September 27, 2013

Tak Masuk Akal

seberkas hati, ku hakimi.
teladanku pada tegar kemarin sore lenyap diserbu rindu.


dia bilang aku kena guna-guna. dia bilang aku tidak waras sampai mengejar sesuatu yang tak punya arah. kataku padanya suka, kataku padanya sayang, kataku padanya rindu yang menyakitkan. namun katanya ku tak pernah begitu. ya kukatakan padanya memang ku tak pernah seperti itu.

ini tak masuk akalku dan akalnya. mencintai sebelum terjadi pertemuan tak memiliki kelogisan, begitu.
ya semua terjadi begitu saja. bukankah sudah dari zaman batu kalau cinta datang tak pernah memandang apapun yang ada di hadapannya, sekalipun tak pernah ada pertemuan. namun mereka, dia, bilang ini tak masuk di akal.

namun, ketika rindu benar-benar menyerbu dan rasa sakit membabi buta sedemikian rupa apakah tidak cukup kuat untuk menjadi bukti ekistensi cinta? dan kenapa pula musti bersendu ria ketika melihatnya bermesra ria dengan perempuan lainnya? oh cemburu.

tolong, siapapun...bantu aku melupakan atau mungkin sekedar mengalihkan perhatian.





Surabaya, 12:58 saat mendadak merindukan AP.
Read more »

September 25, 2013

So?

ketika kau melihatku sebagai seorang perempuan menjijikkan, maka itulah kamu. seperti itu jugalah kamu dengan segala bentuk penghakiman menjijikkan yang kau ciptakan sendiri. tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang ingin direndahkan, tidak juga kamu. jadi? what you think about me is yours :)
Read more »

KKM: Bibir Beku

Bisa kulihat warna bibirnya tak lagi merah, mungkin luntur oleh jilatan penuh nafsu lelaki yang baru saja dia tiduri. Terlihat gincu belepotan di beberapa arah.

*

Rupanya perempuan itu terisak. Aku bisa membaca itu dari matanya yang berkaca - kaca, sekalipun bibirnya terkatup rapat. Bibirnya bergetar sekalipun senyum disunggingkan selama permainan. Ah, aku merasa ada yang tidak beres di sini. Sekalipun desahan yang keluar dari bibirnya membuat gairahku naik sampai puncak ubun - ubun, tapi tetap saja aku masih bisa menangkap 'sakit' dari desis - desis menggairahkan itu.


Kau kenapa?


Bibirnya dengan lugu melumat segala yang ada di depannya, namun air mata mayanya keluar mencuat dari suaranya. Apa kau tidak menikmati ini? lagi - lagi aku bertanya dalam hati. Harus ku apakan kamu agar mendapatkan desis bunyi menggairahkan yang selalu ku dapat dari perempuan - perempuan lainnya? Tidak bisakah kau berpura- pura sebentar saja sampai aku mencapai puncaknya?

Tidak pernah aku merasa sebingung ini ketika seranjang dengan perempuan. Senyum janggal menggoda yang dari pertama dia suguhkan ketika ku persilakan masuk ke dalam kamarku sampai pergumulan panas di tengah jalan ini masih saja membuat keningku mengerut heran. Tidak ada kata - kata sepanjang desahannya yang meluncur keluar dari bibir bergincu merahnya. Cuma satu dua patah kata saja yang berhasil kutangkap ketika aku bertanya, yaitu hanya jawaban "iya," "nggak," "ehm" itu saja. Ah, aku bingung. Tidak ada fantasi - fantasi liar yang dari kemarin lewat di pikiran gilaku terlaksana. Dan oh iya, biasanya perempuan - perempuan lain akan memanggilku beb, sayang, honey, bla bla bla saat kami bersama, tapi untuk dia....ah.....

Aku terhenyak ketika hampir mencapai ujungnya. Kulihat buliran air mata hitam jatuh membasahi pelipisnya. Seketika gerakan panasku terhenti. Aku tidak tega. Aku sama sekali tidak cukup mampu melihat perempuan muda ini menangis tanpa suara. Bibirnya menyunggingkan senyum bulan sabit, manis, namun ketika kutatap matanya ada pahit tersimpan rapi di sana.

"kamu kenapa?" dengan penuh kelembutan kuusap air matanya. kusingkirkan warna hitam maskara dan eyeliner yang mengalir di wajahnya. dia cuma menggeleng ringan dengan masih tetap tersenyum janggal.

"sayang, bicaralah!" kuusap pipinya, kusingkirkan anakan rambut yang menutupi wajahnya. kemudian kukecup keningnya.


Terus terang, aku tidak akan pernah bisa bercinta dengan suasana semenyeramkan ini. Sekalipun paras dan tubuh perempuan yang kini tertidur lelap di hadapanku ini begitu menggoda, aku tidak bisa melakukan ini dalam keadaan tidak bahagia atau suka sama suka. Dan dari kejadian tadi, aku bisa tahu sekalipun tidak ada kata-kata yang meluncur dari bibirnya kalau dia sedang tidak bahagia. Ada beban berat yang dipikulnya, ada rasa sakit yang tersirat dari tatapan matanya sekalipun bibirnya terus saja beku. Ah, perempuan ini......











