October 30, 2011

Life Changes, but Memories Don't

sejauh apapun kamu berlari, sedalam apapun kau bersembunyi....memori itu akan tetap mengejarmu. akan tetap menghantui sisa - sisa hidupmu.....

Bisa saja kamu berteriak dengan lantang bahwa kamu sudah lupa jalan ceritamu waktu SD, SMP, SMA, kuliah, namun tidak demikian dengan isi kepalamu. Di sana tersimpan segudang memori berjuta-juta atau bahkan tak terhitung byte-nya yang sewaktu-waktu akan membuka kembali tanpa kamu minta.



Hidupmu terus berubah seperti apa yang kamu rencanakan. Jalan ceritamu akan berwarna-warni sesuai dengan crayon yang kamu kehendaki. Namun, tidak dengan memori. Memorimu akan berwarna seperti itu saja. Tetap sama meskipun banyak pilihan warna yang menghendakinya berubah.

Kepalamu penuh sesak dengan memori, bukan begitu? Segala kenangan tertumpah ruah di dalamnya. Pahit, manis, asam, asin. Semuanya berbaur menjadi satu dan tersimpan rapatdalam masing-masing tempat.

Aku masih ingat benar bagaimana aku berusaha maju untuk menggapai asaku karena kenangan masa lalu. Aku juga masih sangat jelas bisa mengingat bagaimana aku telah berputus asa mencari cinta gara - gara kenangan burukku di masa lalu.
Masa lalu, kenangan, memori, apapun isinya, apapun bentuk dan esensinya dia sangat memiliki andil untuk membuat hidupmu berubah. Jadi, jika kau pernah bertanya pada dirimu sendiri bagaimana aku bisa berubah? Apa yang membuatku bisa berubah?
jawabannya adalah memori, kenangan itu sendiri. Baik buruknya masa depanmu nanti akan bergantung dari usahamu sekarang. Dan usahamu sekarang tak luput dari pantauanmu terhadap kenangan masa silam. Bukan begitu?

Bisa saja kita tertawa-tawa bersama teman baru, hangout bareng, belajar bareng, dan lain-lain. Tapi kau tidak akan pernah melupakan memorimu bersama kawan-kawan lamamu kan? Bahkan tak jarang banyak orang membandingkan masanya sekarang dengan memorinya masa silam, yang terkadang mereka bilang lebih indah di masa silam. Namun, itu semua akan berubah ketika kamu telah melewati duniamu lagi yang baru. Zamanmu SMP jauh lebih indah dari zamanmu SMA, zamanmu SMA jauh lebih indah dari zamanmu kuliah, dan zamanmu kuliah jauh lebih indah dari zamanmu kerja. Seperti itulah manusia. Perubahan selalu membawa serta kenangan, kenangan adalah pembanding yang tidak sedikit menimbulkan ketidakpuasan.


Hidupmu terus berputar, berubah menyesuaikan pola perubahan itu sendiri. Sedangkan memori akan tetap berdiri di sana, tetap pada tempatnya. Memori dan perubahan adalah sepasangan yang tak terpisahkan. Hal terindah yang manusia punya adalah kenangannya sendiri. coba kau pikir, apa jadinya jika kau kecelakaan dan memorimu menghilang dari otakmu? Aku tidak mau itu. Sesakit apapun memori, bahkan sekejam apapun seseorang atau sesutau telah membuat hidupmu berubah, memori akan tetap sama di mata hati dan jiwamu, otakmu. Memori adalah bagian terpenting dari hidupmu.

Pikirku, kenangan adalah terowongan kasat mata penghubung masa depan. Kenangan adalah jalan terpendek penghubung perubahan.
Read more »

Hope is A Dream That doesn't Sleep


It doesn’t matter if I’m lonely. Whenever I think of you
A smile spreads across my face.
It doesn’t matter if I’m tired. Whenever you are happy
My heart is filled with love.

Today I might live in a harsh world again.
Even if I’m tired, when I close my eyes, I only see your image.
The dreams that are still ringing in my ears
Are leaving my side towards you.

Everyday my life is like a dream.
If we can look at each other and love each
I’ll stand up again.

To me, the happiness of those precious memories
Will be warmer during hard times.
For me, hope is a dream that never sleeps.

Like a shadow by my side you always
Quietly come to me.
To see if I’m hurt, to see if I’m lonely everyday
With feelings of yearning, you come to me.

Even if the world makes me cry, I’m okay.
Because you are always by my side.
Like dust, will those memories change and leave?
I’ll keep smiling to ease my heart.

Everyday my life is like a dream.
If we can look at each other and love each
I’ll stand up again.

To me, the happiness of those precious memories
Will be warmer during hard times.
For me, hope is a dream that never sleeps.

No matter how many times I stumble and fall
I’m still standing like this.
I only have one heart.
When I’m tired you become my strength.
My heart is towards you forever.

So I swallowed the hurt and grief.
I’ll only show you my smiling form.
It doesn’t even hurt now.

I’ll always hold on to the dreams I want to fulfill with you
I’ll try to call for you at the place I cannot reach
I love you with all my heart.


Translation of

Kyuhyun - 희망은 잠들지 않는 꿈/Hope is a Dream that Doesn't Sleep Ost lyrics + translation


Read more »

October 24, 2011

Maaf, Kita Harus Putus

1. aku akan berlagak seperti perempuan amnesia dan berakting bahwa semua tidak pernah terjadi. jadi, jangan tanyakan apa-apa jika suatu saat kita bertemu #kejam

2. jeongmal mianhaeyo jika aku sudah tidak bisa melanjutkan hubungan sebab aku tidak mempunyai rasa apa-apa kepadamu. terdengar kejam dan sadis mungkin. hanya saja aku harus jujur. aku sudah mencoba dan aku tidak bisa. aku tidak mungkin membohongi diri sendiri, terlebih membohongimu dengan berpura-pura menyukaimu. kamu orang baik, dan kamu akan lebih baik jika bersama wanita yang baik juga (bukan aku)

3. aku tidak peduli. sekali aku mengatakan tidak dan berpaling darimu, aku tidak akan pernah kembali lagi. keras kepala? sinting? egois? IYA. 


4. kalau kita berpisah itu tandanya kita tidak ditakdirkan untuk bersama #seperti.itu.teorinya

5. dan biarkan saja permainan itu tak menemukan ujung akhirnya. biarkan saja aku bermain sampai lelah menyergap dan membunuh segala rusuh. dari wanita paling sadis sedunia.

6. mereka bilang aku sadis.

7. free n i don't want to begin another relationship. So tired. Just let me go away from you.

8. wanita keras kepala dan egois ini terlihat sangat kekanakan, bukan begitu?

9. saya tidak bisa melanjutkan ini. Kita berteman saja. Penyakit akut saya kambuh.

10. Jangan salahkan cinta. cinta tak pernah salah. yang salah hanyalah para pemainnya. Justru para lakonnya lah yang salah, yang tak bisa menjalankan adegan sesuai naskah yang diberikan oleh cinta.

11. duh gusti...kulo katah kalepatan, katah ndamel lare-lare jaler loro ati, ngapuntene ya Allah....

12. I can't continue this. I think. Sorry. I'm a bad girl, a crazy woman.

13. I can't say anything. I'm confused with my own feelings. Please, leave me alone. Leave me alone.

status galau yang aku tulis di facebook itu adalah ungkapan dari hati, aku minta maaf jika secara sepihak memutuskan hubungan. sebab aku tak bisa bertahan. aku tak bisa melanjutkan ini. aku tak bisa LDR. aku tak bisa bersamamu. tak ada cinta di sana. maafkan. aku sudah mencoba namun sampai detik terakhir kita bersama, rasa cinta itu tidak muncul. ada sesuatu yang membuatku tidak nyaman bersamamu, meskipun aku kadang berkata "it's okay" namun rasanya tetap ada yang mengganjal. aku belum siap pacaran. trauma? mungkin saja. sebab aku pernah disakiti sedemikian rupa sampai membuatku tidak percaya pada lelaki dan cinta itu sendiri.

Demi Tuhan, tak ada niatku untuk mempermainkanmu. aku hanya berusaha mencoba untuk bisa menyukaimu. namun, aku gagal dalam usahaku. aku tak bisa. ya, ada laki-laki lain di dalam hati ini. memang sebenarnya tujuanku berpacaran denganmu adalah agar aku bisa melupakan lelaki ini. namun, semakin aku mencoba semakin sulit untuk dilakukan. maaf, mungkin kamu telah menjadi pelarianku. terdengar sadis mungkin. dan aku minta maaf.

kamu orang baik, dan pastinya akan mendapatkan wanita yang baik pula, bukan aku pastinya. kau akan menemukan kebahagiaan dengan yang lain. aku ikut berdoa semoga kau mendapatkannya. dan segera lupakan aku. anggap aku tak pernah ada di kehidupanmu. buang pikiran tentang wanita gila ini. singkirkan dia dari dalam hatimu. dia tidak pantas mendapatkan cinta tulusmu.

maafkan aku, kita harus putus....


Read more »

Bermimpi, boleh kan ?

seorang pemain yang tak pernah berhenti memainkan perasaannya sendiri...

suatu saat, kalimat di atas akan berakhir dan aku akan hidup bahagia bersama dia. seorang pendamping sejati yang setiap pagi akan mengantarkanku kerja. yang setiap hari memberikanku kecupan sayang di dahi. yang setiap sore menjemputku kerja. yang setiap malam mengajakku untuk berdiskusi tentang SAHAM dan teman-temannya (meskipun aku gak begitu ngerti soal itu) atau yang setiap malam berceloteh tentang mesin di kantornya yang sering eror atau yang setiap malam menceritakan para advokat yang membuatnya geleng-geleng kepala atau yang setiap malam memintaku untuk mengomentari tulisannya yang akan dicetak di majalah kantornya atau yang setiap malam menulis lagu dan memintaku untuk menilai seberapa bagusnya lagu itu atau yang setiap malam kebingungan mengurusi bisnis yang baru dijalankannya. dan yang setiap malam selalu berhasil membuatku selalu jatuh cinta padanya, selalu bertekuk lutut di hadapannya.

sebuah mimpi.
sebuah rencana.
sebuah harapan.
tentu boleh kan?
setidaknya aku menginginkan suamiku selalu memanggilku di pagi hari untuk membenarkan letak dasinya yang miring atau memanggilku karena belum dibuatkan susu atau mengelus kepalaku saat aku sedang menyiapkan sarapan atau yang tiba-tiba saja memelukku dari belakang ketika aku sedang memasak.
aku ingin yang seperti itu.

