Kau terus saja meyakinkan dirimu bahwa dia mencintaimu. Padahal dia hanya peduli padamu. Tak lebih dari itu.
Kau terus saja bertahan pada posisimu, menjadi perempuan ke tiga yang suatu saat akan menjadi nomor dua. Padahal sudah jelas, dia tak akan meninggalkan perempuan yang sudah dikenalnya sejak bangku sekolah menengah pertama.
Kau terus saja berkhayal bahwa tulisan-tulisan singkat yang dia buat adalah petunjuk bahwa dia juga menaruh harap terhadapmu. Padahal semua cuma semu.
Kau terus saja menunggu dia mengungkapkan perasaan itu. Padahal kenyataannya, dia hanya mempermainkanmu. Kau jatuh tak berdaya pada kata-kata dan emoji mesra darinya. Padahal itu cuma permainan belaka.
Kau terus saja begitu, menjadi bodoh dan bangga akan hal itu.
0 komentar:
Post a Comment