June 30, 2012

Lucky

Lucky....
begitu sepertinya harus aku satukan kata untuk menggambarkan betapa beruntungnya diriku memilikimu. betapa kamu adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna di mataku. kamu adalah penyempurna lubang hatiku yang selalu menganga. kamu, adalah oase di padang pasirku. kamu, adalah peneduh di kala terik mentariku. kamu, adalah angin yang berhembus di sela kemarauku. kamu, adalah malam yang selalu menghujaniku dengan bintang. kamu, adalah hujan yang membasahi kemarau hatiku. kamu, adalah air yang memadamkan api emosiku. kamu, adalah satuan kata yang mampu membuatku gila.


selalu muncul bunga-bunga di dalam hatiku ketika kamu mengulurkan tangan dan menggenggam dengan hangat jari-jariku yang sangat kecil itu. juga ketika tanpa ragu kamu mendaratkan ciuman manis saat aku melamun. juga gigitan kecil di hidungku yang tidak bangir ketika aku terlelap tidur di pangkuanmu. ah, aku merindukan otot-otot bahumu itu memelukku dengan mesra. juga.....


hai sayang....
bisa kita terus seperti ini? ehm, menghabiskan banyak malam di bawah bintang dan menghabiskan siang di bawah mentari? hehehe. aku ingin terus menggenggam tangan kokohmu dan memeluk dada bidangmu yang menggiurkan itu. hehehe. ehm, juga selalu menginginkan tubuhmu tunduk di setiap senyumku menguap sehabis kau menghadiahiku dengan sebuah kerjaan kecil.
ah, aku merindukanmu sayang.... merindukan malam ketika kita saling bertukar rasa.


dan aku bilang, aku beruntung memilikimu :*
Read more »

June 27, 2012

Hai kenangan

Hai kenangan...
bagaimana kabarmu?
masihkah berpikir untuk tetap berdiri mematung di depan pintu rumahku? :)
mari masuk....
singgahlah di peraduan masaku untuk meneguk secangkir kopi manis dan legit selapis brownies kukus
bagaimana?
atau kau mau menilik kembali lembaran kenang dalam pigura di atas meja kecil itu?
ah aku hendak melarung memoriku andai saja malam ini kau tak datang dengan setangkai mawar merah di depan rumah

kamu datang.... ehm sekedar menjenguk keadaan lusuhku atau.... 
sekedar memastikan bahwa aku baik-baik saja?
:)
aku masih begini kok...
tidak ada yang berubah dan harus dirubah
aku masih setia menunggui bayanganmu di sisi jendela kamarku
juga masih setia menghiasi layar laptoku dengan senyumanmu di batas senja pulau dewata
bagaimana denganmu?

ehm....
apa kau telah membungkus semua kenangan yang pernah kita ukir di dalam hati kita masing-masing?
ah....aku tahu itu wajar
aku tahu dan sadar bahwa tidak ada yang bisa dipaksakan

hai kenangan, bisa kita sedikit berbincang lebih banyak tentang impian kita yang tertunda?
aku ingin hanyut sejenak dalam lembayung masa lalu yang membuatku merasa menjadi wanita paling bahagia
bagaimana?
sebentar saja sebelum bulan berguguran di batas pagi

Read more »

June 26, 2012

Adam...

"dia siapa?", tanyaku pada Adam dengan nada yang agak meninggi
"......" 
Adam gelisah. matanya berkeliaran entah kemana.
"aku tanya sekali lagi, dia siapa? wanitamu?" kali ini nada suaraku naik satu oktaf dari sebelumnya.
Adam mengangguk.
"......" 
Kali ini aku yang bungkam, tidak menanggapi anggukan Adam.
"maaf Ran...." kata Adam sembari melirik wanita yang tengah duduk menunggu di samping sepeda motornya.
"......" 

dadaku sesak. kepalaku rasanya seperti habis terjungkal.
"jadi, alasanmu menolakku selama ini adalah karena wanita itu?"
Adam diam menggigit bibir bawahnya.
"baiklah, lanjutkan hubungan kalian dan jangan sekali-sekali menghubungiku lagi"
Dan aku berbalik, memunggungi Adam yang masih berdiri kaku di tempatnya. Tubuhku gemetar. Air mataku menetes.
"dan sepertinya aku memang tidak sebaik wanita itu Dam. terimakasih. selamat tinggal"

