February 13, 2013

Stay!


*nyoba bikin FF tapi nggak becus* >.< 

Salju turun begitu cantiknya. Jatuh satu – satu menebarkan aroma khas bulan Februari yang dingin dan dirindukan. Di salah satu sudut jalan, di bawah merah lampu lalu lintas, seorang perempuan muda terpaku di tempatnya. Tubuhnya dibungkus mantel warna gelap dengan scarf bulu abu – abu, boots selutut serta sarung tangan membalut kedua tangannya yang mungil. Mata segarisnya mengerjap – ngerjap tanpa gairah.

geurae naneun baboya, geuripgo…. (iya aku bodoh, aku merindukanmu)” gumamya ketika lampu hijau penyebarangan menyala. Dengan gontai ia langkahkan kakinya melewati satu per satu garis – garis putih di depannya. “gidarilge, ijarie meomchun chaero (aku akan menunggu. Di sini aku akan tinggal untukmu)”

Entah sudah berapa ribu malam ia habiskan di Paris sendirian. Banyak musim ia lalui tanpa laki – laki itu. Ada banyak hal yang tidak bisa ia bagi dengannya di saat ia ingin berbagi. Ada bagian dalam hatinya yang mendadak kosong ketika ia tidak menemukan laki – laki itu di setiap harinya.

Air mata sudah mengambang di pelupuknya dan siap untuk jatuh ketika tiba – tiba saja ia dikejutkan oleh sesuatu. Seseorang menyenggol bahunya sampai membuat tubuhnya terhuyung dan jatuh.“auww……..” Eun Joo mengaduh.

gwenchanayo?” Tanya orang itu panik.“ne, joesonghamnida” Seru Eun Joo sambil berdiri. Ia lalu membungkuk minta maaf tanpa memperhatikan wajah orang itu.
aniya, aku yang salah.…” ucap orang itu.
Eun Joo terus saja membungkuk untuk menyembunyikan air mata yang kini telah meleleh di pipinya. “joesonghamnida” katanya, lalu berlari tanpa mengacuhkan panggilan orang itu, “ahgassi!!!” laki-laki itu hanya bias bengong melihat Eun Joo yang berlalu meninggalkannya.

Salju masih saja jatuh bertebaran di atas kepalanya. Suhu udara mencapai minus entah berapa derajat sampai membuat tulang – tulangnya merasakan gigitan – gigitan kecil dingin yang mematikan. Dan sekelebat bayangan memori tujuh tahun lalu menari – nari tanpa henti hingga membuat hatinya ngilu dijejali rindu.

“Aku harus mengejar mimpiku untuk menjadi seorang designer handal. Karena itu aku akan pergi ke Paris” kata Eun Joo bangga ketika mereka pulang sekolah bersama.
“sejauh itukah? Tidak adakah sekolah fashion di Seoul ini?” Tanya Seungri ragu.
“ada sih, tapi aku ingin ke Paris” jawab Eun Joo santai.
“kenapa harus Paris? Lalu bagaimana dengan aku?” Seungri menunjuk hidungnya.
“karena Paris adalah pusat mode dunia. Kau? kau akan jadi seorang artis terkenal, kau akan menjadi idol namja yang dielu – elukan banyak orang, dan wanita – wanita itu pasti akan berteriak histeris ketika namamu disebutkan. Bukankah mimpimu seperti itu?”
Seungri terdiam. Ia mengamati mata Eun Joo yang berbinar. Mimpi membuat orang lupa diri dan melupakan hal – hal penting di sekitarnya.
“Aku tahu bakat menarimu luar biasa. Kau pasti bisa masuk agensi terkenal itu. Percayalah padaku”ucap Eun Joo yakin sambil menepuk dadanya.
“lalu bagaimana dengan kita?” pertanyaan Seungri membuat Eun Joo terpaku sejenak. Jantungnya seperti dihantam sesuatu sampai tiba – tiba membuatnya berdetak tak karuan. Ia diam sejenak kemudian berusaha melepaskan senyuman pada Seungri.
“aku selalu di sini. Di hatimu” jawab Eun Joo sambil menunjuk dada bagian kiri Seungri.
Seungri tersenyum, “baiklah. Aku berjanji akan menjadi seorang idol yang baik. nanti jika kau sudah menjadi designer, jangan lupa rancangkan baju show yang bagus untukku ya”
“tentu. tapi kau juga harus janji, kau tidak boleh genit dengan penggemar wanitamu” mata Eun Joo membelalak sedangkan Seungri hanya bisa mengangguk patuh.