nenek pernah bilang: jodohmu ada di tempatmu berada, dia tak pernah jauh-jauh dari lingkunganmu.
heaaaa.....nenek sayang, seperti apa jodohku nanti? seorang pebisnis kah? seorang karyawan kantor/bank? seorang manajer? atau seorang dokter? gak mungkin. atau seorang pengacara? terlalu jauh sama ekonomi. bisa saja kan jodohku tidak berkaitan dengan bidang yang aku geluti? bisa saja. Kemungkina-kemungkinan itu masih bisa terjadi, bukan begitu? :D

ah...jodoh. masih buta. masih remang-remang dan belum terdeteksi sama sekali. aku masih seperti ini. masih sering bermain. masih sering mmebuat yang lain terluka. lantas kapan dewasanya aku? hm...mungkin saja Tuhan memperingatkanku bahwa aku tidak boleh pacaran. mungkin Tuhan memintaku untuk jomblo terus sepanjang kuliah dan bakal menemukan jodoh waktu kerja. oya? right? maybe. I hope so. Tuhan menyuruhku untuk focus on my study dan tidak memikirkan jodoh. Can I do it? maybe :D

aku ingin jodohku....aku ingin seperti dia : Caraka :D
doa nih, jodohku yang mirip sama Caraka aja ya Tuhan, atau kalau boleh meminta, kalau bisa ya Caraka aja ya Tuhan. Amin. hehehehehe.
Ehm. aku mau nanti jodohku 4 atau 5 tahun di atasku
yang bisa membimbingku
yang bisa ngemong
yang bisa manjain aku yang dasarnya suka dimanja
yang bisa mengimbangi lawakan dan guyonanku
yang bisa memberikan wejangan
yang pasti harus lebih pinter dari aku
yang bisa berdiskusi soal bisnis dan teman-temannya
yang bisa memberiku wawasan soal dunia kerja (hm...ini seperti minta petunjuk buat ngelamar kerja aja deh? hehehe. biar)

yang pasti bisa membuatku tanpa henti memandangi rambut kriwulnya, kumis tipis yang bertenger di antara bibir dan hidungnya, bulu-bulu halus yang melingkar di sekitar rahangnya, bibir seksinya, mata bulatnya, senyum lima jarinya, tubuh gempal tinggi tegapnya, serta.....wajahnya yang ganteng, yang paling ganteng seperti caraka :D
yah caraka memang gak sempurna, cuma bagiku dia sempurna, sesempurna lelaki impianku nanti. kalau begitu ya sama caraka saja? ah, caraka. caraka terlalu jauh dari jangkauan. caraka hanya menganggapku...teman :D
hm...intinya lelaki ideal ya seperti caraka deh :D
ck, tinggi sekali permintaanmu? boleh saja donk....siapa tahu malaikat mengamini dan Tuhan mengiyakan? hehehe

untuk calon suamiku nanti....
bersabarlah
aku akan mendatangimu dua tahun lagi
kita akan bertemu di kantor tempatku melamar kerja. hehehehe

Read more »

October 23, 2011

Laguku...

aku tak bisa mengatakan itu lewat lisanku tanpa sebuah lagu. Aku butuh melodi, aku butuh nada untuk menerjemahkan apa yang ada dalam hatiku, untuk mendeskripsikan segala rasaku...

 Pagi itu jejak embun masih bisa ku rasakan di bawah kakiku. sejak aku mendapati sms perpisahan darimu, aku melarikan diri. lari dalam arti yang sebenarnya. Membiarkan kulit telapak kakiku menyentuh bumi tanpa alas. Membiarkan jantungku ikut berdegup kencang mengikuti detakan emosi yang berlari-lari. Aku membenamkan diriku di antara gelap subuh yang masih membingkai kota. Jalanan yang masih sepi membuatku sedikit bebas. Aku bisa menangis tanpa batas.

Aku masih duduk menyandarkan punggungku di tepian tempat tidur. Sekali lagi ku tatap wajahmu yang menyungging senyum kepada angin yang ada di dermaga itu. Senyum tulus yang kau berikan pada setiap manusia yang memandangi fotomu, tak terkecuali aku. Dan kali ini bukan tangis rindu lagi yang menyayat hati. Aku merasa ada sesuatu yang kali ini benar-benar mengusik hatiku. Aku kesakitan sendiri. Sakit. Sungguh sakit. Beginikah rasanya kehilangan ?

Masih jelas tertimbun di dasar otakku, beberapa hari yang lalu. Saat berdua menghabiskan sisa-sisa malam di bawah langit dan bulan yang hampir penuh. Saat merayakan ulang tahunmu di taman kota. Saat tawa dan canda menggema bersamaan dengan deru bahagia yang memutar-mutar di sekeliling kita. Saat pertama kalinya hangat tanganmu meremas jemariku, saat pertama kalinya jantungku bergemuruh berjalan beriringan denganmu. Dan membayangkan itu semua membuat dadaku semakin sesak.


Seperti katamu semalam, "jika masih berharap melihatku untuk yang terakhir (mungkin) datanglah ke stasiun, hampiri, datangi aku. jika tak ada keberanianmu, maka aku tak tahu dan tak mampu memastikan apakah aku akan kembalii atau tidak"
Aku menangis membaca itu. Adakah kesempatan bagiku untuk mengungkapkan semua itu padamu ?
Lalu, tanpa lama lagi ku larikan diriku mencari taksi. Tuhanku, berikan aku kesempatan melihatnya. Jangan biarkan aku menyesal seumur hidupku ketika aku tak lagi menemukannya.


di stasiun...
Ini sudah telat. Waktu yang kau berikan padaku telah lewat 15 menit. Aku berdiri terpaku, mematung di depan pintu masuk stasiun. Mataku memanas memandang jarum jam di atas pintu masuk itu. Lututku melemas dan tiba-tiba saja gemetarku merobohkan kuat kakiku. Aku hampir terjatuh. Namun ku sadarkan diri sedang dimana aku berada. Lalu ku duduk menyelonjorkan kakiku yang tanpa rasa itu. Sesenggukan sambil mengamati ubin di bawahku.

Ku peluk lututku sendiri. Aku mencoba tidak menangis keras. Lalu ku sembunyikan bulir air mataku dalam dekapku sendiri. Lirih. Tanpa suara. Tiba-tiba jantungku melonjak keras. Seseorang menyentuh bahu kananku. Ku palingkan wajahku yang masih meninggalkan sisa air mata itu. Ku pegang tangan itu. Aku terkesiap melihat kamu berdiri membungkuk di sampingku. Belum sempat aku membuka kata, jemarimu telah mengusap bekas air mata yang masih menempel di kedua pipiku.
“ku pikir kau sudah berangkat, ku pikir aku tak bisa melihatmu lagi, ku pikir aku tak punya kesempatan untuk…” aku terisak lagi sambil memegangi jari-jarinya.
‘itu kan pikirmu, kenapa tidak mencoba memakai perasaan ? biasanya kau pakai perasaanmu itu, kenapa kali ini tidak? Aku naik kereta jam 10, bukan jam 9. Kau pasti sambil merem waktu baca smsku, ya kan ?” kau mencoba bergurau padaku. aku menggigit bibir. Kau hapal kebiasaan bodohku itu.
Tanpa basa-basi kau meraih tanganku, meremas jemariku dan berkata….
“jangan menangis….”

 
Aku melihat sebuah harapan di dalam matamu. Aku meyakini sesuatu yang pasti. Entah kapan masanya, kau pasti akan datang kembali padaku untuk mempertanyakan seberapa kuatkah aku menunggumu. Benar begitu kan ?
“aku mau nyanyi, kau mau mendengarkan ? sekali saja”
kau mengangguk. Tersenyum. Dan mengikuti dudukku. Ku tatap matamu. Kali ini aku berani. Benar-benar berani menatapmu. Menatap jauh ke dalam bola mata cokelatmu, aku bisa melihat bayanganku sendiri di sana.

Mungkin hanya lewat lagu ini
Akan ku nyatakan rasa
Cintaku padamu rinduku padamu
Tak bertepi
Mungkin hanya sebuah lagu ini
Yang slalu akan ku nyanyikan
Sebagai tanda betapa aku
Inginkan kamu

Aku seperti berada di atas panggung. Dengan gitar akustik. Dan kamu di depanku. Duduk manis mendengarkan curahan hatiku. Maaf, aku tak bisa mengatakan itu lewat lisanku tanpa sebuah lagu. Aku butuh melodi, aku butuh nada untuk menerjemahkan apa yang ada dalam hatiku, untuk mendeskripsikan perasaanku.
Lalu terakhir kalinya kau masih menyempatkan diri untuk menyalami dan mencium tanganku.
“baik-baik ya….jangan menangis. yakinilah apa yang harus kau yakini. berharaplah kalau kau masih punya harapan, pupuklah harapan itu di hatimu, yakini saja karena dengan harapan itu kau akan mampu bertahan. aku tidak tahu apakah aku akan kembali ke sini lagi atau tidak, yang pasti episode-episode selanjutnya hanya Allah yang menentukan, Dialah sutradara terbaik sepanjang masa. Dia Maha Adil. kau mengerti kan ?”

 
Aku mengangguk ringan "baik-baiklah kau di sana. aku akan menunggumu, tapi jika nanti sia-sia, aku tak akan pernah menyesal. aku tak akan pernah menyesal pernah mengenal kamu, pernah menunggu kamu"
Dan kau melanjutkan...."dan jika nanti, suatu saat nanti kau membenciku. ingatlah kita berdua pernah tertawa bersama"
Untuk pertama dan terakhir kalinya kau mengelus kepalaku. Lalu mengacak-acak puncak kepalaku, hingga membuat rambutku bertantakan.


Itu sudah cukup. Lebih dari cukup untuk menenangkan gejolak yang ada di dalam hatiku.
Lalu kau bergegas melewati tempat pemeriksaan karcis. Setengah berlari. kau berhenti. Lalu berbalik. Melambaikan tanganmu dan tersenyum.
“kau pasti kembali….” ucapku saat punggunggmu perlahan mulai  lenyap dari pandangku.

Ku yakini, suatu saat nanti. Entah berapa bulan atau bahkan berapa tahun lagi, kau akan menemukanmu lagi
sambil melangkah meninggalkan stasiun, ku lantunkan lagi satu lagu untukmu….

Bawalah pergi cintaku
Pada kemana kau mau
Jadikan temanmu
Temanmu paling kau cinta
Di sini ku pun begitu
Terus cintaimu di hidupku
Di dalam hatiku
Sampai waktu yang pertemukan kita nanti


berhenti negative thinking ! semuanya akan baik-baik saja. benar kan ?
:)
Read more »

October 21, 2011

Crazy Woman

Dan ketika kamu mengatakan bahwa aku tidak memiliki hati, tidak memiliki perasaan....itu benar

Mengulangi kesalahan yang sama. Dan tidak pernah belajar dari sana.
Dan mungkin ini akan tetap berulang seperti sebelumnya, seperti ketika aku meninggalkan mereka dulu, meninggalkan mereka dengan ribuan sakit hati yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.
Dan mungkin saja ini akan tetap menjadi takdirku. Meninggalkan sesuatu yang harusnya tak boleh ditinggalkan. Melepaskan sesuatu yang harusnya dipertahankan.
Namun jujur. Aku tak bisa bertahan dan aku harus benar meninggalkanmu. Terdengar egois memang. Namun seperti inilah aku. Busuk. Wanita busuk yang tak mau menerima kenyataan hidupnya.

Terkadang melintas saja pikiran tentang kutukan. Kutukan tak termaafkan. Kutukan yang membuatku tak bertahan menjalin hubungan. Seperti sebelum-sebelumnya. Seperti ketika aku melenyapkan segala rasa yang telah terbangun dengan apik dan membuat kecewa banyak orang.
Benarkah ini kutukan atau hanya sebatas hubungan balas membalas yang sejak dulu aku takutkan? Menelisik kisah percintaanku sebelumnya yang sangat mengenaskan dan harus ku balas dengan hal seperti ini? Seperti ketika dulu aku sering ditinggalkan dan sekarang berbalik meninggalkan? Seperti inikah kekejaman balas membalas?

Apa yang salah? Aku yang salah? atau Kamu? atau cinta itu sendiri? Tidak. Jangan salahkan cinta. Sebab cinta tak pernah salah dalam memilih pemainnya. Justru para lakonnya lah yang salah, yang tak bisa menjalankan skrip sesuai naskah yang diberikan cinta itu sendiri.

Remember how felt to fall in love? 
No, I can't remember anything. 
Cause I lost some memories about the euphoria of falling in love. 
Am I still child? Am I childish? I don't know. 
I don't know anything about love.

Seperti buih yang bersenda dengan pasir
sejenak tertawa bersama
lalu mengabur bersama debur

Aku buta pada kebutaanku. 
Aku kehilangan rasa pada segala perasaku. 
Aku mematikan kematianku.

I lied to you. I push you around. I don't love you.
Dan jika harus jujur, aku tak pernah menaruh rasa itu padamu. Aku hanya berempati padamu. Aku hanya berusaha menjalin hubungan yang sebenarnya tak ingin aku lakukan. Aku keparat. Bajingan. Jahanam. Sialan. Kau berhak menamparku. Kau berhak memakiku, menyalahkanku. Dan aku akan diam. Terdengar sadis memang. Dan itulah aku. Inilah aku yang sebenarnya. Seperti inilah wujud asli seorang bidadari yang kau agungkan. Yang kau puja dan kau cinta. Iblis. Penjahat cinta.

