Wahai Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, terimakasih
telah membuatku melepaskannya. Sungguh Engkau benar-benar mencintaiku.
Kau bukakan mata hatiku yang tertutup oleh gumpalan debu yang
mengatasnamakan dirinya sebagai CINTA. Lanjutkan ! :)
Aku gemetar menulis ini.
Semoga ini adalah awal yang baik.
Selepas mukena ku geletakkan sembarangan di atas lantai kamarku, aku segera mengambil modem. Aku ingin menulis. Entah darimana kekuatan itu muncul. Aku ingin menulisnya segera sebelum semuanya lenyap dari otakku. Sebelum virus - virus lain merusak kerja sistim otakku yang mulai membaik ini.
Selepas air "es" itu mengguyur kepalaku, membersihkan semua kotoran yang tersemat di tubuhku selama seminggu ini, barulah ku rasakan keringanan yang luar biasa. Ada semacam pembersih yang dengan kilat membumihanguskan seluruh pikiran kotor, keji, busuk, dan entah apalagi itu yang jelek-jelek yang telah menempel di otakku seminggu ini. Aku ingat benar setiap memori yang terpahat di otakku. Sungguh ironis. Sesal. Aku menyesal.
Dan setelah ku tunaikan shalat yang seminggu ini ku tinggalkan, sungguh efeknya luar biasa. Ada kesan damai dan tenang yang menjalari seluruh tubuhku. Aku hampir kehilangan kontrol. Aku hampir menangis dalam rakaatku. Allah, Tuhanku yang Maha Memiliki. Sungguh tiada kata lain yang mampu ku ucap selain ikhlas. Ada sesuatu yang kembali menusuk-nusuk hatiku ketika mengingatnya. Ya Allah, ampuni segala khilaf hamba. Yang hamba lakukan salah. Untuk apa menangis dan berlagak seperti seorang pecundang yang menjijikkan ? Ah, sebuah kenyataan baru saja aku dapatkan. Sungguh, tak ada kata lain selain bersyukur padaMu Tuhanku. Terimakasih....
Aku tahu, ada pohon lain yang sedang menantiku di luar sana. Aku tahu, ada segudang cinta yang menungguku di luar sana. Dan aku juga tahu, ada manis yang hendak ku dapat dari pahit yang telah meracuni lidahku selama ini. Ya, baru saja aku tahu. Dan baru saja aku menyadarinya.
biarkan saja dia pergi bersama sinarnya itu. lalu aku ? sedang aku akan menyingkir. tak perlu mempertahankan pohon yang jelas2 menolak memberikan rantingnya untuk ku teduhi. aku kembali menapaki duniaku sendiri yang memang "hitam". terbang.....
Dan lagi-lagi kebenaran itu muncul tanpa ku tahu kapan dia akan datang. Aku tahu. Inilah jalan terbaikku. Melepaskan pohon teduhku itu dan membiarkannya bersama sinar emas kesayangannya. Aku, akan menyingkir saja. Menikmati indah ciptaMu yang kemarin sempat ku telantarkan keberadaannya.
Sungguh, debu "cantik" yang mengatasnamakan dirinya sebagai CINTA itu perlahan menghilang. Terbang tersapu angin senja yang dari dulu ku nanti kedatangannya.
Betapa Allah Mencintaimu wahai saudariku, seperti itulah kalimat yang selalu ku dengar dari bibir – bibir sahabat yang tiada lelah menasehatiku.
Terimakasih....
dan malam ini secara gamblang ku katakan "pergilah, pergilah....aku merelakanmu"
meskipun sulit, namun aku bisa. aku mampu berdiri di sini. aku kuat.
aku, aku tahu sesuatu yang tak kau tahu sayang. aku menang. kali ini aku menang.
dan biarkan kali ini aku tertawa sepuasnya atas kemenanganku dan biarkan malam ini ku rayakan pesta kemenanganku itu karena telah berhasil melepas sesosok "tahanan" yang ku pikir telah menderita karena ulahku.
cinta, deritanya tiada akhir ? siapa yang bilang ? omong kosong. penderitaanku berakhir hari ini.
"here, after. cerita cinta berakhir di sini" itu kutipan novel kesukaanku.
cinta itu takut oleh jarak. kalah oleh ukuran. lihat saja....
Terimakasih kepada Tuhan yang setia mendampingiku, yang setia menungguku kembali "baik". dan terimakasih juga untukmu sebab menjadi tokoh utamaku untuk menulis.
Tenang saja, aku masih mengingat memori tentang "tertawa" itu. memori "gila" itu. hanya saja sudah ku rapikan dan ku susun di paling dasar otakku. ku tumpuk dengan memori - memori "buruk" yang pernah ku lalui sepanjang hidupku.
Dan santai saja, aku tidak sekejam yang kau kira. aku tidak membencimu. hanya saja. aku malas berhubungan denganmu. mu. kalian.
Oiya, lanjutkan saja kisah kalian yang mungkin tak bernama itu. Hm, aku sudah tak peduli. Mau kalian temenan, pacaran, HTSan, tunangan, bahkan menikahpun aku tak peduli. Sungguh tak peduli.
see u, dan ingat perkataanku baik-baik :
"sekali aku mengatakan tidak dan memutuskan untuk pergi, aku tidak akan pernah menengok atau bahkan menyapamu lagi"
Aku gemetar menulis ini.
