Sepenggal haru mencuat dari permukaan wajahnya
Menggelinjang penuh duka di antara belukar tawa
Mengendap perlahan menculik bahagia
Sampai titik air mata menetes tanpa jeda
Kedua tangannya terayun ke udara
Menjari lima
Gemetar dalam selanya
Hendak mencakar rona gembira depannya
Meliuk gemulai bahasa jiwa
Mengirimkan pesan terakhir tanpa suara
Bibir mengeja kata-kata
Rahang enggan kali membuka
Sebongkah kalimat cinta meluncur
Seperti ombak mendebur
Menggoreskan duka besulur
Sampai titik akhirnya hancur
Surat pisah terlentang di tangan
Basahi telapak diguyur hujan
Mengangguk pasrah kepada Tuhan
Sekisahan tanpa ujung tiba tertakdirkan
Bumi melenguh resah dipijaki
Hendak memprotes tetes - tetes tertambati
Mencoba membuka suara seinci
Memasang telinga hendak dicaci
Sungai berkelok menemukan muara
Menggamit pisah menggandeng duka
Mencumbu bahagia terakhir kalinya
Lalu mengucap pisah dalam bahasa mata
Menggelinjang penuh duka di antara belukar tawa
Mengendap perlahan menculik bahagia
Sampai titik air mata menetes tanpa jeda
Kedua tangannya terayun ke udara
Menjari lima
Gemetar dalam selanya
Hendak mencakar rona gembira depannya
Meliuk gemulai bahasa jiwa
Mengirimkan pesan terakhir tanpa suara
Bibir mengeja kata-kata
Rahang enggan kali membuka
Sebongkah kalimat cinta meluncur
Seperti ombak mendebur
Menggoreskan duka besulur
Sampai titik akhirnya hancur
Surat pisah terlentang di tangan
Basahi telapak diguyur hujan
Mengangguk pasrah kepada Tuhan
Sekisahan tanpa ujung tiba tertakdirkan
Bumi melenguh resah dipijaki
Hendak memprotes tetes - tetes tertambati
Mencoba membuka suara seinci
Memasang telinga hendak dicaci
Sungai berkelok menemukan muara
Menggamit pisah menggandeng duka
Mencumbu bahagia terakhir kalinya
Lalu mengucap pisah dalam bahasa mata
0 komentar:
Post a Comment