Aku telah di hadapmu. Sangat jelas mataku mampu menangkap seluruh gelagak tawa dan canda yang kau buat untuk teman - teman kita. Aku bisa mendengar renyah tawamu membahana di sana sini. Senyummu Nay, senyum yang begitu ku rindukan, senyum yang selama ini terus melekat dalam pelupuk mataku. Caramu menatapku Nay, matamu yang bulat penuh dengan cahaya itu sangat meneduhkan, pendarnya memancarkan sinar yang membuat damai siapa saja yang melihatnya, termasuk aku. Sungguh, aku bisa tersenyum bahagia melihatmu seperti itu. Tak ada hal lain yang bisa aku lakukan selain bersyukur pada Tuhan bahwa kau masih diberi kesehatan, dan aku masih diberi kesempatan untuk menikmati hari ini bersamamu, meskipun tidak benar-benar berdua denganmu....
Aku mencintaimu....Naya, tidakkah kau tahu itu ? tidakkah sedikit saja kau melihatku di sini dan sejenak menatap mataku yang begitu berhasrat untuk mengungkapkannya padamu ?
Ku tundukkan pandangku, mengeja setiap kata yang seharusnya aku katakan padamu sekarang. Dan seharusnya aku menyeretmu dan memintamu untuk mendengarkan setiap kata dalam pengakuanku.
Naya, cinta pertama yang tak pernah lepas dari setiap lembar catatan harianku. Wanita pertama yang berhasil membolak - balikkan perasaanku selama lebih dari empat belas tahun. Bukan waktu yang singkat kan Nay selama empat belas tahun itu aku memendam rasa padamu ?
Namun sayangnya, sama sekali aku tak bisa mengejanya dengan benar. Aku tak bisa merangkainya Nay, kegugupanku mengalahkan segalanya, ketakutanku mengaburkan semuanya.
Aku ingin, tapi tak bisa Nay. Aku tak bisa mengatakannya padamu. Ada sesuatu yang begitu kuat mencengkeran leherku, menarik ujung lidahku, mencegahku untuk tidak mengatakannya padamu
Dan maafkan aku jika telah lancang mencintaimu, Nay....
Aku mencintaimu....Naya, tidakkah kau tahu itu ? tidakkah sedikit saja kau melihatku di sini dan sejenak menatap mataku yang begitu berhasrat untuk mengungkapkannya padamu ?
Ku tundukkan pandangku, mengeja setiap kata yang seharusnya aku katakan padamu sekarang. Dan seharusnya aku menyeretmu dan memintamu untuk mendengarkan setiap kata dalam pengakuanku.
Naya, cinta pertama yang tak pernah lepas dari setiap lembar catatan harianku. Wanita pertama yang berhasil membolak - balikkan perasaanku selama lebih dari empat belas tahun. Bukan waktu yang singkat kan Nay selama empat belas tahun itu aku memendam rasa padamu ?
Namun sayangnya, sama sekali aku tak bisa mengejanya dengan benar. Aku tak bisa merangkainya Nay, kegugupanku mengalahkan segalanya, ketakutanku mengaburkan semuanya.
Aku ingin, tapi tak bisa Nay. Aku tak bisa mengatakannya padamu. Ada sesuatu yang begitu kuat mencengkeran leherku, menarik ujung lidahku, mencegahku untuk tidak mengatakannya padamu
Dan maafkan aku jika telah lancang mencintaimu, Nay....
0 komentar:
Post a Comment