I can't feel anything about love, now. I can't understand what I want also.
Dan seperti inilah wanita gila itu. Meminta, mendapatkan, lalu mencampakan. Sadis.
Stay away from me. Let me go from your life. I'm not kind for you. You will see how bad I am.
Carilah wanita lain yang benar akan memberimu kebahagiaan, yang itu bukan aku.

Dan sebelum semuanya terlambat dan apa yang telah kau berikan padaku terlihat sia-sia saja, lebih baik kita sudahi semuanya. Lebih baik kita berteman seperti sebelumnya. 
Kita tidak terlahir untuk bersama.....


Berjudi dengan jarak, mempertaruhkan kesetiaan, dan memasang nilai tertinggi untuk menang
Aku telah kalah berjudi dengan perjudian yang aku judikan. Aku telah kalah bermain dalam permainan yang aku mainkan. Aku melepaskan kesetiaan. Aku telah kalah bertaruh. Dan kemenangan ada pada jarak. Jarak kembali mengingatkanku akan dahsyatnya batas "here, after. cerita cinta berakhir di sini"Cinta selalu takut oleh jarak dan kalah oleh ukuran"


Satu kata terakhirku
maafkan aku.....
Read more »

October 18, 2011

OST Cinderella Man


http://www.youtube.com/watch?v=af63xY0KGus
MV A Good Man yang sederhana plus Lagu yang enak didenger, kena banget di hati, bikin merinding. Number One only :)

Iseng-iseng nih ceritanya. Buka folder lagu Korea. Bingung mau dengerin apa, mau muter BBF udah bosen, SNSD juga, Suju juga. Ah, nyoba bukain folder yang jarang terjamah bin tersentuh....jreng jreng...dan akhirnya memilih ini folder Ost Cinderella Man. Suer ya, aku kagak pernah nonton ini drama. Hahahaha. Ketinggalan zaman banget dech tapi punya soundtracknya, aneh kan? dan tak pernah aku puter pula. Kasihan kamu. tapi itu dulu, sekarang kamu adalah teman setia buat menemaniku mengerjakan tugas kuliah. Nomor satu daftar playlist di winamp :)

Singkatnya begini, aku play deh semua ost yang isinya cuma delapan lagu itu....
Denger lagu pertama yang judulnya "I Think I My Man" yang nyanyi cowok tapi kagak tahu namanya namun enak banget didengerin di kuping, ballad gitu dech. Mendayu-dayu dan seperti dibawa terbang ke daerah pinggiran sungai yang terkena bias matahari pagi...fiuh...imajinasiku main di sini. Wuz wuz wuz...rambutku terkena angin, hihihihihi. "Wae Saranga?" lirik pertamanya yang pasti bikin nyesek kalo ditanya kaya' gitu....

Lagu ke dua judulnya "One Love No More Question" . Arch.....lagunya asik, gak ballad sich, nge-bit dikit, tapi suer ini lagu galau yang dikemas dalam musik yang riang, mungkin biar gak keliahatan cengeng gitu kali ya? Aku denger ada kata-kata "mianhae, saranghaeso" wah...ini benar-benar lagu galau. Ck. Mantap. Bagus. Sepanjang lagu aku membayangkan sedang berada di halte bis nungguin orang, eh maksudnya nungguin bis sambil tanpa sengaja ketemu seseorang yang....ehm ehm gitu dech. Main lagi imajinasiku....dan sepertinya maksud lagu ini adalah "aku cinta kamu, dan tak perlu kamu tanya apa - apa lagi sama aku" Right?

Nah, ini lagu ke tiga yang judulnya " A Good Man" bikin sesek dada, nyentak-nyentak, dan membuat ngilu, sampai aku nangis. Dua lagu di atas bisa aku nikmati sambil ngetik tugas laporan buat kuliah besok tapi kalau lagu yang satu ini sukses bikin tanganku berhenti bergerilya di papan keyboard dan membimbingku ke keadaan yang sangat mengenaskan. Lagunya top. Sampai kepalaku menggeleng karena tak percaya baru menemukan lagu super duper keren kaya' gini. Lagu galau yang pas buat jadi backsound nulis cerita yang galau alias nulis cerita sedih-sedih. Gila, kenapa baru sekarang tahu? kemana aja dulu? Dan sampai detik ini, lagu ini yang jadi best onet playlist in my phone.

Yang ke empat ini lagunya gak kalah asik dari yang lagu ke dua, apalagi denger lirik pertamanya yang nyeletuk "say I love you....bla bla bla". Asik buat dance ringan. Yang gak kalah asiknya di bagian reffren, gila deh....keren juga ini lagu yang judulnya "Lover". Nah, imajiku main di sebuah jalanan ibu kota, pasang headset sambil nyanyi-nyanyi gak jelas gitu deh. Hehehe. Arch...kerennnn pokonya :D

I Like You. Ini lagu unyu unyu....asoy, ceria, tapi juga gak lepas dari kata-kata chua sama saranghae. gatau inti lagunya kaya' apa. "I know, I know want you. Naneun chua" . hm....sepertinya ini lagu mau bilang kalau yang nyanyi lagi suka sama orang, lagi jatuh cinta gitu dech, tapi bukan jatuh cinta yang galau...tapi ini lebih bahagia isinya....esensinya seperti lagi nyanyi di bawah bunga sakura. Loh, korea kok sakura? terserah deh, pokoknya seperti lagi di taman bunga gitu deh. Imajinasiku. Hehehehe

Dua lagu terakhir ini cuma instrument tapi ballad. Ada My Guy, I Thought I Could yang mellow abis. Iringan piano yang bikin aku berimaji sedang di sebuah ruang seni dengan seseorang yang spesial, kita hanya saling tatap dan diam...arh...romantis. hehehe
Kalau yang satunya "Don't Love" ini instrument dari lagu ke dua yang asik tadi. Enak banget buat obat hati yang lagi galau. hm, seperti kalau sedang sendiri dan harus nancepin headset di kuping lalu jalan ke manapun kaki melangkah. Lagi-lagi headset, soalnya headset adalah benda paling penting setelah HP dan dompet :D

So, inti dari kupas - kupas OST Cinderella Man adalah Great Soundtrack. Isinya bagus-bagus. Ada yang ceria yang enak di denger juga ada yang mellow mellow ballad yang bikin hati ngilu. Satu kata T.O.P
setelah itu, aku lagsung browshing T-ARA. Arh....ternyata ada Yun Baek Ki Dream High. jadi ngefans dech sama dia :)
Favorite Song tetap jatuh pada A Good Man
Read more »

October 16, 2011

Kencan Buta

ini bukan tentang cinta, ini hanya tentang kencan buta

Berhasil menemukan hotel tempat tinggalmu sementara di Surabaya. Di depan sana aku agak ragu. See, what's wrong with me? Go the hell please. I'm not sure that people who are standing here is me. How stupid I'am! Lalalalala.

Aku menggoyang-goyangkan kakiku saat menunggumu keluar dari sana. Shit. Sialan. Aku terus mengumpat dalam hati. How dare me to visited a new foreign man
I knew a month on facebook. Huaaaaa. Aku terus memukul-mukul kepalaku. Tolol. But there is something that requires me to meet him, whatever it.

Berusaha menenangkan diri, berulang kali menghembus-hembuskan napas dari mulut ke arah poni sampai membuatnya terbang sambil membayangkan seperti apa lelaki itu. Seperti apakah lelaki yang sering menelpon dan chatting itu? Oh man, bagaimana kalau dia.....tidak tidak, dia orang baik, aku yakin. Huft.

"Aku keluar sekarang" sms darinya membuatku semakin tegang, tanganku berkeringat, jantungku dug dug dug. Arch...aku mulai kerasukan.
Sedang aku masih berusaha menendang-nendangkan kaki ke udara di depanku saat aku dengar suara langkah seret kaki di belakangku, mendekat, dan terus mendekat. Lalu memegang pundak kiriku. Aku berbalik. What a....kesan pertama : senyum lima jari dengan gigi rapi putih bersih, rambut kriwul alis tebal, bibir sedang, dan bulu-bulu halus tumbuh di wajah. Great. Luar biasa. Mempesona. Arch.....orang ini membuatku gila pada pandangan pertama.
"Farid" Tak ada nada dingin atau acuh atau sok jutek di sana. Penuh wibawa, sopan, dan senyum yang mengembang dengan.....omigod. Sempurna.
"Neli" aku tersenyum tipis, namun berusaha mengimbangi senyum lima jarinya.

Setelah itu sedikit berbasa-basi dalam perjalanan ke dalam hotel dan.....akhirnya aku masuk ke kamarnya. Dieng.....it's so unbelievable you know ! How can I enter this room, man room? Arch...aku berusaha menggigit bibir bawahku, berusaha menggeleng tak percaya. God, forgive me.
"sudah sholat?" tiba-tiba suaranya memecah keheningan
"sudah, kamu belum?" tanyaku sambil melirik jam tangan.
"ya ampun, sudah jam lima lebih Rid....."aku menurunkan tasku dan duduk di pinggiran ranjang sambil memperhatikan tas punggung Farid yang tergeletak di sudut kamar.
"hehehe, tadi waktu kamu sms mau ke sini aku baru bangun Nel, aku kaget dan langsung cuci muka. Aku juga belum mandi" dia cengengesan sambil menuju kamar mandi.
"ih.....jorok kamu Rid. Hm, kamu cuma bawa barang segitu aja Rid?" aku menunjuk ke arah tas punggungnya.
"iya, kenapa Nel?" jawabnya sambil mengaduk-aduk isi tasnya
"gak apa-apa. dua minggu di Surabaya cuma segitu?"
"gampanglah Nel...aku mandi dulu ya...tuh remote kalau mau nonton TV. Lalu aku mengangguk. Aku lihat Farid sudah masuk ke kamar mandi. Arch...ini gila. Aku mencengkeram kuat-kuat kepalaku, aku acak-acak rambutku. How crazy is this !

Apakah ini bisa dinamakan kencan Rid? Aku menanyainya dalam hati yang dengan jelas tak akan pernah mendapatkan jawaban. Aku terus memperhatikannya saat dia berjalan di sampingku menuju salah satu mall ternama di Surabaya. Kami lapar. Hm, lebih tepatnya Faridlah yang lapar. Dia kelaparan. Sedang aku masih kenyang, perutku terisi penuh oleh air. Yeah, meskipun sebenarnya ingin makan.

Aku duduk di depannya. Dengan jelas bisa memperhatikan wajahnya yang banyak ditumbuhi bulu-bulu halus. Sempurna.Senyumnya....
Hea....Farid orangnya santai, jujur apa adanya, blak-blakan, dan yang pasti punya selera humor yang tinggi. Satu lagi, porsi makannya luar biasa besar. Hahahaha. Maklum saja, badannya juga besar tinggi. Saat aku menggodanya dengan perkataan "kamu lho gendut Rid", dia selalu mengelak "tubuhku memang gede tapi lihat nih perutku gak buncit". Hahahahaha. Farid Farid....

Saat diketahuinya aku tidak menyelesaikan makanku, Farid berkata "Hei, nasinya dihabiskan nduk. Kasihan tuh petani-petani yang menanam. Gak inget sama orang tuamu di rumah? atau gak kasihan sama orang-orang yang gak bisa makan? hayo...habiskan"
Glek. Deg. Farid. Kamu luar biasa. Aku tahu, hidupmu di Jakarta pasti penuh dengan keglamoran tapi kamu masih sempat untuk mengingat mereka. Luar biasa. Dan setelah itu sedikit demi sedikit aku mulai menghabiskan makanku meskipun sebenarnya perutku sudah penuh, dan lagi aku kebelet pipis. Dan satu lagi, masih ada satu cone besar ice cream yang menanti mulutku. Arch...perutkuuuuuuu.

