May 1, 2013

Rupanya

"aku cemburu, ternyata"
"oh ya?"
"pada siapa?"
"siapapun yang dekat denganmu"

*

dalam satu bidang yang sama, kotak yang sama, dinding yang sama, dan tubuh yang sama. kita saling berpandangan, namun mata kita tidak saling menunjuk arah yang sama, hati. semuanya terlihat beku, aku merasakannya. ya, tidak ada cinta di dalam ruangan itu.

cinta? masihkah dia hidup setelah kubakar habis-habis rumahnya beberapa bulan lalu? masihkah ada nyawa tersisa di dalamnya?

aku ingin mengelak. menahan perasaan yang berkecamuk seperti cambuk. aih, ingin ku tinju matamu yang hitam kecokelatan itu. ingin ku tampar wajahmu yang tanpa dosa memburu dadaku sepanjang napasku malam ini, nis.

kita memang tidak pernah bisa bertemu dalam satu titik koordinat penuh. kita selalu berseberangan sekalipun kedua tangan kita saling bergandengan. sekalipun tubuh kita membentuk satu refkesi yang sama. sekalipun napas kita saling bersahutan dalam diam.

sekalipun dalam dekapan, tetap saja tak ku dengar debar jantungmu yang seperti diburu. aku tahu....aku tahu... aku tahu kenapa bisa begitu.



aku cemburu pada sesuatu itu. sesuatu yang dengan mudahnya bisa kau suguhkan senyum sumringah. aku cemburu, nis.
hatiku berkata cemburu nis...hatiku bilang ini ada apa-apanya, nis.

ya, kan? kau sedang mendekati sesuatu itu. ah tidak, mendadak hatiku seperti dijamah belati besi terpanggang api. sakitttt....




aku telah menguasai semuamu, tapi tetap saja hatimu bisu. rasanya seperti sia-sia. ya, semuanya sia-sia. perjalanan panjang yang kulakukan rupanya sama sekali tak dapat mengetuk pintu hatimu yang...beku? bekukah hatimu untukku, nis?

sesuatu idamanmu....itu ya nis? aku cemburu.



entah nis, aku masih beranggapan bahwa kau bisa menerimaku,lagi. lagi? itu bodoh...


tapi aku suka....aku masih menyukaimu



kau hanya menyukai raganya yang rupawan, tubuhnya yang menawan. bukan hatinya yang tampan.





tapi kenapa harus cemburu?

sebab obsesi adalah isi di kepalamu.



0 komentar:

Post a Comment