"Mell....maafkan aku" katanya sebelum beranjak menuju kamar mandi.





Read more »

September 16, 2013

Really I Didn't Know

Romaji:
geu torok saranghadeon geu saram
irheobeorigo
taoreuneun nae maeumman
heuneukkyeo une
geutorok mideo watdeon geu saram
dora seol juriya
yejeoneneun mollasseonne
jinjeong nan mollanne
nuguinga bureo juneun hwiparam sori
haengyeona chajajulkka geu nimi aniolkka
gidarineun maeum heomuhaera
geutorok mideo watdeon geu saram
dora seol juriya
yejeoneneun mollasseonne
jinjeong nan mollanne
nuguinga bureo juneun hwiparam sori
haengyeona chajajulkka geu nimi aniolkka
gida rineun maeum heomuhaera
geutorok mideo watdeon geu saram
dora seol juriya
yejeoneneun mollasseonne
jinjeong nan mollanne
Translation:
The man I loved so dearly, has deserted me
And I am now weeping, holding with my wretched heart
The man I trusted with his love, has left me indeed
Honest God, I really didn’t know that he would leave me
Really, I didn’t know
The sound of someone whistling I hear
Perhaps could it be he?
Would he be back?
I am finding myself wretchedly waiting for him
The man I trusted with his love, has left me indeed
Honest God, I really didn’t know that he would leave me
Really, I didn’t know
The sound of someone whistling I hear
Perhaps could it be he?
Would he be back?
I am finding myself wretchedly waiting for him
The man I trusted with his love, has left me indeed
Honest God, I really didn’t know that he would leave me
Really, I didn’t know
The man I loved so dearly, has deserted me
And I am now weeping (And I am now weeping), holding with my wretched heart
The man I trusted with his love (with his love), has left me indeed
Honest God (Honest God), I really didn’t know that he would leave me
Really, I didn’t know
Read more »

September 13, 2013

Replika

Sore tadi aku berbincang dengan langit kemerahan yang kutemui tepat di samping balkon kosku. Ditemani secangkir teh hangat dan headset, aku membatin...mencoba berkomunikasi dengannya. Awal mulanya aku hanya iseng bersiul dan mengedikkan sedikit senyum nakal ke arahnya, tapi tanpa ku sangka dia membalasnya seraya iseng menggelitiki pinggangku.

"neng, apa yang kau lakukan sesore ini sendirian?" langit merah menegurku.
aku tersenyum seperti biasanya. kemudian menggeser duduk agar dia merapat ke tubuhku. aroma mint dan rokok khas bau tubuhnya menguar masuk ke dalam hidungku, wangi lelaki tulen. 
"aku sedang memperhatikanmu, bang" kataku penuh penjiwaan.
"ah, lebay..." katanya sambil mencolek pipiku.

sentuhan jarimu seperti itu membuat pipiku panas, tidakkah kau tahu itu? aku membatin diiringi cengiran kecil. sepertinya pipiku benar-benar merah karena ku lihat senyumnya merekah.

aku kembali tersenyum mendengar jawabannya. itu adalah jawaban seperti yang biasa dia lontarkan ketika aku mulai menggombal.
"sumpah....langit merah di ujung barat sana adalah kamu, bang" kataku sambil mencuri cium ke pipinya.






Replika Senja, kamu.
Read more »

Rindu

selongsong rindu ku haturkan, tanpa takut jadi pendosa.
kepadamu.
aku bertaruh pada rasa yang menendang-nendang dada,
kalau ini namanya rindu.


Read more »

Ngelantur....

boleh aku meneguk segelas bir yang kau hantarkan tadi sore bersamaan dengan sebutir pil tidur yang kemarin malam ku beli? kepalaku rasanya nyaris pecah, berdenyutan. ah...aku pikir kau pasti tak akan pernah membiarkan bir itu meluncur masuk ke dalam tenggorokanku. ya ya ya, kau memang pandai memonopli barang yang satu itu sampai-sampai tak mengizinkanku rebah di tubuhnya. mungkin cuma selinting dua linting rokok bergabus itu yang kau berikan. tapi taukah kau kalau aku bosan?

sesekali lah ya, biarkan minuman itu masuk menembus dadaku. boleh?

seperti biasanya, aku cuma bisa menegurmu dalam imajiku. ah, dunia memang tidak pernah adil kali ya? jungkir balik merindu ternyata tidak cukup mampu membuat matamu melihat ke arahku. pun bahkan tetesan air mata yang belum kering ini tak cukup kuat menggetarkan hatimu. lalu aku, harus ngapain lagi ya? bugil di depanmu dan menyodorkan tubuh ini tanpa malu? alah, palingan ya cuma dilihati doang. tubuh ini masih kalah cantik dengan paha-paha luar biasa yang gadis-gadis itu perlihatkan di setiap kesempatan. ah, apalah saya?

kok jadi ngelantur?




Surabaya, ketika kram otak. 10:44
Read more »