Aku meringis menahan pipis. Aku pandangi Farid, lalu memasang wajah paling mengenaskan di hadapannya. "Rid, aku kebelet pipis..."
"cari toilet gih..."
Aku serahkan tasku ke Farid juga ice cream yang terus meleleh saat aku menemukan toilet tak jauh dari tempat kami berada. 

Setelah itu, hal luar biasa yang aku lihat dari Farid adalah dia terus membawakan tasku. OMG Farid, kamu gak malu nyandang tas batik ku? itu tas cewek Rid? How cool you man! Tetap dipakainya meskipun sampai berulang kali aku meminta izin untuk ke toilet. Suer. Pipisku gak berhenti gara-gara aku menghabiskan 1 botol Pocari, 1 botol Orange Water, 1 gelas besar lemon tea, dan 1 cone ice cream. Arch....sialan.

Sampai di penjual donat. Hm...aromanya...menggoda.
"kamu mau Nel?" Farid mengagetkanku, memandangku dengan serius.
"gak apa-apa ta Rid?"
"kenapa gak? asal perutmu masih muat aja"
"hehehehe, boleh deh" asik, dalam batin aku melompat kegirangan dibelikan donat ini, sebab sudah lama aku ingin membelinya namun belum ada uang, ups...maksudnya belum ada budget, seperti kata Farid dulu saat mengobrol lewat telepon "bukan gak ada duit Nel, cuma belum ada budget. Duit itu selalu ada"

Kami bingung mau kemana, akhirnya cuma jalan-jalan gak jelas keliling mall. Hei hei....kalau aku tidak meminta tasku kembali, pasti Farid akan tetap memakainya. Makasi Rid :)
Well, sampai di depan bioskop Farid memandangku penuh arti,
"mau nonton?" tanyanya penuh selidik saat aku melihat poster film yang ingin aku tonton, mungkin kelihatan mupeng kali ya?
"nonton? hm....gak apa-apa ta?"
"tapi pulangmu nanti bagaimana? kan udah malam Nel"
Aku menggaruk-garuk tengkukku. Bingung.
"gak jadi deh, kemalaman Rid. Kapan-kapan aja kalo gitu"

Setelah gagal nonton film, kami cuma berputar-putar gak jelas, pergi ke supermarket, dan pergi ke toko-toko asesoris. Lalu memandangi setiap orang yang lewat dan saling melempar komentar tentang mereka. Ternyata Farid adalah tipe orang yang perhatian banget, apalagi sama cewek. Oh man, how crazy you get comments like that about girls! ckckckck...yang berkomentar seksi lah, gendut lah, pakaiannya gak pantas lah, apa lah...bla bla bla. Dasar cerewet, aku juga cewek Rid. Kamu gak lihat aku ya ? Aku menggerutu. Kesal dan juga merasa sedikit risih terkomentari soal gituan.

Setelah puas jalan-jalan gak jelas, akhirnya kami sampai pada titik terjenuh dan tidak tahu harus berbuat apa. Saat melangkahi eskalator Farid mulai bicara.
"ngapain lagi nih Nel?"
"ngapain ya?" aku memutar otak. Masa' mau pulang? hish.....
lalu aku nyeletuk "nonton aja yuk....."
"trus kamu pulangnya gimana?"
"hm...nginep di tempatmu aja" huaaaaaa. duar. jawaban gila. bodoh. tolol. Kenapa aku bisa memberikan jawaban seperti itu? Lalu aku menggigit bibir bawahku, takut kalau Farid menolak dan menyuruhku untuk pulang.
"oke deh, beneran gak apa-apa kalau kamu ke tempatku?" tanyanya penuh selidik.
"gak apa-apa lah. Emang mau ngapain coba?"
"ya gak tahu Nel. Hm, kalau kamu aku apa-apain gimana?"
Deg.
"hahahahaha, diapa-apain gimana? gak takut" jawabku sambil menjulurkan lidah. Oh sinting. Pikirku.

Surat Kecil Untuk Tuhan membuatku banjir air mata. Sesenggukan. Menghabiskan banyak tisu. Sementara Farid hanya cengengesan saat melihatku menangis dan nyeletuk "dasar wong ndeso" hanya gara-gara aku menangis. Arch...sialan kau Rid. Umpatku dalam hati.

Well, aku tak tahu kenapa aku bisa tidur di tempat ini. Aku merasakan dingin AC menyentuh kulitku. Dan yang aku lihat di sebelahku telah terbaring Farid dengan hanya memakai boxer sedang menonton TV. Tak ada rasa canggung sama sekali memakai pakaian seperti itu. Arch... Farid ini gila. Memalukan. Tapi kenapa aku lakukan juga? Berbaring di sebelah lelaki asing? What I want? Sementara aku masih memakai jeans lengkap dengan kaos panjang dan memberikan jarak luar biasa jauh, Kutub utara dan kutub selatan.
"hei Nel, gak panas tidur pakai jeans gitu?"
"gak. Hm...nanti juga aku lepas"

"bawa ganti?"
aku hanya meringis"enggak"

Dan aku sama sekali tidak tahu darimana ini bermula. Tiba-tiba saja Farid memelukku, mencengkeram lenganku dan memagut bibirku. Dan anehnya aku tak melawan, sama sekali. Aku malah menikmati. What the hell. Dimana logikaku? I can't think straight. All soluble in ghostly atmosphere in the room.
Dan kau pasti tahu apa yang terjadi berikutnya. Semua terjadi begitu saja.
Banyak malaikat menyingkir dari ruang remang itu. Dan banyak setan bernyanyi di dalamnya. Oh God, I can't do this but I want, I want, I want it. Tubuhku gemetar, darahku berdesir. Tiap sentuhan jari-jari Farid menghadirkan euforia tersendiri. Pelukannya, pagutannya membuatku melayang. Aku menginginkan dia.
But, I can't do one thing, I can' give my "crown" to him. So, I'm still virgin until now.This is just about the gratification of lust, someone who both feel lonely and want each other but do not want to lose the "crown" of each.

Kami tidak pernah tahu kenapa kencan buta kami berakhir di tempat tidur. Setelah itu kami saling tertawa dan menyumpahi perbuatan kami masing-masing lalu tertidur pulas sampai pagi. This is crazy man !

This is unreasonable, u know. Are you satisfied with this blind date?
Yes, I am.
Read more »

October 14, 2011

Berjudi dengan Jarak


Bila kita merasakan, kenapa musti mengingkari? Biarkan bersatu apa yang memang tak pernah ingin dipisahkan. Begitulah adanya cinta.


Seringkali mencemoohkan cinta jarak jauh dan menebar teori-teori cinta yang akan terkalahkan oleh jarak. Yang akan pupus oleh perbedaan ruang, perbedaan waktu.

Seringkali aku mencibir mereka dan bertaruh habis-habisan bahwa mereka bakalan putus dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Seringkali aku menyeringai sinis atas hubungan jarak jauh itu dan tidak mempercayai LDR itu bisa.
Arh, sial. Aku terperangkap dalam omonganku sendiri. Sering berkoar, sering meremehkan cinta jarak jauh. Dan nyatanya sekarang aku yang mengalami. Tuhan Maha Adil, bukan?

Mencoba untuk saling mengerti, saling paham, saling menguatkan, saling mendukung kerja masing-masing. Bisa? aku mencoba bisa. Berharap bahwa ini nanti tak akan sia-sia. Meski kadang aku berpikir untuk apa punya pacar jauh? Toh dia tak pernah melihatku, tak pernah menemaniku, tak pernah mengajakku berkencan atau sekedar ngobrol gak jelas di depan teras rumahku.
Hey, what the fuck is this! Aku sering membutuhkannya. Aku kesepian. Dan kadang di saat aku benar-benar merasa lelah dan putus asa dengan keadaan di sini, aku sangat membutuhkan uluran tangannya, support, atau sekedar nasehat ringan "yang sabar ya sayang...." atau aku ingin sekali dia mengusap kepalaku dan berkata "semua akan baik-baik saja sayang, tenanglah". Arch.... ingin rasanya meninju isi otakku dan meremas-remas otak yang sering digunakan untuk berpikiran negatif ini.

Dan kali ini aku mencoba setia. Mencoba menaruh harapan besar pada laki-laki ini. Pada laki-laki yang menawarkan segenap cinta pada kekosongan hati yang lama ditinggal penghuninya. Dan aku minta, cepat datang padaku. Kabarkan padaku, lisankan padaku, bahwa kau benar-benar menginginkan aku berada di sampingmu. Yakinkan aku, bahwa jarak bukan penghalang besar bagi hubungan kita.

Berjudi dengan jarak, mempertaruhkan kesetiaan, dan memasang nilai tertinggi untuk menang. 

Kau sanggup? Shit. Aku tak bisa menyanggupinya. Aku tak bisa berkata iya. Sebab aku takut termakan oleh kesanggupanku sendiri, yeah seperti yang lalu. Dan aku hanya bisa berkata "live as it is" padamu.
Aku tak bisa berjudi, aku tak pandai bertaruh, dan aku tak lihai memasang nilai tertinggi untuk ini. Takut kalah? Ragu? Bukan itu, hanya saja aku tak mau berkoar, tak mau bicara apapun sebelum segalanya terjadi sesuai apa yang memang telah ditakdirkan. Satu alasan klasik "jalani apa adanya dulu"

Ya, meskipun jauh. Tapi aku mulai merasakan bahwa aku telah memiliki seseorang, dan aku mulai terbiasa dengan ini. Jarak membuatku mengerti akan arti memiliki, akan arti pengorbanan dan kesetiaan. Well....cukup saja bagiku untuk sekali mengalami kegalauan jarak ini. Seterusnya aku harap akan baik-baik saja....



Dan jarak bukan menjadi alasan untuk tidak memulai hubungan. Cinta tidak hanya ditentukan oleh kuantitas pertemuan, tetapi lebih tepatnya adalah kualitas pertemuan itu. Bagaimana cara kita menyehatkan hubungan dan tak merusak jaringan kehidupan lain. Berbijaklah padanya, sebab dia akan mengikuti arah pikiranmu, begitulah cinta. 

Satu pesanku untukmu Willi. Kalau kau berusaha selingkuh atau bikin affair dengan wanita lain di sana, yakin saja kalau kau bertemu denganku akan aku pukul wajahmu dan menendang keras betismu, dan mungkin aku akan membunuhmu saat itu juga!
Kalau kau berusaha mempermainkanku, lihat saja balasan setimpal yang akan kau dapat! hahahaha
Read more »

October 13, 2011

I Can't Hold U Anymore

suatu saat, cinta itu pernah ada. Dan aku melihatnya pergi tanpa sempat ku cegah sama sekali....

Dulu, sering ku dapati bayangku sendiri dalam pekat bola mata kecoklatan itu. Di sana, terhampar luas padang masa depan yang kau janjikan padaku. Bersama kita bisa. Berdua kita lakukan segalanya. Tentang mimpi, harapan, dan semua cita yang kita inginkan, yang kita tuliskan dalam masing-masing lembar kertas lusuh dan kita kubur bersama kotak kecil di bawah pohon akasia belakang rumahku. Masih ingat ?

Lalu sekarang, ku jelajahi bola mata indah itu lagi. Aku tak menemukan sejumput bayangku menggantung di sana. Tak lagi terlukis diriku dan mimpi-mimpi kita di sana. Yang aku lihat hanya binar keraguan dan ketakutan di sana. Ada apa ?

Dan kau hanya menggeleng, berusaha menyembunyikan kilat matamu dariku.

Dan diam menjadi satu-satunya jalan di antara kita. Geming. Canggung. Semua menjadi kaku. Tak ada lagi gurau dan sapaan manja yang biasa terlontar dari bibir tipismu. Tak ada lagi senyum yang melenggang bebas di hadapanku seperti enam bulan lalu. Aku melihat perubahanmu sejak sejam lalu. Aku tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan.

