Aku melihat lelaki itu tertidur pulas dalam tidur
kucingnya. Diam-diam aku tersenyum mendapati wajah bayinya yang bernapas begitu
teratur. Dadanya yang bidang terlihat naik turun. Begitu manis, pikirku.
Andaikan setiap hari mampu ku nikmati tidurmu itu pasti aku akan
sangat bahagia. "Ah,..." aku mendengus ringan.
Di balik celah pintu itu aku terduduk. Persendianku serasa
terlolosi dan menghilang dari tempatnya. Aku belum mau kehilangan hari
bersamanya. Dan tak terasa air mata sebesar biji jagung menetes dan memenuhi
wajahku, semakin lama semakin banyak. Aku terisak....
"dan kau tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya
kehilangan sebelum kau mengalaminya sendiri'
tiba-tiba aku mendengar derit pintu kamarnya terbuka, aku mendongak dan mendapatinya berdiri mengamatiku dalam-dalam. lalu dia membuka lebar pintu kamarnya dan dia menggapai lenganku, memintaku untuk berdiri dan masuk ke dalam kamarnya. lalu aku didudukkannya di pinggiran tempat tidurnya. tanpa ku duga diusapnya bekas air mata yang masih menggantung di kedua pipiku. aku semakin terisak, lalu ku raih tangannya, ku hentikan usapannya dan ku remas jari-jarinya. tanpa komando apapun segera aku menubruk tubuhnya, memeluk erat tubuhnya dan aku menangis lebih keras.
"jangan menangis....kita tidak berpisah, kita hanya tersekat oleh jarak...kita masih ada dalam waktu yang sama"
0 komentar:
Post a Comment