December 19, 2013

Gak Diberi Judul

Kali itu aku menengadah, menatap langit lewat celah jendela di sisi barat. Semburat mega merah, wok. Aku melihatnya terpampang begitu indah ketika...ya ketika hujan belum datang sesering ini. Aku lupa tepatnya kapan, wok. Tapi, aku nggak lupa kalau saat itu aku kangen sama kamu. Nggak tahu juga yang dikangenin apanya. Hehehehe. Terdengar lucu ya, wok? :)

Akal sehatku berhenti, mungkin. Iya, kenapa bisa? Mendadak jadi sering kangen sama kamu, wok. Duh, tangan ini rasanya gatal pengen gandeng tanganmu trus aku ajak lari. Mau lari kemana?....ya kemana aja, asal sama kamu. Kamu mau nggak?

Aku bukan lagi yang dulu, wok. Tak bisa dengan gamblang menuliskan semuanya dengan kalimat-kalimat indah. Mungkin jadi realistis kali ya? biar nggak terdengar ALAY. Kekekeke. Duh, orang bersastra kok dibilang alay? -_____-

Aku mau alay dulu ya, wok. Ini buat kamu yang lagi melanglang buana di sana...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
aku nggak bisa nulis apapun, wok :'(
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
diakhirkan jalanku, senandung kuluruhkan bersama tetes hujan
aku terpana, menikmati kabut di bibir mataku
seketika kulumpuhkan ingatanku,
bukan untuk melupa, namun untuk terdiam di satu ruang

bilik kecil bersekat kapas, kutaruh rasaku padamu
dan bila rindu, kutengok dengan semauku.




salam rindu, Surabaya 19 Desember 2013
dear AS

Read more »