Hatiku mencelos, dadaku naik turun bergemuruh. Mataku memburam. Genang air mata menutupi penglihatanku saat undangan pernikahan itu kau sodorkan padaku. Di bawah sinar lampu minyak yang agak remang aku masih bisa melihatnya, Sekilas, aku mampu menangkap namamu tertulis di sana. Rio Dewanta..... aku menggeser undangan itu segera menjauhi mataku, sebab aku tak mau melihatnya. Aku membuang muka. Berusaha menyembunyikan lelehan tangisku yang telah menetes di pipi. Sebuah penghianatan memang benar terjadi.



"maafkan aku Bel...." Rio berusaha meraih tanganku, namun segera aku menepisnya.
"jangan menyentuhku !" bentakku, aku menatapmu tajam, aku merasakaan aroma kebencian menyeruak di dalam dadaku, tiba-tiba aku muak berada di hadapanmu.
"laki-laki brengsek! kau menipuku! selama ini jadinya aku sia-sia saja menunggumu?" napasku memburu...."aku telah menutup mataku dari pria lain dan membiarkan diriku sendiri hanyut dalam penantian, pengharapan akan dirimu kembali padaku dan....meminangku dengan segera. Namun ternyata....." air mataku meleleh lagi.
"dia hamil...." Rio menunduk, menyembunyikan matanya, lagi.
Seperti ada palu besar yang tiba-tiba jatuh di depan matamu, menghantam seluruh benda apapun yang ada di sana, menghancurkan dan tidak menyisakan wujud aslinya sama sekali.
Jantungku hampir melompat turun, entah mau terjungkal dan jatuh ke dalam perutku, kalau mampu. atau mau melompat ke luar dari rongga dadaku, kalau bisa. Ini di luar kendaliku.
Plakkkkkkkkkkk
"bajingan!" aku menampar keras wajahnya, sampai terlihat tulang pipinya memerah.
"dengarkan dulu penjelasanku Bel...." Rio mengiba, berusaha meraih tanganku. Tapi, aku menepisnya dengan segera.
"penjelasan apa lagi Ri? kau tahu, betapa susah dan membosankannya menunggu? ha?" aku membentaknya
"aku tahu...maafkan aku Bel, ini juga di luar kehendakku..."
"tidur dengan wanita lain sampai hamil begitu di luar kehendakmu? lalu kehendak siapa?" aku berteriak di hadapannya. Meremas-remas jariku sendiri. Mengepalkannya sampai buku-bukunya memutih.
"aku tidak sadar Bel....saat itu aku berada di bawah pengaruh alkohol"
"apa? alkohol? kamu minum Ri? sejak kapan? Ya Tuhan....." aku meremas kerah bajuku sendiri, menahan getir yang melanda dadaku, menahan sakit yang menusuk-nusuk, membuat nyeri.
"aku stres Bel..."
"stres? kamu stres dan lari ke alkohol dan wanita? kau tidak mengingatku sama sekali Ri, kau tidak mengingat Tuhan?" aku menggigit bibir bawahku, berusaha tak percaya pada apa yang baru saja aku katakan.
"maafkan aku Bel...sudah ku katakan itu di luar kehendakku, aku tidak sadar. Teman kerjaku itu hamil, dan dia memintaku untuk menikahinya. Dia mendatangi orang tuaku. Jadi aku tak bisa menolaknya Bel....aku bingung, sedang aku masih mencintaimu" Cinta? Shit.

Kami terdiam. Terdiam beberapa saat. Aku berusaha menenangkan pikiranku. Berusaha mencerna kalimat demi kalimat yang dia katakan. Aku hanya bisa menggeleng saat pening mendera kepalaku. Ini sangat menyakitkan. Aku mencintainya, sampai rela menunggu, menunggu, menunggu dia datang kembali padaku dan meyakinkan lagi cintanya. Gadis bodoh, umpatku dalam hati.

Kembali ku putar memori enam bulan lalu saat Rio datang menemui orang tuaku dan berjanji untuk menikahiku. Lalu tiga bulan berikutnya aku kehilangan kontak dengannya, aku tak bisa menghubunginya. Jakarta-Bogor kenapa jadi begitu jauh? Dan yang aku pikirkan hanyalah tentang dia dan pekerjaannya yang menumpuk, sibuk. Aku berpikiran positif. Namun, naluri seorang wanita tak pernah salah. Ada yang berubah di sini. Dan ada kebohongan di sana, aku tahu.

Tiba-tiba saja kau berdiri dan terduduk di bawah lututku. Kau menarik tanganku. Menciumnya sambil menangis.
"aku minta maaf Bella...sebenarnya aku tak punya niat untuk mneyakitimu, hanya saja...."
"kau mencintainya Ri?" tanyaku sambil sesenggukan. Rio mendongak, menangkap mataku yang basah.
"jujur Ri....."
Aku melihat kegusaran di matanya.
"yang pasti, aku tak bisa meninggalkannya Bel...." sahut Rio dengan sesenggukan. Plakkkkk. Kenyataan itu menampar wajahku sendiri. Panas. Sakit. Aku tahu, ada affair di antara Rio dan wanita itu meskipun Rio tak mengatakannya. Tak bisa meninggalkannya adalah pemaknaan dari cinta. Bukan seperti itu Ri? Kalau kau mencintaiku, kau tidak akan melakukan ini padaku Ri......Kau mencintainya Ri, aku tahu...matamu tak bisa berbohong. Di matamu sudah tak lagi ku temukan gambarku. Sudah tak ada ruang di sana untukku. Aku ingin berkata jangan, tidak Ri, jangan menikahi dia, aku mencintaimu, aku tak bisa hidup tanpamu. Aku ingin menolak ini dengan keras. Ini tidak adil. Kau bayar kesetiaanku dengan ini?

Namun...segalanya telah terjadi dan semua kisah cinta kita dulu tak berarti lagi, di matamu. Aku tak bisa mencegah ini....Tuhan.

"pergilah......" aku membuang muka, menatap kemerlap lampu-lampu di bawah sana yang berkedip seperti bintang di angkasa. Dan membiarkan air mataku menetes tanpa suara. Tenggorokanku sakit, tercekat menahan isak tangisku sendiri.
"Bel....." rio mengusap punggung tanganku.
"pergi!" aku melepas paksa tanganku dari genggamannya.
"maafkan aku...." katanya sebelum beringsut dari duduknya dan melangkah keluar teras rumahku

Dan akhirnya kamu pergi, perlahan punggungmu mengecil dan mulai menghilang dari pandanganku. Aku tak bisa berpikir apa-apa. Ini terlalu mengejutkan. Ini di luar kendaliku, di luar perkiraanku. Ini jauh dari jangkauanku.
Kau tahu bagaimana rasanya dihianati ? rasanya bagaimana jika proses penantianmu sia-sia saja? dan yang sangat menyakitkan adalah saat kau tahu lelaki pilihanmu telah berkencan dengan wanita lain dan yang parah adalah membuatnya hamil dan harus menikahinya. Aku tidak mampu berpikir lagi sebab ini sangat menyakitkan, sampai aku tak bisa berkata-kata lagi.


dan akhirnya, aku melihat cinta itu pergi tanpa sempat ku cegah sama sekali....




Read more »

Sial

Sial.
aku kehilangan kataku.
otakku beku.
hatiku melesu.

damn.
ingin menulis.
tapi jemari hanya meringis.
menjerit, histeris.

sial.
aku kehilangan rasa.
what the hell day.

damn.

Kehilangan rasa untuk menulis. Kehilangan kata-kata. Kehilangan mood. Kehilangan emosi. Gak dapat inspirasi. Archhhhhhhhhhhhhh
Ini karena dihujani tugas kuliah yang bejibun. OMG, kerja rodi tiap hari. Damn. What the hell task u know !



Read more »

October 11, 2011

Letting U Go

maafkan aku tak bisa terus bersamamu, sang malaikat telah datang tersenyum memanggilku.....

Siang yang terik, sangat terik, gerah. Sampai harus membuatku mengibas-ibaskan buku tulis tipis itu untuk mengusir gerah yang telah membuat dahiku berkeringat, membuatku harus menyanggul rambut panjangku agar tak menghalangi angin sedikit bergoyang di sekitar tubuhku.

Aku menengok ke luar jendela kelas, melihat langit yang tampaknya sedang mendung. Pantas saja gerah, gumamku dalam hati. Aku menengok lagi, memperhatikan kawanan siswa berseragam putih abu - abu putih yang melintas di samping kelasku. Aku teringat Kaka yang berpamitan untuk mengambil sepeda motornya. Aku melirik jam tangan warna pink yang mengalung di pergelangan tangan kiriku. Hampir setengah jam Kaka pergi.

Suasana kelas sudah sepi. Hanya tinggal aku dan beberapa orang teman yang duduk di deretan sebelah yang masih bergerumul membicarakan hasil ujian hari ini. Ini adalah ujian akhir nasional hari pertama dengan dua mata pelajaran sekaligus yang berhasil membuat kepalaku sedikit pusing karena soalnya terlalu mudah untuk dilihat.

Aku telah melihat Kaka memarkir motornya di depan lapangan basket. Melihatnya melepas helm hijau kesayangannya dan bergegas lari menemuiku di kelas. Rambutnya yang acak-acakan membuatku semakin gemas untuk lebih mengacak-acaknya lagi.
"arch...jangan Din." protes Kaka sambil menghalangi tanganku untuk mengacak-adut rambutnya.
"diem Ka....cakep tauk" aku tersenyum geli mendapati pacarku dengan rambut yang lebih mirip sarang burung itu. Rambut lurusnya kini telah tak beraturan.
"Dinda...." Kaka mengeluh lesu lalu tiba-tiba mencengkeram kuat tanganku, disatukannya kedua tanganku dalam satu tangannya sekaligus, maklum tangan laki-laki memang lebih besar dari tangan seorang perempuan. Sekali sentak langsung tersangkut ke dalam genggam tangannya.
"arch...stop Ka, stop ampunnnnnn" Kaka mulai menggelitiki pinggangku. Aku memang tak tahan jika diperlakukan seperti itu.
"plisssss, berhentiiii" aku menggelinjang tak kuat, meringis menahan tangis. Lalu ku pasang wajah memohon maaf padanya, memelas, mataku berkedip-kedip manja.
"iya.......salahmu nakal" Kaka mencolek ujung daguku.
"ish...genit" aku membalasnya
"pulang yuk....." lalu Kaka menyeret tanganku, menggenggamnya erat.
Dan aku melihat Kaka saat itu begitu ganteng, begitu luar biasa meskipun dengan wajah kusut dan rambut awut-awutan. Sayang kamu, Ka. Gumamku dalam hati.

Saat di depan rumahku, Kaka tidak mau kupersilakan masuk seperti biasanya. Dia memilih untuk pulang segera sebab mendung sudah bergelayutan di langit kota Surabaya. Awan hitam mengepul di atas sana. Angin menerbangkan segala sesuatu yang tampak ringan. Memaksaku menggenggam erat rambutku agar tidak terkibas.
Aku melihat Kaka yang melambaikan tangannya ke arahku,berpamitan, ada yang beda. Entah itu apa. Lalu aku membalas lambaian tangannya dan segera berlalu ke dalam rumah.

Sejam kemudian....bunyi klakson mengerang di depan rumah. Aku melirik dari belakang tirai jendela. Si Haye itu datang lagi, Kaka Haye, panggilan sayangku untuknya, Lalu segera ku larikan diriku keluar rumah untuk menumuinya.
“ada apa lagi?” ku seret kakaiku menuju pagar depan. Kaka tidak bicara apa – apa. Dia langsung menyeretku ke dalam rumah, membimbingku untuk duduk dan membiarkannya berlutut di hadapanku.
“Ka?” aku mengelus pipinya yang bersih, aku melihat matanya yang mulai berkaca – kaca. Tanganku digenggamnya erat. Lalu dikecupnya perlahan. Dan tiba – tiba Kaka memelukku, erat seperti biasanya, namun lebih hangat. Dia menangis dalam leherku, lalu dikecupnya puncak kepalaku. Aku terkejut dan takut mendapati Kaka seperti itu. Aku hanya diam saja dan membiarkan diriku larut dalam peluk lelakiku itu.