Ini adalah tahun ke tujuh ia tidak bertemu Seungri. Setiap tahun ia pulang ke Seoul dan tidak jarang juga menonton konser Big Bang, namun baru kali ini perasaan itu menggebu dan sulit untuk dikendalikan. Entah, seperti ada desakan untuk mempertanyakan lagi cinta yang dulu pernah Seungri bisikkan padanya sebelum pesawat membawanya terbang ke Paris.

Eun Joo membiarkan dirinya berdiri terpaku sambil menangis di jalan. Kenapa rasa sakit selalu latah muncul bersamaan saat rindu dan cinta beradu jadi satu dan tidak bisa disampaikan?
Eun Joo terhenyak saat tiba – tiba saja seorang namja menepuk bahunya dari belakang. Eun Joo menoleh tanpa sempat menyeka air matanya.

noona, tasmu tadi jatuh…” kata seorang laki – laki muda padanya. Eun Joo tidak mengacuhkan perkataan laki – laki itu.
noona??? Gwenchanayo?” laki – laki itu mengibas – ngibaskan tangannya ke depan wajah Eun Joo sampai yeoja itu tersadar.
ne?” Eun Joo gelagapan.
“tasmu…” ucap laki – laki itu sambil menyodorkan tas selempang Eun Joo.
mwo?” Eun Joo belum mengerti maksud laki – laki itu jika saja ia tidak memperhatikan tangan laki – laki itu menyodorkan tas miliknya. “omo…. Darimana kau menemukan ini?” serunya.
“tadi di dekat penyeberangan. Aku sudah memanggil – manggilmu tapi kau tidak mendengarnya dan akhirnya aku mengikutimu sampai ke sini” jelas laki – laki itu.
gomawo….” Ucapnya saat menerima tasnya kembali.“Aigoo, aku sama sekali tidak menyadari kalau tasku jatuh. Gomawomianhamnida ya sudah merepotkan” katanya sambil membungkuk.
“ah sama – sama. Tidak repot kok, lagipula rumahku melewati jalan ini. Baiklah kalau begitu aku pergi dulu. Oh ya, tolong diperiksa dulu apakah barang – barang di dalamnya masih lengkap atau tidak.”
Eun Joo langsung membuka resleting tasnya dan mengaduk – aduk isinya. Ponsel, dompet, make-up kit, dan note kecil masih lengkap.
“tidak ad…..” Eun Joo menghentikan kalimatnya ketika laki – laki itu sudah tidak ada di hadapannya, hanya punggungnya saja yang kini terlihat mejauhi dirinya.

Eun Joo hampir saja melangkah pergi jika saja ia tidak menyadari kehadiran barang baru yang ada di dalam tasnya. Note kecil… note kecil itu bukan miliknya. Eun Joo mengangkat kepalanya. Matanya membelalak lebar. Kemudian ia membuka tasnya dan mengambil note seukuran make-up kitnya itu. Diperhatikannya dengan seksama benda itu. Dengan ragu ia membukanya. Dan betapa terkejutnya ia ketika menemukan foto dirinya sendiri sewaktu masih mengenakan seragam SMA terpampang di halaman pertamanya. Ini bukan miliknya. Note ini bukan ia yang punya. Jantungnya mendadak seperti dihujani salju. Di bawah fotonya dibubuhkan tulisan: Han yeojaga geudaereul saranghamnida (aku hanya mencintai satu perempuan).

Eun Joo penasaran sehingga dengan cekatan ia membuka halaman kedua. Mataya membulat membaca goresan tangan itu:

Perempuan ini adalah satu – satunya matahari yang membuat duniaku gemilang penuh cahaya kehidupan. Ia adalah cahaya yang menerangi ketika gelap terlihat begitu menakutkan.

Jantung Eun Joo berdetak tak karuan. Ia seperti kehilangan ruhnya ketika membaca tulisan tangan itu. Nyaris ia jatuh, sendi – sendi di kakinya seperti terlolosi. Tubuhnya bereaksi sangat cepat. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan itu. Ia menutup mulutnya segera sebelum jeritannya keluar mengagetkan orang di sekitarnya.

