June 20, 2012

Putus Saja?

Aku bisa mendengarnya. 
ketika ranting-ranting berjatuhan diterpa angin yang begitu liar bergolak di langit-langit kota. 
pun ketika daun - daun direbahkan raganya di atas tanah basah berlumpur sisa guyuran hujan semalam. 
juga ketika bibirmu menggetarkan kalimat putus yang terdengar begitu samar di telingaku. 
bukan karena aku tuli. 
tapi rasanya seluruh kinerja inderaku mendadak beku. 
stag di tempat. 
seperti bumi menghentikan langkah kakinya 
dan memutuskan untuk berdiam diri di satu sudut bujur dan lintang. 
shit. 
aku mengumpat dalam - dalam, 
di dalam hati.

Aku bisa bayangkan waktuku akan luntur terpanggang matahari esok hari tanpa kamu di sebelahku. 
dan bagaimana bisa ku jelajahi hari tanpa kamu lagi? 
ah, tiba-tiba tubuhku mendadak beku juga. 
dingin merajelela di sekujur tubuh. 
sampai nadi-nadiku bergemuruh memohonkan perlindungan sang surya. 
come on, beri aku kesempatan untuk berjalan lagi di sampingmu. 
mari kita lakukan sekali lagi, 
kita coba lagi dan kita perbaiki segala kerusakan yang membuat hubungan kita retak
aku ingin mencobanya lagi,
tidak bersediakah kesempatan datang di pikiranmu?
Aku bisa jelajahi semuanya dengan kamu di situ
aku bisa rebahkan segala asaku di hadapanmu,
bersamamu..
cuma kamu
tidakkah kau mengerti cinta yang membuatku bernyali begini?
cintaku padamu...

kau lupa bagaimana pertama kali cinta membasuh keningmu dan melontarkan kalimat membiru
di sekitar padang ilalang di samping remang kota seberang?
kau lupa bagaimana pertama kali tatap penuh malu melingkar di pipi-pipimu
hingga merah jambu terurai di sudut-sudut senyummu padaku?
apa kau lupa bagaimana cinta membuat kita sama-sama saling tertarik
dan meyakinkan diri untuk saling menggenggam?
kau lupa?
kau lupa bagaimana detak yang seringkali muncul ketika kita saling berhadapan?
pun ketika bibir kita berhenti bicara dan hanya saling mengait satu sama lain?

dan kenapa kata putus begitu mudah tersusun dari bibirmu yang dulu sering berikrar cinta?

0 komentar:

Post a Comment