pernah kita saling memagut kata disela gurau kecil yang sengaja kita buat untuk meredam sepi.
Pernah kita saling menyatukan bahasa tubuh kita setelah lelah mengecup sebagian energi kita.
Pernah kita saling terdiam bersama waktu yang mendentang perlahan.
Pernah kita terduduk menyudut di suatu bilik ruang kerja, menangisi tumpukan kertas lusuh yang tak tahu bagaimana cara menjamahnya.
Pernah kita saling membelai ujung telunjuk kita saat menyaksikan bulan purnama dari ujung selat sunda.
Pernah kita bertelanjang kaki meraba setiap lekuk tubuh pasir yang membentang di depan mata kita.
Pernah kita hanya menyisakan sepersekian jam saat kembang api tahun baru menghias langit kota.
Kita pernah melakukannya
we ever do it, in the dark site only.
Pernah kita saling menyatukan bahasa tubuh kita setelah lelah mengecup sebagian energi kita.
Pernah kita saling terdiam bersama waktu yang mendentang perlahan.
Pernah kita terduduk menyudut di suatu bilik ruang kerja, menangisi tumpukan kertas lusuh yang tak tahu bagaimana cara menjamahnya.
Pernah kita saling membelai ujung telunjuk kita saat menyaksikan bulan purnama dari ujung selat sunda.
Pernah kita bertelanjang kaki meraba setiap lekuk tubuh pasir yang membentang di depan mata kita.
Pernah kita hanya menyisakan sepersekian jam saat kembang api tahun baru menghias langit kota.
Kita pernah melakukannya
we ever do it, in the dark site only.
0 komentar:
Post a Comment