Surat ke lima belas. Teruntuk tanah yang kupijak, negaraku tercinta, Indonesia Raya. Merdeka!
Dua puluh lima tahun saya hidup denganmu. Saya mengambil air dan udara secara gratis, kamu tidak marah. Saya menempati lahan subur yang bisa keluarga kami tanami untuk berbagai jenis tanaman, kamu pun sabar. Tanah yang saya pijaki, tanah airku Indonesia saya sungguh bersyukur hidup di atasmu.
Banyak yang mendzolimimu. Para penguasa rakus kekuasaan dan kepentingan serta antek-antek koruptor bertebaran. Saya sedih. Sesuatu yang bukan budaya jadi membudaya. Kamu pasti menderita karena mereka. Dan saya pun juga.
Terkadang saya iri dengan negara lain yang sungguh bersih, rapi, apik, merdeka dari banyak hal, minim penguasa yang berkepentingan di luar rakyat dan negaranya, punya pengelolaan baik terhadap rakyat dan segala fasilitas umum, rakyatnya yang hidup bahagia dan sejahtera. Sungguh saya sangat iri. Saya ingin hidup di negara mereka yang sempurna di mata saya.
Tapi saya kembali ingat bahwa bumi pertiwi inilah tempat pertama saya memijak, tempat saya dilahirkan, tempat kedua orang tua saya bertemu dan berkasih, tempat segala sumber penghidupan, tempat segala berkah. Jadi saya berpikir ulang. Saya tak seharusnya punya pikiran untuk meninggalkanmu.
Negaraku tercinta. Doa tulus dari rakyat jelata yang gemar berkhayal ini adalah bahwa suatu saat tidak akan ada lagi anak-anak kelaparan dan kekurangan gizi, tidak ada lagi anak muda yang kebingungan mencari kerja, tidak ada lagi pelayanan rumah sakit umum yang ribet dan menyesatkan bagi mereka yang tak mampu membayar, tidak ada lagi mereka yang tinggal di gubuk atau bantaran kali, tidak ada lagi anak-anak yang tak bersekolah, dan tidak ada lagi koruptor yang memakan hak orang-orang yang membutuhkan.
Wahai negara tercinta, kamu adalah negara kuat. Bersabarlah. Mungkin untuk memenuhi harapan si tukang khayal itu perlu waktu lama. Tapi ketika kau dipimpin oleh orang yang tepat, bukan tidak mungkin jika generasi cucu saya kelak mampu merasakan kenyataan atas khayalan-khayalan saya.
0 komentar:
Post a Comment