Tiba-tiba saja
mengingatnya. Entah angin apa yang menerbangkan memori itu hingga
terjatuh tepat di kepalaku ketika hatiku sedang kosong. Ketika otakku
sedang jenuh memikirkan masalah kuliah dan segala macam tetek –
bengeknya. Dan dia pun muncul. Si kodok usil dengan tampang sok juteknya
menari – nari di pelupuk mataku. Ah…. Sudah begitu lama aku membutakan
mataku untuk melihat sisi terangnya bersama yah gadisnya tentu saja.
Entah ada mukjizat atau keajaiban apa yang mebuatku berani mencari –
cari fotonya di facebook gadisnya. Ah, dia sudah berubah. Bukan lagi
kodok imut yang lucu. Dia sekarang telah berubah menjadi pangeran tampan
yang… ringkih menurutku, berubah menjadi lelaki yang tampak tirus di
tulang pipinya. jangkung tentu saja. Putih bersih tetap, karena mungkin
hasil editan photoshop atau entah apa. Yang pasti wajah yang dulu sempat
aku sentuh selama setahun itu berubah. Juga pada semua hal yang ada
dalam dirinya tentu saja.
Aku masih ingat saat tangannya yang halus itu berair. Saat tangannya yang kuat itu meremas jemariku, menenangkanku saat menangis dan menggelitikiku saat usilnya datang.
Aku masih mengingatnya.... semuanya. hanya saja aku tak bisa menulis, tanganku gemetar ketika berusaha menerjemahkan apa yang ada dalam isi kepalaku, apa yang ada dalam isi hatiku.. Tapi, yang pasti ingatanku masih kuat. masih bisa menyimpan memori - memori saat bersamanya dulu. Dan entah mengapa bayangannya saat tersenyum itu menenggelamkan kesadaranku hingga membuatku merasa ngilu, perih di hati. Hey...itu cinta monyet. Iya, cinta monyet yang begitu indah. Yang begitu sulit aku lupakan. Rasa suka duka, tangis tawa, senda gurau, sakit bersamanya itu yang sulit aku lupakan. Surat-surat itu....
Surat-surat yang membuatku menangis saat membacanya. Aku masih menyimpannya. Masih tetap terbungkus rapi di rumah. Surat yang selalu mengantarkan pesan rinduku padamu, rindumu padaku. Surat jebakanmu itu juga masih aku simpan. Surat putus yang menggegerkanku. Itulah keahlianmu.Membuatku kebingungan dan menangis di sela - sela jam sekolah.
Enam tahun lalu. Aku menginginkannya kembali sebentar saja. Hanya untuk mengenang. Bukan yang lainnya.
Aku masih ingat saat tangannya yang halus itu berair. Saat tangannya yang kuat itu meremas jemariku, menenangkanku saat menangis dan menggelitikiku saat usilnya datang.
Aku masih mengingatnya.... semuanya. hanya saja aku tak bisa menulis, tanganku gemetar ketika berusaha menerjemahkan apa yang ada dalam isi kepalaku, apa yang ada dalam isi hatiku.. Tapi, yang pasti ingatanku masih kuat. masih bisa menyimpan memori - memori saat bersamanya dulu. Dan entah mengapa bayangannya saat tersenyum itu menenggelamkan kesadaranku hingga membuatku merasa ngilu, perih di hati. Hey...itu cinta monyet. Iya, cinta monyet yang begitu indah. Yang begitu sulit aku lupakan. Rasa suka duka, tangis tawa, senda gurau, sakit bersamanya itu yang sulit aku lupakan. Surat-surat itu....
Surat-surat yang membuatku menangis saat membacanya. Aku masih menyimpannya. Masih tetap terbungkus rapi di rumah. Surat yang selalu mengantarkan pesan rinduku padamu, rindumu padaku. Surat jebakanmu itu juga masih aku simpan. Surat putus yang menggegerkanku. Itulah keahlianmu.Membuatku kebingungan dan menangis di sela - sela jam sekolah.
Enam tahun lalu. Aku menginginkannya kembali sebentar saja. Hanya untuk mengenang. Bukan yang lainnya.
0 komentar:
Post a Comment