Aku hanya berusaha membayangkan wajahmu yang bersemu saat ku kecup nikmat pagi di bibir pantai mentari.
Ah, geli juga mengingat gelontoran peluk yang kau rebahkan padaku saat itu.
Hangat, penuh emosi dan banjir sentuhan.
Ketika mentari diam - diam mengintip cumbuan kita berdua di balik selimut merah yang tersampir di depan tubuh kita.
Bersama pasir kita tertidur sepanjang malam, dan menikmati debur yang semakin pagi semakin garang.
Aku hanya berusaha mengecup kenang yang terus membayang malam ini.
Satu dua tiga kelebat tubuhmu merayap di depan mata, membuahkan rindu yang membuatku candu.
Kematian memang menyisakan jutaan harap semu untuk bertemu lagi.
Namun aku tahu, seluruh nafasmu tak pernah kemana.
Sama seperti ketika kita nikmati setiap jengkal waktu berdua malam itu dengan penuh syahdu.
Aku hanya bisa terduduk lesu saat ku dapati ragamu mengeras dan beku.
Satu helaan nafas menghilang dari inderamu sampai meledakkan tangis di ruangan itu.
Bahkan air mata hanya bisa jatuh tanpa mengucapkan salam apapun.
Menetes sakit disertai getar yang menyerang seluruh persendian.
Di bibirmu ku temukan pesan rahasia yang hanya bisa terbaca oleh seorang saja.
Lewat satu sentuh mesra, aku bisa membaca dan menerjemahkannya.
Bergeliat kata-kata terangkai dalam satu susun kalimat nyata.
Membuat mataku merah dan berair lemah.
Kamu mencintaiku waktu itu....
Di bibirmu, ada aku.....wanitamu.
Ah, geli juga mengingat gelontoran peluk yang kau rebahkan padaku saat itu.
Hangat, penuh emosi dan banjir sentuhan.
Ketika mentari diam - diam mengintip cumbuan kita berdua di balik selimut merah yang tersampir di depan tubuh kita.
Bersama pasir kita tertidur sepanjang malam, dan menikmati debur yang semakin pagi semakin garang.
Aku hanya berusaha mengecup kenang yang terus membayang malam ini.
Satu dua tiga kelebat tubuhmu merayap di depan mata, membuahkan rindu yang membuatku candu.
Kematian memang menyisakan jutaan harap semu untuk bertemu lagi.
Namun aku tahu, seluruh nafasmu tak pernah kemana.
Sama seperti ketika kita nikmati setiap jengkal waktu berdua malam itu dengan penuh syahdu.
Aku hanya bisa terduduk lesu saat ku dapati ragamu mengeras dan beku.
Satu helaan nafas menghilang dari inderamu sampai meledakkan tangis di ruangan itu.
Bahkan air mata hanya bisa jatuh tanpa mengucapkan salam apapun.
Menetes sakit disertai getar yang menyerang seluruh persendian.
Di bibirmu ku temukan pesan rahasia yang hanya bisa terbaca oleh seorang saja.
Lewat satu sentuh mesra, aku bisa membaca dan menerjemahkannya.
Bergeliat kata-kata terangkai dalam satu susun kalimat nyata.
Membuat mataku merah dan berair lemah.
Kamu mencintaiku waktu itu....
Di bibirmu, ada aku.....wanitamu.
0 komentar:
Post a Comment