sich? gerutuku dalam hati, setengah jengkel aku banting HPku di gundukan kertas di depanku. Itu membuat teman-temanku menatapku heran. Omigosh. Gak apa-apa. Aku mengisyaratkan semua baik-baik saja dengan memasang tanda ok dengan tangan kananku.
"maunya aku jawab kaya' gimana sich? aku lagi rapat sayang....ntar aja ya smsnya"
----
Ringtone Hush Hush Taeyeon menggegerkan ruangan itu. Aku menggigit bibir bawahku. Mati. Sakti telpon. Lalu dengan wajah memelas aku memohon izin keluar ruang sebentar
"halo...iya Sakti sayang, ada apa ? maaf ya...lagi rapat yank...ntar aku hubungi lagi kalau rapatnya udah"
"gitu ya...rapat lebih penting dari aku. Aku gamau tau. Lima menit lagi nyampek sana. Keluar!!"
Klik. Bunyi telpon terputus. Sial. Aku mengumpat.
Arch...aku mengacak-acak rambutku.
"kenapa Cha?" Tiar menjulurkan kepalanya dari dalam.
"biasalah Yar, kaya' gatau Sakti aja?" aku mendengus kesal.
"kok masih betah sich pacaran sama cowok macam Sakti? OP banget"
"apa itu?"
"over protective"
"oh...karena cinta mungkin?"jawabku asal-asalan.
"hahaha....cinta buta. Makan tuh cinta Cha" tiar tertawa lebar.
Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Gila ya. Aku ingat-ingat ini adalah tahun ke dua aku berpacaran dengan cowok OP macam Sakti yang terus-terusan sms nanyain aku lagi apa sama siapa, nelpon tanpa jeda kecuali tidur, yang ngelarang aku jalan sama temen-temen cewekku, yang nglarang aku ngobrol sama temen-temen cowokku, yang slalu minta aku ada buat nemein dia kemana-mana, yang membuat tingkahku begini salah begitu salah. Hiks....
Kok ya betah? Apa benar karena cinta? Arch....tau dech. Dan sialnya lagu Over Protective-nya Rini Idol terdengar nyaring dari ruang sebelah, ruang UKM paduan suara. Damn. Semakin membuatku gila. Nyindir banget sich ini lagu ?
over over protective...diriku bagai di penjara...
over over protective...jadi makan hati ini...
over over protective...hidup ini jadi gak eksis...
over over protective....aku pusing gila..aaaaa
0 komentar:
Post a Comment