*percakapan gajelas dari orang gajelas*
Read more »

tulisan gajelas

*uhuk*
pernah singgah.
ya.
memoar berkedok mantan itu selalu merusuh,
ketika ku pandang dengan jeli mata-mata belingsatan kenangan
ah.
seteguk harap kembali muncul merona di dadaku
apa itu?
ingin menemuinya sekali lagi
ingin menangkupkan mimpi bersamanya lagi
juga harap yang dulu menggantung
di langit-langit kepala
tapi....
ah
namanya juga kenangan
setibanya berdiam di kepala,
lama-lama akan menggelontor bersama sisa tanah basah
yang masih merah di depan jalanan rumah
ck

*tulisan gajelas*
Read more »

June 24, 2012

Bunuh Saja

aku membungkuk. 
menyaksikan tanah yang gersang tersapu angin bulan Mei. 
yang bersimbah kering dilaju kemarau. 

lalu kemudian 
ku goreskan patahan ranting di sana 
membentuk sketsa wajah rupawannya. 
tes.... air mata menetes. 
ngilu menyerbu. 
memukul hati tanpa ragu. 
tergores oleh buncahan sedih 
yang tanpa malu menelanjangi rupa di depan mata. 
sakit.....

arh,,,,,
bisa aku berteriak
menelanjangi waktu yang diperkosa perasaan?
yang mengaduh sakit saat ditinggalkan pelakonnya?

lalu ku mendongak, 
menerawang jauh ke langit yang berubah hitam. 
gelap mulai menyelubung
hujan hendak turun.

hujani aku dengan parang sesalmu sayang....
bunuh aku dengan belati manis kalimatmu....
sekarang saja....
agar supaya kesedihan dan luka tiada, 
bersama jiwaku yang melayang 
didampingi malaikat pencabut nyawa....


Read more »

June 23, 2012

Elliana...

wajah sayu itu bertengger di kelopak mataku. diam. terbenam dalam pusara kesedihan yang merenggut tawa manisnya beberapa hari yang lalu. kematian perasanya membuatnya seperti mayat hidup. diam. tak bergeming pun ketika badai menenggelamkan rumah-rumah pohonnya yang telah disinggahinya sepanjang 21 tahun hidupnya.

Elliana. Keadaan gadis itu semakin memburuk. bulatan hitam di sekitar kelopak matanya semakin kentara. wajahnya mulai pucat. bibirnya beku. tulang pipinya menonjol. sinar yang dulu terus menghias di matanya berangsur pudar. tubuhnya kurus kering ditempa penyakit hati, kekasihnya pergi sebelum sempat mengenakan gaun pengantin yang dirancangnya sendiri.

adalah Ilham, sang lelaki yang kabur membawa bekas luka di hati El. adalah sosok tangguh nan berwibawa yang membawa El pada kebahagiaan luar biasa selama hampir dua tahun. namun, kebahagiaan itu menghilang selang beberapa waktu setelah Ilham diterima kuliah S2 di Sydney. yang El ketahui Ilham bermain mata dengan wanita Sydney yang notabene adalah wanita Indonesia juga. orang Jawa. dan El tahu bahwa wanita itu jauh lebih dicintai Ilham daripadanya. dan El sadar bahwa mempertahankan hubungan tidak sehat itu sama saja menenggelamkan dirinya ke dalam pusara air dan akan segera menyeretnya untuk tenggelam lebih ke dalam bersama luka.

El rela melepaskan Ilham, meskipun kenyataannya hati El sakit. dia hampir tidak bisa menelan makanan saat mendengar kabar bahwa Ilham bertunangan dengan wanita itu, yang diketahui bernama Puspa. berulang kali El pingsan saat membaca undangan itu. betapa teganya Ilham sampai mengiriminya undangan pertunangan. dimana letak hatinya? tidakkah Ilham merasa bersalah dan canggung untuk mengundang El? dan ternyata biang keladinya adalah Puspa, wanita itu jelas sekali sangat menginginkan kedatangan El untuk merestui. dan usut-punya usut ternyata keputusan Ilham untuk bertunangan dengan Puspa adalah karena puspa hamil. Ilham melakukannya dengan Puspa di Sydney. dada El semakin sesak mendengar kabar mengejutkan itu datang dari Dewo, saudara sekaligus teman dekat Ilham.

