September 13, 2013

Replika

Sore tadi aku berbincang dengan langit kemerahan yang kutemui tepat di samping balkon kosku. Ditemani secangkir teh hangat dan headset, aku membatin...mencoba berkomunikasi dengannya. Awal mulanya aku hanya iseng bersiul dan mengedikkan sedikit senyum nakal ke arahnya, tapi tanpa ku sangka dia membalasnya seraya iseng menggelitiki pinggangku.

"neng, apa yang kau lakukan sesore ini sendirian?" langit merah menegurku.
aku tersenyum seperti biasanya. kemudian menggeser duduk agar dia merapat ke tubuhku. aroma mint dan rokok khas bau tubuhnya menguar masuk ke dalam hidungku, wangi lelaki tulen. 
"aku sedang memperhatikanmu, bang" kataku penuh penjiwaan.
"ah, lebay..." katanya sambil mencolek pipiku.

sentuhan jarimu seperti itu membuat pipiku panas, tidakkah kau tahu itu? aku membatin diiringi cengiran kecil. sepertinya pipiku benar-benar merah karena ku lihat senyumnya merekah.

aku kembali tersenyum mendengar jawabannya. itu adalah jawaban seperti yang biasa dia lontarkan ketika aku mulai menggombal.
"sumpah....langit merah di ujung barat sana adalah kamu, bang" kataku sambil mencuri cium ke pipinya.






Replika Senja, kamu.

1 komentar:

Unknown said... Reply Comment

Tak ada yang lebih sejati dari sekedar kecup pertama. Tak ada yang lebih mengesankan dari sekedar kata-kata. ketika bibir bukan lagi tentang kata-kata. maka kecupan pertama adalah kata dengan sejuta rahasia. Salam kecup dari Semesta

Post a Comment