Kaka mengelus rambut sepinggangku. Lalu perlahan dia mulai melepaskan peluknya dan mengusap air matanya dengan penggung tangan kanannya. Dia tersenyum….manis, senyum yang sangat manis, senyum khas si Haye.
“aku pulang ya Din….mungkin kamu gak bsa menghubungiku dalam waktu yang lama” Kaka memijit – mijit punggung tanganku, mengusapnya pelan.
“loh kenapa ?” aku mengernyit bingung.
“HPku disita sama ayah, hehehe, maklum kan lagi ujian, kemarin ayah marah soalnya aku sms-an terus sama kamu” Kaka mencubit pipiku yang tirus.
"ouch..." refleks aku memukul bahu Kaka.
"hehehe. Aku pulang ya Din...hati-hati..."
"lah, seharusnya aku kan yang bilang hati-hati. Hati - hati sayang" aku menjitak kepala Kaka. Lalu dia berdiri, beranjak ke motornya, dan bayangannya mulai menghilang sedikit demi sedikit dari ujung penglihatku, semakin menjauh dan menjauh didikuti denganderu sepeda motornya. Aku membatin, Ka....aku sayang sama kamu

Hujan deras. Gelegar guntur dimana-mana. Listrik mati. Sedang aku harus belajar untuk ujian besok. Ditemani sebatang lilin merah besar di atas meja.
Bipp....hapeku getar

from : Melky
"Din, yang sabar ya....:'(" 

to : melky
"for what? besok kan Kimia kesukaanku ky. Gampang deh :p"

from : Melky
"Oh shit, kamu belum tahu Din?"

to : melky
"apa?"

from : Melky
"Kaka kecelakaan Din, dan kamu harus sabar kalau Kaka....:'("


Duar. Petir menyala-nyala dari luar jendela. Guntur semakin bersahutan dan rasanya ikut menggelepar ke dalam jantungku. tanganku gemetar untuk mengetik satu sms lagi untuk Melky
"jangan bilang apa-apa lagi!"

"Ma..............mama" aku menjerit-jerit kesetanan di rumah. Aku mencari mama yang ternyata tengah terduduk di ruang tengah bersama papa. Seketika lututku melemas saat meliat kedua wajah mereka tertekuk, aku bisa melihat bekas air mata ada di ujung pipi mama. Aku terduduk di lantai. Hapeku jatuh dengan bunyi prakk yang aku tahu telah menghancurkan badannya sendiri.
Lalu tergopoh-gopoh Mama menghampiriku, memelukku. Aku masih berada di bawah alam sadar. Mencoba berontak dari peluk Mama dan berteriak sekencang-kencangnya.
"Tuhan sayang sama Kaka, Din" Mama menangis lagi, sesenggukan dan merasa miris melihat mataku yang hanya terbuka dengan kedip setengah-setengah, kosong.

Aku melihat tempat duduk ujiannya kosong. Lalu aku bertanya pada Melky.
"Ky, Kaka gak dateng ujian ? ini udah jam setengah delapan. Tadi, Kaka juga gak jemput aku. Kaka kemana ya ?" tanyaku pada Melky tanpa melihatnya, aku tahu Melky sedang menahan tangis di sampingku.
"Sabar ya Din..." Melky mengusap bahuku, aku mendongak melihat matanya yang merah.
Dan aku juga melihat seisi kelas memperhatikanku dengan tatap haru. Haru untuk apa? aku bingung.

Aku tidak tahu akan bisa mengerjakan ujian atau tidak. Seluruh otakku rasanya terlolosi, bagian-bagian penyimpan memori menghilang. Tadi pagi aku bersikeras untuk ke rumah Kaka, namun Mama melarangku. Entah kenapa aku tidak tahu. Aku ingin bertemu Kaka, Ma....

Aku sempat menoleh ke luar jendela dan memperhatikan mereka berbisik ke arahku. Sebelum ujian berlangsung, tiba - tiba Melky duduk di bangku depanku dengan membawa gitar.....

waktuku untuk melihatmu tinggal sesaat, kenangan indah bersamamu takkan terulang
ada rasa sedih di hatiku, yang tak mampu bertahan untukmu 
maafkan aku tak bisa terus bersamamu
sang malaikat telah datang tersenyum memangilku
hanya satu pintaku segeralah lupakan aku
jatuh cintalah pada yang lain
dapat terus di sisimu menjaga dirimu
walaupun sejak dulu aku berharap bisa membuatmu bahagia selamanya
namun ternyata kisah cinta kita berakhir dengan air mata


"ini lagu kemarin Kaka berikan ke aku Din, katanya buat kamu. Aku gak tahu maksud Kaka apaan. Waktu aku tanya kok liriknya mati gini ? Kaka malah jawab kalau lagunya soal mati-mati dan sedih mungkin bisa booming di telinga anak-anak. ternyata, ini lagu...." Melky tak bisa melanjutkan sebab suaranya tercekat di tenggorokannya, dia menangis, memukul-mukul lututnya sendiri.

Seisi kelas sesenggukan, satu per satu menghampiriku, memelukku, mengusap-usap bahuku. Sementara aku hanya bengong, dengan tatapan kosong.
"arch......................" aku menjerit
"kaka...................." aku mengerang
Tubuhku tergoncang. Aku tak bisa mengendalikan diri. Menjerit. Menangis. 

Dan setelah itu gelap.....

Kepada kamu, cintaku....Kaka
aku tak pernah tahu kenapa Tuhan memisahkan kita dengan cara seperti ini
andai aku boleh memilih, aku akan lebih memilih berpisah denganmu karena selingkuh 
itu lebih baik, sebab aku masih bisa melihatmu di dunia ini
kalau seperti ini? aku tak bisa lagi melihatmu, Ka :'(
Tuhan sayang sama Kaka, itu kata Mama
damai di sana ya sayang....aku pasti menyusulmu
ini mawar buat Kaka, buat nemeni Kaka di sana
nanti aku akan rajin jenguk Kaka
salam sayang dari Dinda  ya Ka

Aku menyiram pusaranya dengan air, lalu meletakkan setangkai mawar merah di samping nisannya.
aku mencintaimu, selalu...
dan aku membiarkanmu pergi.... Kaka Heru Yerristian



Read more »

October 9, 2011

Lengkap Deritaku

mulai menulis lagi setelah vakum beberapa hari gara-gara tak ada akses internet di rumah (baca: kampung)

huah. suer. gak ada hari yang paling menyebalkan selain hari ini, minggu. yes. aku ketiban flu berat dan beruntungnya lagi aku ketiban tugas SIM tentang tren platform software (jelas2 gak mudeng) yang bikin sentrap-sentrup idungku, alhamdulillah (gak pake' yah) lengkap sudah deritaku malam ini. sudah jatuh, tertimpa tangga pula *sigh

mulai baca materinya...pertamanya ya nyambung...tapi lama-lama oleng kepalaku, mumet sama maksudnya si empunya materi. musti tanya-tanya sama mbah google dulu soal ini soal itu, istilah ini istilah itu. kalau ditanya ini itu ada hubungannya dengan realita hidup dan digunakan di perusahaan ya aku cuma bisa geleng-geleng (untuk sekarang) gatau kalau besok ada keajaiban yang muncul di otakku dan mengubah segalanya, memberikan pencerahan dan membuatku ahli dalam bab ini ya alhamdulillah banget. ahahahaha. mimpi dulu yak....tidorr dah.

pengennya tidor. tapi idungku mampet sebelah. suer ini pasti gara-gara tadi minum tiga gelas minuman ber-S, es teh, es tong tji, es jeruk nipis sama si tippany. hauah. salah siapa coba ? aku ? tippany ? bukan lah, salah mulut sama tenggorokan yang pengen nenggak tuh es, juga salahnya napsu yang ngebet banget minum es, padahal sudah tahu bakalan berakibat fatal seperti sekarang. dan rasanya obat yang tadi aku minum gak manjur, gak bereaksi, cuma tadi efeknya ngantuk abis minum, abis itu plassss, lenyap. diobati dan dicekoki es menghasilkan efek 0:0 atau 50:50, yang artinya seri. percum tak bergun.

lengkap deh rasanya, dan sekarang tenggorokanku gatalnya setengah mati, sakitnyaaaa juga kalau dibuat nelen. idung mesti aku sumpel pake tisu (seperti anak mimisan), napas jadi setengah-setengah, gapapa dech yang penting masih bisa napas. satu lagi, telingaku kok ikutan buntu juga rasanya ? omigosh, Allah...
hm, iya rasanya sich aku emang udah lama sekali gak kena flu. hahahaha. efek pancaroba bukan ya ? hehehe. daya tahan tubuh lemah (alasan)

saatnya mencoba menulis kembali alias meresume. aku yakin, aku bisa. bisa...derita seperti ini gak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan derita yang lain. semangat nduk....(meski idung buntu sebelah)
Read more »

October 5, 2011

Sebab Aku, Hampir Mati

Please say the truth about life....

Aku hanya terbuang
bersama sampah di pinggir jalan
membusuk menjijikkan

Bergelut di antara remah pasir yang menggunung
Bercumbu dengan waktu di antara jajaran ombak yang menggulung
Merunduk menampakkan bias kerapuhan terdalam

Berjalan gontai. Menyeret telapak kaki sendiri. Bersama balutan gaun tipis di pandang menerpa pasir di bawah sana. Tertunduk lesu bersama senja yang meneraka. Berdansa dengan langit merah di ufut barat. Bergelut dengan angin maut.
Terlambat menyadari guguran ombak yang menerjang sebagian tubuh ringkihku. Sedetik kemudian bergulung bersama pasir yang mengepul tanpa ampun. Mataku terikat, lalu hidungku tersumbat. Tanganku menggapai udara. Aku hampir mati. Tolong.....

Tertatih di antara bunyi klakson pemekak telinga. Terseok menyeret sandal berlubang. Panas aspal telah lupa dirasa. Pandang kosong tanpa tujuan. Sedang mata telah merabun. Menuli telinga akan segala suara. Akal melayang terbang menemani angin yang menyepoi. Hati telah mati. Tersisa saja bulir air mata yang enggan meninggalkan singgsananya. Kaki melinu. Terpelanting tubuh membadan jalan. Klakson. Rem berderit. Orang-orang menjerit. Raga terhuyung, tergulung, memerah darah. Aku hampir mati. Tolong.....

Adakah suara serakku terdengar telinga normal manusia lain? adakah peka hati saat jeritku menggema bersama parau darahku yang berceceran meminta pengobatan ? adakah yang menyadari kehadiran raga mengenaskan yang tertimbun tumpukan daun-daun pisang di ruas jalan ?
Cih, tak ada yang peduli dan tidak ada yang mau peduli. Hanya aku sendiri saja. Bersama puing sisa raga. Tak bertuan meminta pertolongan. Bersama malaikat malam penjaga nyawa. Bermain dengan waktu. Hei malaikat, ambil nyawaku jika itu perlu.

Aku tidak mengerti tentang hidup, kehidupan, penghidupan, dihidupi, menghidupkan, serta menghidupi. Sebab aku, hampir mati
.
Read more »

October 4, 2011

Unexpected Moment

Aku mencintaimu sejak kamu di situ...

Kelas - kelas kampus telah sepi, hanya tersisa beberapa mahasiswa yang tengah duduk menekuri laptopnya di lantai dua, di dudukan santai yang menghadap ke jendela yang mengarah langsung ke gugusan senja yang menghampar di langit barat Surabaya.

Gadis itu masih bersedekap menyilangkan kedua tangannya di pinggiran jendela. Matanya sayu menatap langit. Kosong. Sesekali mengusap kulit tangannya sendiri untuk mengusir dingin yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Tubuhnya sedang tak bersahabat. Kepalanya pusing. Pandangan matanya sedikit mengabur, dan tak jarang dikucek-kuceknya matanya yang memang tampak baik-baik saja meskipun bagian lainnya sedang tidak.

