February 10, 2015

Hai, kekasih

hai, kekasih...
kutemukan pelukan menenangkan darimu, kudapat kecup yang menanggelamkan, kuraih belaian memabukkan. aku tak pernah bermimpi bahwa pertemuan kita begitu luar biasa indah. kau tahu bagaimana bahagianya aku ketika meletakkan kepala ke pundakmu? dengan diam-diam memperhatikan sisa jenggot dan kumis yang baru saja kau rapikan, lalu menikmati dengan takjub matamu yang tertutup karena dilanda kantuk

kau nyata. bukan lagi sebuah imaji yang kuragukan keberadaannya. ya. aku bisa memelukmu, merangkul dengan bebas pinggang dan mencubit lenganmu, dan sesekali kugelayutkan diriku dalam kemanjaan yang kau suka itu.

benar. kau menyukai dengan sangat saat diriku mulai merajuk dan bermanja ria di pelukmu. secara otomatis akan kudekatkan diri ke dadamu dan menyadarkan dagu ke sana sembari mengerucutkan bibir. lalu kita mulai bicara, apapun, dengan seksama aku akan mendengarkan lalu mengangguk mengiyakan.

tahukah kamu hal yang paling kusyukuri setelah pertemuan itu? tinggi badanku tak melebihi dadamu. kenapa begitu? sebab dadamu adalah tempat ternyaman untukku mengeluh, bersandar, tidur, merajuk, dan semuanya. dadamu adalah milikku. bukan milik perempuan lain.

hai kekasih, aku tak bisa menjanjikan apapun sekarang...aku hanya bisa berdoa dan memantapkan diri bahwa kau adalah tempat terakhirku untuk menyandarkan tubuh lemahku. aku tak bisa berjanji menjadi perempuan sempurna. tidak, aku tidak bisa. tapi aku akan berusaha untuk menjadi yang terbaik di hadapanmu.

aku cengeng. aku ceroboh. aku penakut. aku gegabah. aku pemarah. aku cemburuan. aku kurang pandai. tapi kamu mampu menutupi semua kekuranganku itu dengan segala kelebihan yang kau punya. terimakasih telah datang, terimakasih telah memilihku.





Dear Mr. A, we were born as couple. Love.


0 komentar:

Post a Comment