October 21, 2012

Bayangan

Matahari menyembul dari balik matanya yang ditutupi pasmina. Serat - serat tipisnya tak mampu menghalangi gemerlap keemasan yang dipantulkan oleh sinar siang itu. Pun juga seraut wajah rupawan yang tertidur di sampingnya. Dira memiringkan tubuhnya guna bisa melihat dengan jelas siluet wajah yang selalu ia rindukan.

Lekuk hidungnya yang bangir. Bibirnya yang tipis dengan hiasan rambut tipis di bawahnya. Ah... ia ingin menyentuhnya. Membelainya dengan manis dengan jari - jarinya. Lalu kemudian mengecupnya. Dira perhatikan kembang kempis dada lelaki di depannya. Ingin ia menjatuhkan diri ke atasnya. Menikmati tiap degup jantung yang membuat ia kelabakan saat disentuh oleh bentuk bidangnya.

Dira menjatuhkan telunjuknya ke pipi Sam. Dengan lembut diusapnya pipi itu. Dira memekik. tiba - tiba Sam memegang telunjuknya. Sam mengerjap. Lalu tersenyum meliat mata Dira membulat kaget.

Sam memiringkan tubuhnya demi melihat rona merah jambu yang muncul di kedua pipi Dira. Ia masih menggenggam telunjuk wanita itu.

"jangan menatapku seperti itu!"
"kenapa? aku suka lho"
"tapi aku malu"
Sam mengecup telunjuk Dira.
"Sam?"
Kemudian Sam menarik kepala Dira mendekat ke bahunya. Dilingkarkannya tangan kanannya ke tubuh Dira. Dan akhirnya ia sukses membuat Dira tertanam di pelukannya. Kali ini Dira merasakan dengan benar dentuman keras yang keluar dari dada Sam.

"Bagaimana?" Sam bertanya.
"hm...."
"kok cuma hm....?"
"tidak ada kata yang bisa ku gunakan untuk menggambarkan betapa damainya berada di sini"

"masa'?"Sam melirik Dira yang tersenyum.
Dira mengangguk.

"kalau begitu tetaplah di sini sampai nanti siang" Sam merapatkan pelukannya. Membuat Dira tidak bisa bergerak.

"baiklah....."

Dira. Sam. Mereka adalah bayangan. Saling menyemu satu sama lain. Tidak ada yang nyata. Semua tergambar mengilusi satu sama lain. Begitu juga dengan hubungan itu. Yang mereka tahu hanya kenyataan tidak menginginkan ke-ada-an mereka. Semua menolak.

Bersambung....


0 komentar:

Post a Comment