Tiba-tiba pintu kelas terbuka, terdobrak lengan kokoh seorang pria yang tak asing baginya. Bunyi debamnya bersahutan dalam ruang kelas yang hanya ditinggali gadis itu. Tubuhnya yang tinggi berisi membuat Lala tidak memerlukan waktu lama untuk mengenali siapa dia. Kafka. Lelaki itu menatapnya tajam. Rahangnya mengeras. Digigitnya bibir bawahnya. Tangannya mengepal. Dadanya kembang kempis. Pekat bola mata kecoklatan itu tampak menakutkan. Napasnya memburu langkah kakinya sendiri. Kafka menghampiri Lala dengan gemas. Lalu dicengkeramnya kerah leher gadis itu, dan tanpa disadarinya telah membuat gadis itu sedikit tersengal, sesak.

"Ka !!!! Lala terkejut dengan tindakan tiba-tiba Kafka yang membuatnya jantungnya hampir melompat dari tempatnya berada.
"Ka....kau mau membunuhku, lepaskan!" Lala berusaha melepaskan tangan kokoh Kafka dari kerah bajunya.
Kafak bergeming. Ditatapnya mata gadis itu dengan gusar.
"Ya, aku memang mau membunuhmu!"
"Apa salahku Ka?"
"Salahmu?? kau adalah wanita paling bodoh yang pernah aku temui. Itu adalah salahmu"
"Maksudmu?"
"hentikan mengejar laki-laki brengsek itu! Putuskan dia!"
"Ka?" Lala mengiba.
"aku bilang hentikan La! Dio itu laki-laki brengsek. Kamu tuh buta! rabun senja! cewek paling tolol yang pernah aku temui. Sudah berapa kali kau diselingkuhi Dio? Ha????" Kafka memukul tembok di samping kanan kepala Lala. Membuat mata gadis itu refleks terpejam. Kafka tak dapat menahan emosinya. Dicengkeramnya tangannya sendiri sampai buku-buku jarinya memutih.

Lala terdiam...dan tiba-tiba terisak. Bulir air mata menetes ke pipinya yang bersih. Dialihkanyya pandang matanya dari Kafka, mencoba berpaling ke arah lain yang membawanya jauh dari mata kesetanan laki-laki itu.
Saat menyadari Lala menangis, Kafka merenggangkan cengkeramannya. Dilihatnya mata gadis itu begitu merah, lingkaran matanya tampak menghitam. Wajahnya kusut. Senyumnya menghilang. Lalu diraihnya dagu runcing Lala.
"kamu terlalu banyak menangis La, aku kehilangan Lala yang dulu" Suara Kafka melirih, berubah lembut.

Ditundukkannya pandangannya ke arah lantai-lantai di bawah sana. Seperti sedang berbicara pada mereka.
"La, aku tuh cuma gamau kamu menangis kaya' gini gara-gara Dio. Penting ta La menangisi laki-laki yang tak pernah menangisimu? yang tak pernah menganggapmu ada? Percuma La"
Lala hanya terdiam. Dilihatnya mata Kafka yang telah berubah teduh, berubah hangat. Lalu berpaling lagi menghindari mata Kafka.
"lihat aku La" Kafka merintih.

"Aku mencintainya Ka" ucap Lala setengah berbisik. Kepala Kafka mendongak. Diaturnya napasnya sendiri yang memang sulit diatur.
"Cinta?" Kafka mengerutkan dahinya. Tersenyum getir. Dibuangnya wajahnya dari Lala. Menendang - nendang kursi di depannya hingga menimbulkan bunyi debam yang menakutkan.
"Ka!!! kamu kenapa sich?" Dilihatnya raut wajah Kafka berubah lagi, kesetanan. Matanya merah menahan amarahnya sendiri. Lalu dihampirinya lagi Lala. Lubang hidungnya bergerak mengembang kempis. Dipukulnya lagi tembok samping kepala Lala. Diacung-acungkannya jari telunjuknya mengarah pada hidung gadis yang tengah ketakutan itu.

"Kamu tuh....kamu tuh buta La. Kamu buta. Kamu tuh gak peka. Gak bisa melihatku. Gak bisa melihat bagaimana aku mencintaimu, bagaimana aku menunggumu, bagaimana aku sering memperhatikanmu, bagaimana aku jatuh bangun kesakitan saat melihatmu bermesraan dengan lelaki brengsek macam Dio, bagaimana...archhhh" Kafka sendiri tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakannya. Dipukulnya lagi tembok samping kepala Lala dengan gemas. Sedang Lala sendiri tak kalah terkejutnya, dibekapnya mulutnya sendiri. Matanya membelalak tak percaya dengan apa yang Kafka katakan.
"aku tuh mencintaimu sejak kamu di situ, sejak kita masih pakai seragam ospek...." mata Kafka merah, berair. Kafka menangis. Dadanya turun naik tak beraturan. Dilihatnya lelaki itu menyembunyikan wajahnya dari Lala, dari tatap mata gadis itu. Lalu disentuhnya pundak Kafka dengan lembut. Diusapnya dengan halus.

Entah darimana datangnya keberanian itu, tiba-tiba diraihnya secara paksa kepala Lala. Lalu dilumatnya dengan kasar bibir mungil gadis itu. Lala memberontak. Dipukul-pukulnya tangan Kafka yang tengah mencengkeram kuat kepalanya. Lala tersedak, napasnya satu-satu, matanya berkilat. Sementara Kafka semakin buas, tidak menggubris Lala yang hampir kehilangan napas. Dipagutnya tanpa henti bibir gadis itu sampai dia terpaksa menggigit bibir Kafka agar melepaskan ciumannya.
"Arch...." Kafka mengerang, memicingkan mata, disentuhnya ujung bibirnya yang sakit.
Plakkkkkkkk. Wajah Kafka terpelanting ke kiri. Gambar tangan membekas di sana. Merah.
Dilihatnya Lala telah menangis. Matanya merah marah. Napasnya masih satu-satu. Dicengkeramnya dengan kuat jari-jarinya sendiri.
"kalau kau mencintaiku, kau tak akan pernah melakukan tindakan gila seperti ini!"
Lala berlari keluar kelas. Meninggalkan Kafka yang masih berdiri di tempatnya...


"maaf La...aku tak menyangka bakal melakukan sejauh itu. aku mencintaimu" Kafka terjatuh, lutunya bersentuhan dengan lantai, sakit.

dan seharusnya cinta tak seperti ini....


Read more »

October 3, 2011

Kalau Boleh Mengeluh, Tuhan

Sekiranya aku boleh mengeluh, aku hanya mau bicara, aku kesakitan Ya Allah. 

Demi Tuhan, kepalaku rasanya mau meledak. Pusing sekali....Ya Allah....ini penyakit gila (baca: tekanan darah rendah) kok gamau ngilang dari kepalaku sejak SMP? kenapa ikut aku terus ? kapan perginya ? sebegitu cintanyakah kau padaku sampai tak rela meninggalkan kepalaku yang dasarnya sudah sering eror dan penyakitan ? :'(
Tuhan, Mana yang salah dan bagian mana yang harus dibenarkan? pola makan ? pola tidur ? pola berpikir ? pola apa lagi ? Hiks....

Dokter yang memeriksa tekanan darahku kemarin berpesan padaku kalau aku gak boleh begadang, tapi gimana gak begadang kalau mata gak mau merem ? gak bisa merem ? padahal di rumah aku bisa, kenapa di surabaya gak bisa ? faktor apa yang menyebabkan pola tidurku semrawut di sini ?
Dokter juga bilang kalau aku disuruh makan daging kambing, sementara Kau tahu sendiri kalau Kau menciptakanku dengan kelebihan : gak doyan makan daging, apalagi kambing. Eneg. Pengen muntah.
Satu lagi, dokter bilang harus sering sarapan pagi. Lah, masalahnya aku gak pernah sarapan kalau di Surabaya. Beda kalau di rumah, makanan tersedia, mata melek langsung nyantap sarapan. Beda lagi kalau di rumah, selalu ada yang ngobrak-abrik buat tidur lebih awal, ayah :'(

Kalau aku boleh mengeluh soal hidupku, aku akan mengucapkan ini dalam keluhan pertamaku padaMu Ya Allah. Kepala. Kepalaku ada apanya ? aku sudah berusaha, minum obat tapi tetap saja, dan selalu seperti ini. Sembuh, kambuh, sembuh, kambuh :'(
Sakit, sakit kepala, apalagi tekanan darah rendah seperti ini sangat mempengaruhi kegiatanku seharian. ini masalahnya bukan pada hati, ini pada otak, hati sakit obatnya banyak. Lha ini, otak ? obatnya apa lagi coba ? Makanya aku lebih sering berkolaborasi dengan hati daripada otak. Sebab otakku rusak, otakku penyakitan. Gak kuat buat mikir yang terlalu rumit.

Apa mungkin sakitku ini disebabkan karena aku terlalu banyak pikiran, terlalu mikir sesuatu yang sebenarnya gak perlu dipikir dalam-dalam ? Dan hanya Tuhan yang tahu :'(


Read more »

Beda Pendapat ? Boleh Lah

Terinspirasi dari komentar salah satu teman di twitter :)

menolak orang-orang yang mencemoohkan romantisme dan hanya dikendalikan oleh rasionalitas

Tahu itu kalimat aku dapat dari mana ?
Aku lupa sumbernya. Hehehehe. Hanya saja aku ingat, itu aku dapat ketika aku mencari tahu tentang sifat-sifat seorang cancer dan seorang melankolis seperti aku. Plakkk. Pas banget di aku yangmemang cenderung seperti itu.

Masalahnya adalah....sekali lagi, setiap orang dilahirkan dan ditakdirkan berbeda. Memiliki porsi otak dan hati yang tidak sama. Ada di antara mereka yang cenderung lebih mengedepankan rasionalitas daripada emosionalitas seperti banyak temanku yang lain di kampus, dan tidak sedikit pula yang menjunjung tinggi emosionalitas daripada rasionalitas. Nah, beda kan....
Yang perlu digarisbawahi adalah : Beda orang, beda otak, beda hati, beda pikiran, beda perasaan

Terserah dech, tapi yang pasti yang namanya "beda" itu tidak akan pernah selesai kalau mau dibahas, tergantung bagaimana cara kita menyikapi dan menghormati perbedaan itu.
Masalah pakai rasional atau emosional kan bergantung individunya masing-masing. Kalau dipaksakan harus nurut salah satunya ya kagak bakalan bisa.

Orang yang lebih suka romantisme macam aku tentu akan lebih mengedepankan masalah emosional meski tidak semuanya begitu, hanya saja banyak faktor yang menyebabkan aku cenderung pakai perasaan daripada otak.
Sudah deh, yang namanya beda ya beda. Pendapatku A ya A. Kalau kamu B ya sudah, itu kan hakmu, pilihanmu, yang pasti gak akan pernah berpengaruh terhadap pilihanku. Hehehehe ^^V

Yang namanya beda itu indah kan? Masa' rasional terus tanpa pakai emosional ? dan masa' pakai emosional tanpa rasional ? Santai saja, semua itu hidup berdampingan, saling melengkapi dan saling membutuhkan satu sama lainnya.

Soal "menolak orang-orang yang mencemoohkan romantisme dan hanya dikendalikan oleh rasionalitas" jadi header soalnya isinya blog ku ini kan cuma puisi, cerpen, dan teman-temannya. Kagak ada yang namanya masalah politik, ekonomi, hukum, dll itu :D

Lalu, beda pendapat soal rasional emosional? boleh lah....yuk sharing bareng-bareng :)
Read more »

October 2, 2011

Over Protective

Hidup ini jadi gak eksis...