Lalu Eun Joo membaca halaman berikutnya:

Ketika aku merasa jatuh dan putus asa, aku selalu mengingat senyumnya yang menenangkan juga kalimatnya yang meneduhkan, “jika kamu merasa takut dan ingin menyerah, ingatlah bahwa kita berdua pernah punya mimpi bersama. Dan bukankah kita pernah saling berjanji untuk mengejar mimpi itu sampai kita benar – benar mendapatkannya?”

Rasanya Eun Joo ingin berteriak memanggil namanya.

“Jadilah seorang idol yang mendunia, agar aku bisa melihatmu dimanapun aku berada,” begitu katanya ketika terakhir kami bersama. Seoul dan Paris bukanlah tempat yang jauh jika hati kita tetap dekat satu sama lain, bukan begitu? Ya, bagiku kamu tidak pernah pergi. Bagiku kamu selalu ada di sini, di hatiku.

“Seungri-ya………..” akhirnya Eun Joo berteriak. Air matanya jatuh tanpa bisa dibendung lagi. Ia langkahkan kakinya dengan tergesa. Kepalanya bergerak memutar, celingukan mencari laki – laki itu. Matanya bergerak liar, siaga pada segala penampakan di depan matanya. Ia tahu kalau laki – laki itu ada di sini. Ia tahu kalau Seungri ada di dalam jarak terdekatnya.

Namun tidak ada tanda – tanda Seungri di sana. Ia putus asa dan akhirnya menghentikan langkah. Ia tundukkan kepalanya dan kemudian terdiam. Lalu dibiarkannya air mata mengalir sampai jatuh ke atas tumpukan salju di bawahnya. Sesenggukan ia berdiri di bawah lampu penerang di pinggir jalan.
Kaki Eun Joo hampir saja bergerak maju selangkah untuk meninggalkan tempat itu andaikata ia tidak mendengarnya……

Tobira ga shiamaru mae ni Baby please don’t go away. Ienakatta koto semeteru What you to stay. Ima sara kuyande mo I know it’s late. Kanojo no kawari nate dare nimo dekinai. I want you to stay want you to stay

Eun Joo berbalik dengan segera. Jantungnya lari – lari, menderu dan memberikan efek luar biasa ke sekujur tubuhnya. Dan ternyata di depan matanya terlihat ada seorang laki – laki misterius bertopi dan bermasker berdiri di bawah pohon, menyandarkan punggungnya 
“Eun Joo-ya….” Laki – laki itu melambaikan tangannya ke arah Eun Joo. Telinga normal Eun Joo menangkap suara itu memanggil namanya.

“Eun Joo-ya…” namanya benar – benar dipanggil. Eun Joo bisa mengenali suara itu sekalipun sang pemiliknya menggunakan masker dan topi untuk menutupi separo wajahnya.

Tidak ada yang bisa membuat debar aneh itu muncul lagi, tidak juga getaran rasa yang menyeruak tanpa bisa dibendung di dalam hatinya  kecuali kehadiran Seungri di hadapannya. Eun Joo terpaku melihat laki – laki itu berdiri di hadapannya. Tubuhnya yang selemas jeli tidak bisa bergerak untuk mendekati Seungri yang masih berdiri menyandar dengan menyembunyikan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya. Dan beberapa detik kemudian Seungri beringsut menghampiri Eun Joo.

Jarak mereka hanya sejengkal. Eun Joo bisa merasakan hawa panas mulai menjalar di kedua pipinya ketika mereka berdekatan. Hembusan napas kencang yang mengudara dari hidungnya memberikan sinyal bahwa dadanya sedang berdebar tak karuan. Mata Eun Joo bergerak liar memperhatikan wajah yang tertutup masker dan topi itu. Perlahan lalu dibukanya topi dan masker itu dengan gemetar.

Lampu penerang di atas kepala mereka meyakinkan Eun Joo bahwa pemilik bola mata hitam kecokelatan ini adalah benar – benar Seungri. Mata yang dulu sering menggodanya itu menyiratkan perasaan yang tidak bisa Eun Joo tebak. Namun meskipun begitu, kehangatan muncul seketika saat mata teduh itu memandangnya.

Matanya bergerak liar menelusuri wajah Seungri. Dirabanya wajah yang begitu ia rindukan itu dengan perlahan. Jari – jarinya yang terbungkus sarung tangan bergerilya dengan takjubnya. Eun Joo menelan ludah. Perasaan halus menerpa hatinya. Makhluk ringkih yang lama tak menampakkan tanda – tanda kehidupan dalam hatinya tiba – tiba bangun tatkala melihat sang pemilik separo hatinya muncul.

