intim jejak menggelayuti ringkih kaki
bersemu sajak menguntit lagi
aku mendamba pada guyur hujan petang
tak sedikitpun rasa menjelma membahagia
sudah sekali buih menjemu menyatakan cinta
menunggu petisi mati pencaci
aku rubah segala janji
menggusur pendakwaan jalanan murahan
pagi menertawakan malam
sisa hujan meredakan sepi
bangkai langit menjuntai ngeri
persembahan mentari memburai kelam
laju teori memangkas degradasi semi
memburai jati dan menepi
hilang kabut tersapu malu
samar-samar menyulut haru
aku bertandang pada malam
mengurai cerita berakhir duka
pada petang ku sampaikan jalang
selagi gadis terbawa dendang
tertidur pulas memeluk mimpi
hilang kendali rohani
mencecap semu tanpa arti
lalu bangun menjumpai mati
gundah gelisah semu tak berwaktu
memamah diri menerkam hati
lunglai lemas berarak
mencoba kuasai hati tak beranak
memukul kesempatan
menendang kebersamaan
menyedih di batu nisan
tersenyum getir menerima penghargaan
aku melihatnya menangis
sudut matanya merah, darah
ujung bibirnya biru
lingkaran matanya mengadu
hendak memintakan rindu
semburat merah menyala di depan rumah
membakar fiksi bertabur janji
lalu mengaburkan diri
terbang mengangkasa bumi
bersemu sajak menguntit lagi
aku mendamba pada guyur hujan petang
tak sedikitpun rasa menjelma membahagia
sudah sekali buih menjemu menyatakan cinta
menunggu petisi mati pencaci
aku rubah segala janji
menggusur pendakwaan jalanan murahan
pagi menertawakan malam
sisa hujan meredakan sepi
bangkai langit menjuntai ngeri
persembahan mentari memburai kelam
laju teori memangkas degradasi semi
memburai jati dan menepi
hilang kabut tersapu malu
samar-samar menyulut haru
aku bertandang pada malam
mengurai cerita berakhir duka
pada petang ku sampaikan jalang
selagi gadis terbawa dendang
tertidur pulas memeluk mimpi
hilang kendali rohani
mencecap semu tanpa arti
lalu bangun menjumpai mati
gundah gelisah semu tak berwaktu
memamah diri menerkam hati
lunglai lemas berarak
mencoba kuasai hati tak beranak
memukul kesempatan
menendang kebersamaan
menyedih di batu nisan
tersenyum getir menerima penghargaan
aku melihatnya menangis
sudut matanya merah, darah
ujung bibirnya biru
lingkaran matanya mengadu
hendak memintakan rindu
semburat merah menyala di depan rumah
membakar fiksi bertabur janji
lalu mengaburkan diri
terbang mengangkasa bumi
5 komentar:
galau anda sudah saya tangkap
hahahahaha... cepet banget?
Sttttt,,,,,
apa dib? :O
gpp, lagi pengen berdiam, menutup mulut pake masker :D
Post a Comment