Setidaknya biarkan saja rasa itu menetas perlahan dalam cangkang induknya.
Biarkan ia mengais bahagia yang akan datang menertawakan pedih yang selama ini menerkam relung hatinya.
Biarkan gersang yang selama ini mendambakan hujan tersiram air selokan pinggir jalan dalam satu siraman. Sebentar saja.....
Biar sebentar ku pagut mesra bahagia yang bakal dijemput pisah dalam hitung detik ini.
Sebentar saja...
Izinkan ku nikmati lekuk indah paras wajah halusnya dalam satu sentuh tangan saja.
Biar ku sapa satu kedip matanya seperti dulu ketika bertemu.
Biar ku peluk sinar mata coklat abadinya sampai aku tak pernah lupa bagaimana binar datang dari sana.
Biar ku rekam dulu seutas senyum yang selalu menggantung di langit-langit bibirnya ke dalam memori kepalaku....
Sebentar saja....
Jangan biarkan tatihku tersia begitu saja, cinta.
Jangan bungkam setiaku menanti di sini tanpa apapun berarti lagi.
Aku menanti tanpa peduli langit berubah merah.
Aku menghitung hari tanpa peduli usiaku berganti lagi.
Jadi, ingatkan lagi sekisahan kenang yang pernah kita nikmati di akhir pagi.
Sebentar saja....
Mari lukis kembali rasa - rasa yang bergelora dalam masing - masing hati kita.
Saat merah jambu membuat kita malu dan berakhir saling pandang seragam putih biru.
Ku gantungkan asaku menanti punggungmu berbalik menghadapku kala itu.
Menunggu sapaan gilamu meluncur dari bibir merah jambumu dan mengatakan rindu.
Berharap larian yang biasanya terketuk di lapangan basket itu menghampiriku tanpa malu.
Setelahnya kau akan terengah dan memintakan usap jemariku ke ujung pelipismu
Lalu kemudian menertawakan tangis yang melunturkan sapuan bedakku.
Tapi...langkahmu melurus dan tak sedetikpun mencoba membalikkan badanmu dan melambaikan lima jarimu padaku.
Dan kini sketsa bodi sepuluh tahun lalu telah mendewasa menghilangkan jejak putih biru.
Di depanku, gambaran manusia berbeda memburamkan pandanganku.
Kelupaannya pada memori masa lalu menekan kuat ingatanku sampai sakit menghimpit detak dadaku.
Mengaburkan bayang kenang yang masih ku simpan dalam dan melayangkannya pada langit abu-abu.
Mata lugumu bicara tanpa sepatah kata membentuk suara.
Dan aku mengiba...."tetap di sini, sebentar saja"
0 komentar:
Post a Comment