“ini benar – benar wajahmu?” kata Eun Joo setengah terisak. Wajahnya kini dialiri air mata sehingga reflek membuat Seungri mengusapnya menggunakan jari tangan telanjangnya.

Lalu Seungri menangkap wajah Eun Joo dengan kedua tangannya, ”kau pikir ini wajah G-Dragon?” candanya. Dan Eun Joo sempat tertawa kecil dalam tagisnya.

Tanpa perlu meminta persetujuan, Seungri memeluk erat perempuan di hadapannya itu.“kau tahu betapa aku merindukanmu? bogoshipda” ucap Seungri seraya mengecup puncak kepala Eun Joo dengan lembut. Eun Joo tidak bisa menjawab. Dadanya bergemuruh. Segala perasaan berkecamuk jadi satu. Ia tidak percaya bahwa ternyata keajaiban bisa datang padanya di saat keputus-asaan melanda dengan sangat hebatnya.

“aku pikir aku tidak bisa menemuimu lagi. Aku hampir gila karena menunggumu”, kata Eun Joo.
“aku malah sudah gila karena tak pernah melihatmu selama ini. Ne seaenggake dorabeoril geot gatae (aku jadi gila memikirkanmu)”, balas Seungri.
Eun Joo tersenyum.“bagaimana kau bisa menemukanku?” Tanya Eun Joo tiba – tiba.
“entahlah, seperti ada sesuatu yang membimbingku untuk keluar. Lalu ketika hendak ke kantor agensiku, tanpa sengaja aku melihatmu berdiam diri di seberang jalan. Lama sekali kau berdiri di sana, apa kau tidak kedinginan?” Seungri terlihat khawatir.
“kau masih mengenaliku setelah tujuh tahun kita tidak bertemu?” Tanya Eun Joo penasaran.
“tentu saja. Kau pikir mudah melupakan orang yang pertama ada di dalam hatimu?” Jawab Eun Joo dengan tenang.
Eun Joo terkejut. Rasanya lidah mendadak kelu mendengar ucapan Seungri barusan. Sepertinya ia tidak perlu bertanya lagi apakah Seungri masih menyimpan rasa itu padanya atau tidak. Sebab dari siratan kata dan mata Seungri ia bisa tahu jawabannya.
“Selalu ada ikatan tak kasat mata yang membuat dua hati saling berhubungan. Selalu ada debar aneh ketika orang yang selalu kau rindukan berada tidak jauh dari hatimu” lanjut Seungri. Dan kupu – kupu terbang seperti menggelitik perutnya, lalu singgah ke dalam hatinya. Eun Joo tidak bisa menyembunyikan kelegaan di dalam hatinya.
“lalu kau membuntutiku?”
“apa kau tidak kedinginan?” Seungri mengulangi pertanyaannya. Eun Joo mengangguk. Dan Seungri semakin merapatkan pelukannya.
“apa kau membuntutiku? ” Eun Joo mengulangi pertanyaannya juga.
“he’em… aku terus mengikutimu, aku juga yang menyuruh orang – orang itu untuk berakting di depanmu”
 “note?” Eun Joo bertanya sambil mendongak untuk memperhatikan mata Seungri. Laki – laki itu mengangguk mantap kemudian melepaskan pelukannya. Dipegangnya kedua bahu Eun Joo dengan gundah. Sedetik kemudian ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
“aku tidak bisa berlama – lama di sini. Aku harus segera bersiap untuk pergi…” katanya sedih. Seungri melirik mobil putih yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berada. “aku harus segera pergi” kata Seungri sedih.

Ada gurat kecewa yang tergambar jelas di wajah Eun Joo. Sekalipun ia mencoba utuk menyembunyikan dengan memberikan senyum pada Seungri, matanya tidak bisa berbohong.
“kemana?” Tanya Eun Joo
“Amerika” Jawab Seungri sedih.
“ini tidak adil. Kita baru saja bertemu, kenapa harus berpisah lagi?” Eun Joo memalingkan wajahnya “Andwe! gajima! (tidak! Jangan pergi! Why don’t you stay right here with me? Stay here by my side!” Eun Joo mengiba.