Ilham sebenarnya bersikeras meminta Puspa untuk menggugurkan kandungannya. hanya saja Puspa menolak dan mengancam akan melaporkan Ilham ke polisi dengan tuduhan pemerkosaan. ah, motif macam apa yang ada di pikiran Puspa sehingga Puspa akhirnya nekat melaporkan Ilham ke kedua orangtuanya? apakah demi melihat EL dan Ilham putus? siapa Puspa?

Read more »

Untittle

bisakah kau katakan padaku 
tentang rindu yang menjamur di pelataran menara perasaan? 
ah, aku mulai membenci akar-akar cinta 
yang semakin menyulur 
dan mendaki di tembok-tembok perbatasan 
antara rohaniku dan jasmanimu.....

rindu itu candu. 
akar perasaku mulai menumbuh cemburu. 
membunuh dan menyiksa ubun-ubunku sampai beku. 
sebenarnya aku hendak bungkam 
dan melegamkannya, 
namun apa daya? 
perasaku merangsang hebat kepalaku untuk bersuara. 
merintihkan sekelompok kalimat jalang tentang perasaan. 

ada aroma duka yang menyeruak bebas 
ke dalam hidung-hidung penuh nafsu
mengendus wewangian surga
yang muncul di sela urat nadi 
langit-langit kenikmatan duniawi
seketikanya pingsan
merintih minta tolong
pada kayu-kayu jati yang mati

Read more »

June 20, 2012

Putus Saja?

Aku bisa mendengarnya. 
ketika ranting-ranting berjatuhan diterpa angin yang begitu liar bergolak di langit-langit kota. 
pun ketika daun - daun direbahkan raganya di atas tanah basah berlumpur sisa guyuran hujan semalam. 
juga ketika bibirmu menggetarkan kalimat putus yang terdengar begitu samar di telingaku. 
bukan karena aku tuli. 
tapi rasanya seluruh kinerja inderaku mendadak beku. 
stag di tempat. 
seperti bumi menghentikan langkah kakinya 
dan memutuskan untuk berdiam diri di satu sudut bujur dan lintang. 
shit. 
aku mengumpat dalam - dalam, 
di dalam hati.

Aku bisa bayangkan waktuku akan luntur terpanggang matahari esok hari tanpa kamu di sebelahku. 
dan bagaimana bisa ku jelajahi hari tanpa kamu lagi? 
ah, tiba-tiba tubuhku mendadak beku juga. 
dingin merajelela di sekujur tubuh. 
sampai nadi-nadiku bergemuruh memohonkan perlindungan sang surya. 
come on, beri aku kesempatan untuk berjalan lagi di sampingmu. 
mari kita lakukan sekali lagi, 
kita coba lagi dan kita perbaiki segala kerusakan yang membuat hubungan kita retak
aku ingin mencobanya lagi,
tidak bersediakah kesempatan datang di pikiranmu?
Aku bisa jelajahi semuanya dengan kamu di situ
aku bisa rebahkan segala asaku di hadapanmu,
bersamamu..
cuma kamu
tidakkah kau mengerti cinta yang membuatku bernyali begini?
cintaku padamu...

kau lupa bagaimana pertama kali cinta membasuh keningmu dan melontarkan kalimat membiru
di sekitar padang ilalang di samping remang kota seberang?
kau lupa bagaimana pertama kali tatap penuh malu melingkar di pipi-pipimu
hingga merah jambu terurai di sudut-sudut senyummu padaku?
apa kau lupa bagaimana cinta membuat kita sama-sama saling tertarik
dan meyakinkan diri untuk saling menggenggam?
kau lupa?
kau lupa bagaimana detak yang seringkali muncul ketika kita saling berhadapan?
pun ketika bibir kita berhenti bicara dan hanya saling mengait satu sama lain?

dan kenapa kata putus begitu mudah tersusun dari bibirmu yang dulu sering berikrar cinta?

Read more »

June 15, 2012

Hai....

