November 1, 2011

Undefined Feeling

dan ketika rasa tak terdefinisi seperti ini, biarkan saja waktu yang akan menjawab definisinya sendiri....

Alika duduk mematung di depan Eki. Mulutnya terkatup, merapat bibirnya. Dia hanya mengaduk-aduk jus di depannya tanpa bergairah untuk menenggaknya. Matanya berkeliaran entah kemana, dan yang pasti menghindari mata Eki, lelaki yang baru dikenalnya selama seminggu namun telah berhasil mengaduk-aduk hatinya. Eki yang masih setia mengamati gerak-gerik Alika yang dirasanya terlihat janggal ini selama empat jam terakhir. Dari tadi tak dilihatnya wajah ceria ataupun mulut beo Alika seperti awal mereka bertemu. Mulai acara nonton sampai makan, Alika hanya bicara seperlunya dan malah seperti menghindari tatap mata dengannya.

Dalam hati Alika merutuki dirinya sendiri, kenapa bisa dia begitu bodohnya mengubah sikap di depan Eki ? ah sial, aku tak bisa menutupi perasaanku, dan aku harap Eki tidak tahu. Iya, Eki memang tidak tahu tentang apa yang dirasakan Alika, hanya saja dia tahu akan perubahan sikap Alika yang menurun drastis. Interval cerianya menurun dari level 9 menjadi 6.

Alika masih resah. Digaruknya belakang kepalanya dengan gemas sambil berteriak kecil.
"kenapa sich Al, aku perhatiin kamu kok jadi diem gini??" tanya Eki sambil menenggak air mineralnya.
"gapapa kok Ki" Alika menelan ludah saat tanpa sengaja memandang mata Eki. Alika bersumpah serapah kecil dalam hatinya. Mengutuk pertemuannya dengan Eki. Mengutuk adegan-adegan konyol yang berhasil mereka lakukan selama seminggu ini.

Andai kamu tahu Ki, aku begitu....ah ini perasaan apa namanya Ki? aku baru mengenalmu selama seminggu, namun terkadang dadaku berdesir sendiri ketika berada di dekatmu. Dan ada rasa rindu yang tiba-tiba menyergapku ketika aku tak berhasil menemuimu. Ya Tuhan...ini apa namanya? tolong jelaskan? Am I in love with Eki?

Tiba-tiba Eki mendekati wajah Alika, dan tanpa aba-aba apapun Eki meraih kepala Alika, memaksanya untuk mau tidak mau melihat mata Eki yang tepat membulat di hadapannya. Bayangan Eki tepat tergambar di bola mata Alika yang sedikit sipit itu.
"kau....menyukaiku Al?" Glek. Jantung Alika hampir keluar dari tempatnya. Eki, matamu....matamu kok bisa membaca pikiranku?
"kenapa kau bisa membaca pikiranku, Ki?" dengan polos Alika bertanya pada Eki yang disambut dengan sumringah senyum Lima jari khas Eki. Lalu Eki mempermainkan ujung mata kirinya, mengerling nakal pada Alika yang masih melongo.
"haaaa???" dan Alika hanya bisa mengerutkan dahi saat Eki menyeret lengannya untuk meninggalkan meja duduknya.
Alika memandang wajah Eki dari samping. Diperhatikannya wajah bersih lelaki itu. Diamatinya dengan jelas setiap garis wajah yang hampir mendekati sempurna itu. Alika mendesah. Apa yang aku suka dari pria ini?

Lalu dilihatnya lagi genggam tangan Eki padanya. Sepanjang jalan Eki terus menggamit tangannya. Tak membiarkannya terlepas. Namun Eki hanya diam saja. Tidak berusaha mengatakan sepatah kata apapun.
"kau benar menyukaiku Al?" tanya tiba-tiba Eki saat Alika sedang benar-benar menikmati wajah indah Eki, dan tentu saja membuat jantungnya berlarian lagi. Alika gugup setengah mati. Harus ku jawab apa ini?
"I don't know Ki, it's undefined feeling. hahahahahahahaha"
jawab Alika sambil terkekeh, sengaja untuk menutupi kegugupannya dan segera melenggang pergi meninggalkan Eki yang masih terdiam di tempatnya, berlarian kecil agar memberinya jarak dengan Eki.

"hei gadis gila, mau kemana ? tunggu...." teriak Eki setengah berlari mengejar Alika yang telah berada beberapa langkah di depannya.
"apa kau benar menyukaiku ?" tanya Eki sambil cengengesan di depan Alika dengan memasang wajah sok imutnya. Dan Alika hanya mengerucutkan bibir lalu menjulurkan lidahnya ke Eki.
"orang gila !" celetuk Eki pada Alika sambil mengacak-acak poni rambutnya.
"kamu tuh yang gila !" Alika memukul lengan kokoh Eki sambil terkekeh.
"dari dulu dech...." jawab Eki asal-asalan.

"demi Tuhan, aku tak tahu apa-apa dan tidak mau tahu soal perasaan apapun, sebab yang seperti ini jauh lebih baik dan lebih nyaman. bukan begitu Ki? aku tidak mau kehilangan momen seperti ini jika aku bisa mendefiniskan perasaanku padamu"

Alika melirik Eki yang telah berhasil merenggut paksa lengan kurusnya dan menyeretnya ke bioskop
"ampunnn......nonton lagi Ki?" Alika mengeluh, setengah berteriak.
"dasar gila, ini sudah ke tiga kalinya nonton Ki, kau mau nginep dibioskop apa? ini sudah jam 8 malam" Alika nyerocos sambil menginjak-injak keras lantai di bawahnya, namun lelaki yang diajak bicara sudah melenggang ringan ke tempat penjualan tiket tanpa rasa bersalah sedikitpun, berpura-pura tidak mendengar teriakan Alika.

"dasar orang gila" Alika mencengkeram tangannya sendiri, dan hendak memukul udara di hadapannya.
Alika bisa melihat punggung datar Eki dari jauh, bisa melihatnya seperti ini sudah bersyukur setengah mati. dan Alika pun tersenyum bangga bisa sedekat ini berhubungan dengan Eki.

Tuhan, jika rasa ini memang tak terdefinisi seperti apa yg ku pikirkan, tolong biarkan semua berjalan seperti ini dan tolong jangan ubah apapun yang ada dalam hubungan kami. kami bahagia seperti ini.

6 komentar:

Muhamad Tajul Mafachir said... Reply Comment

siiiiip....enak di baca. sayangnya sulit untuk terbaca, mungkin karena template blognya yang transparan dengan tulisannya. sehingga sulit terbaca bu,

Bibir Beku said... Reply Comment

bagaimana dengan template yg ini? masih sulit terbaca pak ?

Muhamad Tajul Mafachir said... Reply Comment

hmm,,,lumayan lah, bisa sedikit di baca. lumayan terang terbaca untuk orang menuju buta sepertiku, hehehe,,,,tapi perlu di perhatikan, perpaduan antara tulisan dan BG nya,,,tulisannya jangan abu2 donk, wkwkwkwk,

Bibir Beku said... Reply Comment

wew...kacamatanya dipake' pak, biar gak cepet buta. hehehe. lah, abu-abu kan udah pas. ganti apa? pink? kan yang pas kalo warnanya terang.....ah protes mlulu nih anak

Muhamad Tajul Mafachir said... Reply Comment

siiip dec, udah sip blognya,,,like it

Bibir Beku said... Reply Comment

makasii...

Post a Comment