Semoga ini adalah awal yang baik.
Selepas mukena ku geletakkan sembarangan di atas lantai kamarku, aku segera mengambil modem. Aku ingin menulis. Entah darimana kekuatan itu muncul. Aku ingin menulisnya segera sebelum semuanya lenyap dari otakku. Sebelum virus - virus lain merusak kerja sistim otakku yang mulai membaik ini.
Selepas air "es" itu mengguyur kepalaku, membersihkan semua kotoran yang tersemat di tubuhku selama seminggu ini, barulah ku rasakan keringanan yang luar biasa. Ada semacam pembersih yang dengan kilat membumihanguskan seluruh pikiran kotor, keji, busuk, dan entah apalagi itu yang jelek-jelek yang telah menempel di otakku seminggu ini. Aku ingat benar setiap memori yang terpahat di otakku. Sungguh ironis. Sesal. Aku menyesal.
Dan setelah ku tunaikan shalat yang seminggu ini ku tinggalkan, sungguh efeknya luar biasa. Ada kesan damai dan tenang yang menjalari seluruh tubuhku. Aku hampir kehilangan kontrol. Aku hampir menangis dalam rakaatku. Allah, Tuhanku yang Maha Memiliki. Sungguh tiada kata lain yang mampu ku ucap selain ikhlas. Ada sesuatu yang kembali menusuk-nusuk hatiku ketika mengingatnya. Ya Allah, ampuni segala khilaf hamba. Yang hamba lakukan salah. Untuk apa menangis dan berlagak seperti seorang pecundang yang menjijikkan ? Ah, sebuah kenyataan baru saja aku dapatkan. Sungguh, tak ada kata lain selain bersyukur padaMu Tuhanku. Terimakasih....
Aku tahu, ada pohon lain yang sedang menantiku di luar sana. Aku tahu, ada segudang cinta yang menungguku di luar sana. Dan aku juga tahu, ada manis yang hendak ku dapat dari pahit yang telah meracuni lidahku selama ini. Ya, baru saja aku tahu. Dan baru saja aku menyadarinya.
biarkan saja dia pergi bersama sinarnya itu. lalu aku ? sedang aku akan menyingkir. tak perlu mempertahankan pohon yang jelas2 menolak memberikan rantingnya untuk ku teduhi. aku kembali menapaki duniaku sendiri yang memang "hitam". terbang.....
Dan lagi-lagi kebenaran itu muncul tanpa ku tahu kapan dia akan datang. Aku tahu. Inilah jalan terbaikku. Melepaskan pohon teduhku itu dan membiarkannya bersama sinar emas kesayangannya. Aku, akan menyingkir saja. Menikmati indah ciptaMu yang kemarin sempat ku telantarkan keberadaannya.
Sungguh, debu "cantik" yang mengatasnamakan dirinya sebagai CINTA itu perlahan menghilang. Terbang tersapu angin senja yang dari dulu ku nanti kedatangannya.
Betapa Allah Mencintaimu wahai saudariku, seperti itulah kalimat yang selalu ku dengar dari bibir – bibir sahabat yang tiada lelah menasehatiku.
Terimakasih....
dan malam ini secara gamblang ku katakan "pergilah, pergilah....aku merelakanmu"
meskipun sulit, namun aku bisa. aku mampu berdiri di sini. aku kuat.
aku, aku tahu sesuatu yang tak kau tahu sayang. aku menang. kali ini aku menang.
dan biarkan kali ini aku tertawa sepuasnya atas kemenanganku dan biarkan malam ini ku rayakan pesta kemenanganku itu karena telah berhasil melepas sesosok "tahanan" yang ku pikir telah menderita karena ulahku.
cinta, deritanya tiada akhir ? siapa yang bilang ? omong kosong. penderitaanku berakhir hari ini.
"here, after. cerita cinta berakhir di sini" itu kutipan novel kesukaanku.
cinta itu takut oleh jarak. kalah oleh ukuran. lihat saja....
Terimakasih kepada Tuhan yang setia mendampingiku, yang setia menungguku kembali "baik". dan terimakasih juga untukmu sebab menjadi tokoh utamaku untuk menulis.
Tenang saja, aku masih mengingat memori tentang "tertawa" itu. memori "gila" itu. hanya saja sudah ku rapikan dan ku susun di paling dasar otakku. ku tumpuk dengan memori - memori "buruk" yang pernah ku lalui sepanjang hidupku.
Dan santai saja, aku tidak sekejam yang kau kira. aku tidak membencimu. hanya saja. aku malas berhubungan denganmu. mu. kalian.
Oiya, lanjutkan saja kisah kalian yang mungkin tak bernama itu. Hm, aku sudah tak peduli. Mau kalian temenan, pacaran, HTSan, tunangan, bahkan menikahpun aku tak peduli. Sungguh tak peduli.
see u, dan ingat perkataanku baik-baik :
"sekali aku mengatakan tidak dan memutuskan untuk pergi, aku tidak akan pernah menengok atau bahkan menyapamu lagi"
0 komentar:
Post a Comment