Hai...
aku menyapamu dengan satuan kata hai sebagai pemula untukku bicara cinta.
Sedang apa kau cinta yang selalu menguarkan aroma gila di setiap penghujung otakku bekerja?
Apakah kau sedang memikirkan dimana jodoh dan persinggahan hati terakhirmu?
Adakah sedikit saja kau menggumamkan namaku dan menyebutnya berkali-kali dalam balutan doa yang kau sujudkan pada Tuhanmu?
Aku selalu seperti itu cinta....
andai kau tahu itu :')

Hai...
bisakah kau melihatku tidak dengan sebelah matamu?
sebentar saja cinta...
lihat bagaimanaku mendongengkan ribuan kisah cinta nyata
yang akan menghunuskan nyeri di pangkal perasamu
dan merasakan betapa sakitnya mencintaimu.
lihat dan rasakan bagaiman sebelah tangan cinta meniadakan harapan
yang dari dulu terus berbumbu asam di dahagaku akan belaian cinta darimu.
sedikit saja,
tengok aku cinta....

Hai...
bisakah kau bangunkan nalurimu untuk sekilas menatap wajah-wajah belingsatan
yang mengatasnmakan kesetiaan ini?
bangun dan sadarkan seluruh inderamu
rangsangan bertubiku tidak cukup kuatkah untuk membangkitkan gairah
akan benih-benih cinta yang semakin menumbuh dan menjalar di jantung hatiku?
ayolah cinta....
aku memintamu dengan segala belas untuk menatapku sejenak
di lembah hitam kelam yang kata mereka menakutkan ini

Hai....
tidak inginkah kau sementara saja membagi waktumu denganku?
lalu kita bercumbu dan saling memagut waktu bersama siluet senja yang menari telanjang dada?
sebentar....
sebentar saja biar ku izinkan kau menari bersamaku untuk menikmati gundukan kesetiaan
yang terkumpul manis di sela-sela dadaku
tidak inginkah kau menikmati malam untuk mencandukan sentuhan di akhir dentang dua belas?
tidak inginkah kau membagi gairah bersamaku?

Hai...
andai kau tahu,
aku mengubur hidup-hidup perasaan matiku di kehidupan yang mematikan
aku tenggelamkan kepalaku ke dasar jurang berpenerang kelam

Hai....
dan akhirnya aku lelah meminta
letih berharap kau mau menengok semili keadaan yang menyeramkan ini
baiklah

Read more »

Bulan....

pagi bersama bulan ketika matahari hendak membuka tirai jendela kamarnya. ketika mendapati bulan sedang terduduk lesu menatap pagi, matahari mulai bergegas menghampirinya. sang bulan tersudut di pusara tanah bergunduk merah, menangis, merah matanya. matahari berlari untuk mengejar waktu pemberangkatannya segera. lalu matahari merengkuh bahunya. dan membiarkan bulan tersedu di pelukannya...

"sudah waktumu pulang sayang...." ucap lembut matahari pada bulan

"tapi aku masih ingin bersamanya..." jawab bulan sambil terisak

"waktumu telah berpulang, harus aku yang menggantikan... pulanglah...." kata matahari dengan penuh iba

"aku belum bisa melepaskan malam, wahai matahari....12 jam terlalu singkat bagiku untuk membagi kisahku dengannya. dan aku masih sangat merindukannya..." ditatapnya matahari dengan penuh belas, tapi matahari hanya tersenyum saja.

"bulan....pulanglah sebelum ajal mengerikan datang menyapamu. sebelum mereka datang dengan sepasukan tentara perkasa muda yang akan menyeretmu ke dinding gelap berudara pengap. jangan biarkan mereka tak mengizinkanmu untuk memeluk malam lagi...nanti malam datanglah kembali" pinta matahari dengan sungguh-sungguh.

dan bulan pun bergeming.

"ada waktu dimana kamu harus bersedia merelakan diri terbujur kaku di tepian waktu. terdiam bersama sisa-sisa potongan kesempatan. ada waktu dimana kamu harus bersedia mengalah untuk mendapatkan apa yang kamu harapkan. dan ada waktu dimana kamu harus bersedia mengantarkan malam menemui penghujungnya seperti sekarang. aku mencintai siang, seperti kamu mencintai malam. aku merindukan siang ketika malam bergeming tak mengizinkanku menengok jagat raya. sama sepertimu. dan kita harus tunduk pada peraturannya, bulan. atau jika tidak, kita akan mati dan tidak akan pernah menemui waktu dimana kita bisa saling berbagi dengan mereka yang membutuhkan"

bulan hendak memotong kata-kata sang mentari. namun, ketika matahari mencengkeram kuat lengannya dan menggelengkan kepala, akhirnya bulan sadar... dunianya adalah malam. dan malam takkan pernah mengusik keberadaan siang yang menginginkan matahari, bukan dia. bukan bulan yang senantiasa terang di kala gelap menghujan di sela-sela keributan makhluk-makhluk malam.

