November 13, 2011

Sang Mawar

Telah tak berapa lama aku lihat lagi kuncup merah bermekaran di taman bunga belakang rumah.
Sesaat aku tertegun.
Terpana dengan geleparan kelopaknya yang mempesona.
Ah, aku hendak menyentuh satunya dengan ujung jariku ketika tanpa sengaja duri-duri kecil tersenggol telunjuk kananku.
Aw. Sakit.
Bulatan darah merah menyembul dari dalam kulitku.
Aku menengok, memperhatikan bagian kelopakmu
Ada duri-duri halus di sana.

Aku menjauh semeter.
Aku pandang lagi mekaran merah itu.
Cantik.
Kau tampak mempesona seperti kata kupu kepadamu semalam.
Kau seperti serangkaian makhluk anggun yang menghiasi pucuk-pucuk suluran mematikan.
Duri-duri dalam lingkaran batangmu kasat mata.
Seperti sebuah martil kecil tersembunyi di balik tumpukan jerami.

Cantik rupamu. Wangi tubuh anggunmu. Napsu inginku memilikimu.
Memetikmu satu dan membawamu berlalu. Kan ku suguhkan kamu di meja tamuku.

Namun ku lalai pada inderaku. Memburam penglihatku.
Tak menyadari segerombol pengawal melindungi tubuh ayumu,
Ada makhluk-makhluk lain di sana. Ah, sial.
Kecil. Halus. Tak teraba sepasangan mata
Ketidakhatian membuatku terluka.

Seperti mawar yang bermekaran. Seperti kepada duri dia meminta penjagaan. 
Kamu boleh melihat mekaranku. Tapi, jangan sekali-sekali mencoba menyentuh mahkotaku.

:Perkataan mawar kepada para pendosa:


Wahai para pendosa. Lakumu luar biasa
Paras ayu pemikatku mengalihkan duniamu
Elok berbumbu membuatmu syahdu
Tak jarang, matamu buas menggebu ingin menikamku
Jangan terbuai pada lekuk tubuh anggunku
Perhatikan sekitarku dulu
Sepotongan duri akan mendaging dalam kulitmu.

Kamu boleh memandangku sepuas hatimu.
Kamu boleh mengagumiku seperti kamu mengagumi bidadari.
Kamu boleh mengambil gambar-gambarku.
Namun,
Jangan membodohi dirimu sendiri dengan gampangan mengambil tubuhku dari tempatku berasal.
Sebab, bisa saja kamu akan terluka tiba-tiba.

Hentikan laku biadabmu untuk merengkuhku.
Biarkan aku berkubang dalam siklus hidup sementaraku.
Kecantikanku semu.
Kesia-siaan akan menghantui seluruh hidupmu jika kamu mengambilku.
Sebab aku hanya sementara.

Sebab aku hanya sementara.
Sebab aku hanya sementara.

Suatu ketika mekaranku akan melayu dengan sendirinya.
Seleksi membuatku mati.
Diam-diam akan runtuh segala dayaku.
Kecantikanku sirna.
Dan mahkotaku akan berguguran.
Terjerembab satu per satu ke tanah basah di bawah sana.

Kuncup
Bermekaran
Kelopak melebar
Anggun
Layu
Berguguran





2 komentar:

Muhamad Tajul Mafachir said... Reply Comment

bagus, manis,,,kena banget. hmm,,tapi kamu jangan ke manisen

Bibir Beku said... Reply Comment

aku gak merasa kemanisen sama sekali :P

makasih ^^

Post a Comment