April 20, 2012

Mimpi itu Kamu


wajahnya mengayun bebas di penglihatku
merenggangkan sela jari
menyimpulkan senyum abadi
mengendapkan waktu
mengusir halusinasi

bertahan dalam diam
hanya bungkam merenda ada
menikmati gelayut salam yang dia tata

semesta menggugat
pada kesempatan buta
saat kau berdiri menyalami
satu yang ku mau
terdiamlah kau di sana
sampai mega merah mengerling nakal pada kita

kau sunting harapku dalam maya
lalu membilang kata sapa
menampar kenyataan akan ketiadaan
dan akhirnya aku sadar, ini mimpi


Mau tidak mau aku harus mengatakannya. Membaginya kepada siapapun yang mau membaca dan mendengarnya. Bahkan padamu sekalipun kalau lanangmu sering berkunjung ke dalam mimpiku. Siapa yang menginginkannya? Kau pikir aku yang mau? Yang sebelumnya merenda ilusi dan berharap bakal menemuinya dalam ruang berbeda? TIDAK. Aku sama sekali tidak melintaskan pikiran semacam itu. Bahkan mengingatnya dikala sela hariku pun tidak ada. Aku punya lanang lain.

Ini terlihat dan terdengar konyol bukan? sudah berapa kali dia datang di bulan-bulan ini? Ha, adakah dia yang merindukanku sebenarnya? karena dia dan aku tidak punya dimensi khusus untuk bertemu sehingga ruhnya melayang di saat semua orang sedang terdiam, bahkan kamu. Lalu kemudian dia masuk jembatan penyeberangan antar kota antar provinsi dan akhirnya berhasil mendarat di kotak mimpiku? ah, ini aneh dan konyol. Sangat.

Haruskah aku bertanya padanya yang kontak telpon dan FB pun aku tidak punya? Ha. Ataukah aku harus bertanya padamu juga bahwa saat dia datang bahkan kau pun puncul juga. Seperti tidak rela melepasnya berkeliaran bahkan di dalam dunia maya sekalipun. Kau takut aku merebutnya? Kau takut aku menginginkannya kembali? Ku mohon, buang jauh - jauh pikiran itu. Oke. Sudah ku bilang di Memilikinya sebelumnya bahwa aku memilikinya kemarin dan kau memilikinya sekarang. masa depan? entahlah. Bukankah itu sudah jelas? Jadi, sekedar mengingatkan saja bahwa jikalaupun aku merindukannya, itu hanya sekedar rindu karena tidak pernah bertemu. 

Mimpi. Ada apa denganmu? kenapa selalu kau gandeng wajah rupawannya ke dalam mimpiku? juga wajah wanitanya? adakah inginmu kami bertemu dan saling sapa? seperti itukah? tapi tidakkah itu bakal menyakitkan kami? aku tahu, meskipun kerelaan terucap dari bibirnya, tapi dalam hati siapa yang tahu? siapa yang tahu bahwa dia tidak menginginkanku bertemu dengan kekasihnya? ah, aku selalu meradang ketika dia tiba-tiba datang. Seorang lanang gila yang dulu, 2004 silam menjadi bagian dari hidupku. Romansa monyet muda yang ku anggap paling berharga di antara romansa lain. Dia sangat berharga. Itu dulu.

Dan apa yang akan kau pikirkan, lalu lakukan ketika mantanmu terus datang ke dalam mimpimu bahkan ketika kau sama sekali tidak sedang memikirkannya?

Dan mimpi, hanyalah pengembang tidur. Pewarna alam maya. Jembatan penyeberang bagi mereka yang saling merindukan.

Jadi, apakah aku merindukannya? aku pikir tidak.

0 komentar:

Post a Comment