Sedang berkerumun dengan kawan-kawan seperjuangan di kantin kampus, tiba-tiba ada yang mencengkeram lenganku kuat-kuat. Aku menoleh hendak memaki itu orang. Deg. Mati aku. Saktian. Aku tepuk jidatku dan menggeleng resah seperti memohon pengampunan.
"kamu ini, udah dibilangin abis kuliah kelar jangan kemana-mana, nemeni aku latihan badminton. Aku cari-cari eh ternyata ngobrol gak jelas sama mereka"
Hiyak. Aku mendelik, menggigit bibir bawahku. Duh, kena semprot. Lalu aku menyeret lengan kokoh Sakti. Menyingkirkannya dari bisik dan tatapan tak suka dari teman-temanku.
"Sakti...bukannya tadi aku udah sms kamu ya kalau aku mau ngomongin masalah tari sama BPH-BPH UKM?"
"Alasan doank. Ayo!" Sakti langsung mengambil tas selempangku dari meja makan dan bergerak pergi meninggalkanku yang masih bengong, di tempat.
"ngapain lagi sich Cha?"suara Sakti meninggi di jarak 3 meter. Membuat wajahku harus segera disembunyikan. Malu gilak dilihatin banyak orang. Lalu aku bergerak ke meja, memberikan alasan ke teman-temanku. Sungkan dan tak enak hati rasanya harus meninggalkan janji dengan mereka. Salah seorang dari mereka mengangguk mengiyakan, dan malah sangat terlihat bersimpati atas nasibku, mungkin lebih tepatnya kasihan.
"gak apa-apa Cha, pergi sana. Nanti kita kabari hasilnya"

Sedang jalan-jalan bersama Sakti di sebuah mall. Digenggamnya erat tanganku. Tubuhnya nempel macam perangko. Saat hendak masuk ke toko kaset, aku tak sengaja bertemu Ardian, temanku SMA.
"Ardian???" aku menunjuk wajahnya dengan tatapan bertanya, sekedar memastikan keterkejutanku.
"Icha???" Ardian tak kalah kaget, refleks menunjuk wajahku juga.
"Gila ya, bisa ketemu kamu di sini. Apa kabar?" aku segera melepaskan genggam tangan Sakti dan mengulurkan tangan kananku ke Ardian. Aku melihat Sakti sedikit cemberut.
"baik Cha. Kamu gimana? ini siapa Cha? cowokmu?" Ardian membalas uluran tanganku dan menunjuk Sakti.
"salamannya udah belum Cha?" Saktian melepas paksa salamanku ke Ardian. Dilihatnya Saktian dengan tatapan aneh. Lalu aku sempat ngobrol ngalor-ngidul dengan Ardian dan mengacuhkan Sakti yang mematung di sampingku sebelum Ardian berpamitan untuk pergi menjemput ceweknya.
"obrolan gak penting" komentar Sakti saat kami sudah duduk di foodcourt.
"kenapa sich? ya wajar kalau udah lama gak ketemu temen, pasti obrolannya kaya' gitu..."balasku sambil menyeruput lemon tea.
"tapi gak dengan nyuekin aku kaya' gitu kan Cha?" Sakti melotot.
"salahmu juga gak sok akrab sama Ardian"
"salahku??? wajar donk kalau aku gak suka cewekku ngobrol asik sama cowok lain sedangkan pacarnya ada situ" nada bicara Sakti meninggi, dan itu tandanya dia sedang cemburu. level emosinya naik ke posisi 6. Gawat kalau mencapai 7 atau 8.
"ya dech. aku yang salah" ucapku sambil memainkan bibirku, lalu aku berpaling memandang sekitar.
"Cha, aku gak suka ya kamu lihat-lihat cowok lain kaya' gitu!"
"ya Ampun Sakti...yang lihat mereka itu siapa sich?"
"matamu itu loh, dijaga. Gak nganggap aku ada ya Cha?" Sakti melotot, rahangnya mengotot, marah.
"huft........gak sayang........." aku berusaha menahan emosi, mengalah, kalau aku ikut naik nanti bakal runyam masalahnya, terjadi perang dunia ke tiga, mungkin.

Di ruang UKM seni tari sedang rapat. Sedang serius-seriusnya HPku bunyi. Membuat yang lain menoleh ke arahku. Sorry. Aku memasang wajah minta maaf ke arah mereka. Saktian sms.
"Dari Sakti ya Cha?" tanya Tiar.
"iya..."aku berbisik


"yank...lagi dimana? ngapain? sama siapa?"
----
"camp tari. rapat. tmn2."
----
"kok gitu doang sich jawabnya?"
Ya ampun Sakti,,,,,kamu mau jawaban kaya' gimana sich? gerutuku dalam hati, setengah jengkel aku banting HPku di gundukan kertas di depanku. Itu membuat teman-temanku menatapku heran. Omigosh. Gak apa-apa. Aku mengisyaratkan semua baik-baik saja dengan memasang tanda ok dengan tangan kananku.
"maunya aku jawab kaya' gimana sich? aku lagi rapat sayang....ntar aja ya smsnya"
----
Ringtone Hush Hush Taeyeon menggegerkan ruangan itu. Aku menggigit bibir bawahku. Mati. Sakti telpon. Lalu dengan wajah memelas aku memohon izin keluar ruang sebentar
"halo...iya Sakti sayang, ada apa ? maaf ya...lagi rapat yank...ntar aku hubungi lagi kalau rapatnya udah"
"gitu ya...rapat lebih penting dari aku. Aku gamau tau. Lima menit lagi nyampek sana. Keluar!!"
Klik. Bunyi telpon terputus. Sial. Aku mengumpat.
Arch...aku mengacak-acak rambutku.
"kenapa Cha?" Tiar menjulurkan kepalanya dari dalam.
"biasalah Yar, kaya' gatau Sakti aja?" aku mendengus kesal.
"kok masih betah sich pacaran sama cowok macam Sakti? OP banget"
"apa itu?"
"over protective"
"oh...karena cinta mungkin?"jawabku asal-asalan.
"hahaha....cinta buta. Makan tuh cinta Cha" tiar tertawa lebar.

Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Gila ya. Aku ingat-ingat ini adalah tahun ke dua aku berpacaran dengan cowok OP macam Sakti yang terus-terusan sms nanyain aku lagi apa sama siapa, nelpon tanpa jeda kecuali tidur, yang ngelarang aku jalan sama temen-temen cewekku, yang nglarang aku ngobrol sama temen-temen cowokku, yang slalu minta aku ada buat nemein dia kemana-mana, yang membuat tingkahku begini salah begitu salah. Hiks....
Kok ya betah? Apa benar karena cinta? Arch....tau dech. Dan sialnya lagu Over Protective-nya Rini Idol terdengar nyaring dari ruang sebelah, ruang UKM paduan suara. Damn. Semakin membuatku gila. Nyindir banget sich ini lagu ?

over over protective...diriku bagai di penjara...
over over protective...jadi makan hati ini...
over over protective...hidup ini jadi gak eksis...
over over protective....aku pusing gila..aaaaa
Read more »

Don't Say Goodbye

Didedikasikan untuk mantan terindah : Yogi Maulana A

If you go away, you will see me cry, baby don't you let me go....

Ditatapnya bola mata pekat laki-laki yang tengah duduk di depannya dengan gemas. Rahangnya mengeras. Telinganya seperti mengeluarkan asap panas. Matanya berkilat, marah.
Sudah hampir setengah jam dan mereka belum bicara. Hanya bunyi ponsel masing-masing yang kadang mengusir canggung.
Satu sama lain sebenarnya tak pernah mengerti tentang pertemuan tak terencana ini, hanya saja ada satu hal yang harus segera mereka selesaikan. Dan itu tidak bisa ditunda.


Yang Maura tahu, malam ini akan ada penyelesaian dari perang dingin yang mereka kibarkan sejak seminggu lalu. Pertengkaran yang tak tahu kapan mula dan sebabnya itu membuat segalanya bertambah buruk, semakin rumit. Ditambah lagi sikap Natan yang membuatnya geregetan, mengacuhkan sms dan panggilan-panggilannya.

Dan kali ini Maura tahu apa yang harus dilakukannya pada Natan. Namun, sebelum Maura membuka suara, Natan mendahului dengan suara dehem yang dalam.
"ehm...aku mau bicara Ra" Natan tidak mau melihat mata Maura, dan Maura tahu ada yang Natan sembunyikan darinya.
"iya, aku sudah siap Nat, apapun keputusan kamu aku siap" Maura menghela napas, berusaha mengatur detak jantungnya yang telah naik turun dari tadi. Maura melihat Natan dengan gusar. Maura tidak mau menangis. Tidak untuk malam ini.

"kita putus aja ya Ra...." deg. Mata Maura membulat tak percaya. Maura menegak ludahnya sendiri. Jantungnya bergemuruh. Maura tidak menyangka sama sekali kalau Natan akan mengatakan ini.
"siapa wanita itu Nat?" Maura mencengkeram kuat-kuat pinggiran meja duduknya dan Natan tahu apa yang harus dilakukan, Segera dipegangnya tangan dingin Maura, lalu mengusapnya perlahan.
"bukan wanita. Ini tidak karena wanita Ra. Percayalah....kita harus mengakhiri hubungan kita karena....karena kisa sudah tidak cocok Ra, kita sudah sering bertengkar, dan kita sudah tidak bisa bersama lagi. Kita harus mengakhirinya Ra...."
Maura mengusap matanya yang telah basah. Dilihatnya mata lelakinya itu. Tak sanggup, Maura tak sanggup melihatnya. Dipalingkannya wajah Maura dari Natan, dan dilepaskannya tangan Natan. Memang berat, namun Maura tidak mungkin memaksakan hubungan yang jelas-jelas sudah tidak sehat itu.

Sebenarnya Maura tidak berharap bakal ada kata putus dari Natan, dipikirnya Natan akan menjelaskan dan meluruskan semua hal yang menjadi penyebab pertengkarannya dengan Maura akhir-akhir ini. Maura tak pernah menyangka bakal seburuk ini akhirnya. Meski sakit, Maura harus sadar, harus ingat bahwa kemarin dia telah berencana untuk putus dengan Natan, hanya saja Maura sendiri tidak mau mengatakannya, biar Natan yang memintanya putus. Dan akhirnya kata putus itu meluncur juga dari bibir Natan. Parahnya kata putus itu begitu mudah dibayangkan namun sakit saat benar-benar didengar.


"tapi kita masih berteman kan Nat?" ucap Maura dengan gemetar. Natan mengangguk dan air mata Maura akhirnya tumpah ruah tak terkendali. Maura menangis keras di hadapan Natan.

"maafkan Ra, aku tak berniat menyakitimu dengan kata putus ini, aku masih sangat menyayangimu...hanya saja kita memang sudah tidak bisa bersama Ra...mengertilah" Natan meraih tangan Maura dan mengecupnya dengan lembut. Maura yang diperlakukan seperti itu merasa sangat sakit.

"boleh aku memelukmu Nat, untuk yang terakhir" Maura memohon pada Natan. Natan mengangguk dan membuka lengannya. Tangis Maura semakin histeris di sana. Natan yang tadinya baik-baik saja sekarang sesenggukan. Natan menangis.

Maura membatin, jangan pergi Nat....jangan pergi. Ku mohon......aku masih sangat menyayangimu.

Bahkan air mata sekalipun tak bisa menahanmu pergi


Tak ada kata egois dalam cinta
Semua berlalu begitu saja
Ketika salah satu bibir mengucap pisah
Yang lainnya harus pasrah

Tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana kata putus itu terucap, kita masih saling menyayangi, hanya saja kita sudah tidak bisa bersama. perpisahan ini membuatku limbung. membuatku tak bisa berpikir. aku menangis semalaman Nat. Jangan pergi....ku mohon, jangan pergi. aku ingin sekali mengatakan itu padamu jangan pergi. sebab aku masih snagat membutuhkanmu, membutuhkan lelucon-lelucon konyolmu, membuatuhkan protectifmu, membutuhkan sms-sms mu. namun, segalanya telah berubah. You have to say goodbye to me :'(
Read more »