Seungri meraih tangan Eun Joo, kemudian meremasnya dengan lembut. “adakalanya  dimana dua hati yang saling mengasihi dipisahkan oleh waktu dan jarak yang panjang. Namun apakah kau tahu bahwa ia yang telah dipilih dan diminta untuk tinggal pertama di hatinya tidak pernah dibiarkan pergi?”

Eun Joo menangis. “ara… tapi aku masih sangat merindukan lingkar lengan dan hangat tubuh itu. Aku masih ingin menikmati banyak percakapan denganmu. Aku ingin sehari saja meleburkan rindu itu di suatu tempat. Tapi aku sadar, memang sulit untuk melakukan itu dengan seorang idol terkenal” Eun Joo menunduk.
“apa kau menyesal melihatku menjadi seorang idol?” Seungri meraih dagu Eun Joo demi melihat matanya.
Eun Joo terhenyak. “aniya…. Bukan seperti itu maksudku!” Eun Joo melanjutkan“naega neol imankeum saranghaneunde? nae gyeotte isseojul suneun obtni? (tidakkah kau tahu betapa aku mencintaimu? Jangan pergi, tidak bisakah kamu tetap di sampingku?)”
“kau masih mencintaiku, kan?” potong Seungri.
Eun Joo terdiam kemudian memukul dada Seungri dengan gemas “buat apa aku jauh – jauh terbang dari Paris ke Seoul jika aku tidak mencintaimu? sudah berapa tahun rindu membuat hidupku seperti mayat hidup di sana? Jika saja aku tidak teringat tentang mimpi – mimpi yang kita bangun bersama dulu, aku pasti sudah bunuh diri….pasti aku….”
“bunuh diri? tutup mulutmu!” seketika Seungri mengunci rapat mulut Eun Joo dengan sebuah ciuman. 

Salju turun dengan cantiknya. Merintik dan membentuk kristal – kristal kecil yang mempesona. Waktu seperti berhenti berlari, seketika diam di tempat. Tidak ada benda bergerak kecuali bibir – bibir dan napas yang saling bersahutan.

Setetes air mata jatuh mengenai sudut dagu Eun Joo. Matanya terbuka dan mendapati Seungri menangis. Eun Joo menggeleng, ia memberikan isyarat pada Seungri untuk tidak menangis. “andwe, neol saranghanda….neol saranghanda Seungri-ya (aku mencintaimu….aku mencintaimu Seungri)”

“aku masih sangat merindukanmu, deoisang niga gyeote eopdaneunge, neol saranghanda (bagiku hanya ada satu orang, aku mencintaimu)” balas Seungri. Lalu ia memeluk Eun Joo lagi sesaat sebelum klakson mobil yang berada beberapa meter di belakangnya berbunyi, mengisyaratkan mereka agar saling melepaskan dan saling menjauhkan diri.

“gidarilge” ucap Eun Joo setelah membiarkan Seungri pergi. Punggung laki – laki itu semakin jauh dan kemudian menghilang bersama mobil yang bergerak semakin menjauh. Eun Joo melambaikan tangannya dan kemudian berbalik untuk pergi. Namun baru beberapa langkah terdengar seseorang berlari di belakangnya dan kemudian menubrukkan pelukan. Eun Joo menoleh. Seungri berbisik di belakang telinganya,“buka halaman terakhir note itu setelah aku pergi.” Perlahan pelukan merenggang dan terdengar langkah kaki menjauh. Masih dengan perasaan yang berkecamuk, Eun Joo segera mengambil dan membuka note itu.

Cinta pertama selalu ada pada setiap catatan. Stay!! Berdiamlah di sana. Tetaplah berada di tempat cinta pertamaku ada. Percaya atau tidak, cinta pertama akan kembali lagi dalam beberapa purnama. I want you to stay!

Dan di bawah kalimat itu, sebuah kalung berliontin hati bertuliskan “SE” berwarna keperakan tersemat dengan sangat anggunnya. Eun Joo terdiam saking terkejutnya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Kemudian ia memutar tubuhnya untuk berlari mengejar mobil Seungri. Sesampainya di belokan, ia terhenyak melihat laki – laki itu berdiri sambil mengangsurkan senyum. Keduanya saling berhadapan dalam senyuman, saling mengalirkan rasa yang tidak biasa. Ternyata ada hal – hal indah yang tidak bisa ia duga ketika memutuskan untuk tetap stay di satu tempat pilihannya. 

0 komentar:

Post a Comment