ya. bulan akhirnya sadar sepenuhnya bahwa ia harus pergi meninggalkan sisa waktu yang memberinya kesempatan untuk berpamitan pada bumi. wahai makhluk bumi yang menginginkan lelap dan damai, tunggu aku berkunjung dalam malammu. aku akan senantiasa menemani sudut-sudut galau hatimu ketika terik menghantarkanmu pada lelah yang menubi. rindukan aku wahai makhluk.....
Read more »

June 12, 2012

Pena....

menggeliat. 
ujung penamu menjilat lekat di hamparan putih secarikan kertasku tanpa noda.
mencacah kecil bagian paling pekanya
di lapisan kulit paling luar dihentak tanpa pandang

merekam pandangan
melirik sepersekian sekon, 
lalu menggelinjang minta disentuhkan pada mulus bahu perasaku.

aku meringis menahan geli. 
kuasa akan pena bertinta merah itu menyibak segala rahasia yang selama ini ku punya. 
yang diam-diam kau celahi dengan gambar kelopak mawar merah. 
yang merekah harum ditempa jilatan mentari di pagi hari.

seluruh lekuk garis kertasku melenguh resah
juga ada geli yang menyertai ketika lengan penamu menjamah sisi putihku
aku hilang arah
ranum-ranum putih sudut kertasku terjamah juga

pekikan minta tolong tak didengar sang penghapus duka
tinta merah mewarna dengan gairah di belantara surga dunia
tak ada daya kertas melusuh tersapu gelombang lara
jeritan
tangisan
lolongan minta tolong terabaikan

pena merah darah meliuk-liuk di atas kertas 
diam-diam menggambar residual merah


Read more »

June 9, 2012

Cinta Terlarangku....

tepian pikiranku terus berputar.
menyegi tiga
dan bukan membentuk lingkaran bulat penuh.
bagian dalam perasaku lumer,
mencair tergerus hujan panas
yang terdampar di kawah bumi
percintaan segitiga.
seluruh sendiku terlolosi
satu satu.
mulai lepas dan
meninggalkan seonggok daging tanpa tuan
di bawah sinar-sinar lampu jalanan.

kepada siapa hendak ku mintakan belas kasian?
apakah kepadamu wahai pencuri hati
yang dengan sengaja mengajariku kebohongan
dan penderitaan bertubi?
yang tanpa jengah menelurkan syair-syair kelam
dalam langit malam tanpa bulir hujan?

aku menderita atas candu asmara
di bagian terdalam hutan terlarang.
yang membawaku ke dalam jerumusan
jurang nan gelap dan bertebing jahat.
menyesakkan dada.
aku hampir kehilangan tempayang udara
yang sedari dulu menyangga rongga paruku.
aku hampir mati ditelan rindu
yang menganga lebar
di pucuk layar memoar kisah tanpa arah.

dengarkan daku wahai pencelaku,
bisikkan kalimat hinamu atas tuduhan
yang ku layangkan pada maluanku
agar berpulangku segera ke balik layar
merah satin tanpa sulam.
binasakan rasa sakit
yang membelit pangkal leherku,
yang membuat nyeri
menubi tanpa henti.
bunuh dan rajam segala
rasa sebelah tanganku padamu.
sadarkan aku akan nista yang ku buat sendiri,
yang dengan rela hati menenggelamkanku
ke dalam limbah dosa tanpa muara.

ajakku pada raga
untuk menghunuskan nyeri
ke dalam detak jantungku.
agar sepersekian detik yang berlalu
segera memagut ajalku
akan cinta terlarangku padamu.
namun...
namun rasaku
masih belum mau berpulang
ke rumah abadinya sayang....
dia masih dengan setia mengamatimu
lewat celah tergelapnya.
dan diam diam menguntit lalangmu.
lalu harus ku apakan rasa yang tertinggalkan
oleh dentum waktu yang memburu?

bunuh daku wahai pencelaku,
agar raga serta jiwa yang ternoda ini
menghempaskan seluruh malu dan hinanya
ke singgasana terkhirnya,
agar tiada lagi hati yang mencoba tersakiti.
Read more »