December 15, 2011

Rindu pada Andri

rindu masih memecah malam. hening. begitu kata gelap pada tetes-tetes hujan di luar sana.
di sudut kamar berpenerang lilin merah besar meringkuk gadis berkaus lengan panjang hitam selutut, kaosnya kebesaran. kaki telanjangnya menyentuh ubin hitam yang lembab dan dingin. kaus yang dipakainya tak cukup kuat menahan dingin yang menyerang seluruh tulang dan persendiannya. sesekali ditiup-tiupkan udara dari mulutnya untuk mengusir dingin yang menggemeretakkan gigi-gigi timunnya. wajah ovalnya yang pucat sedikit tertutupi oleh urai rambut panjangnya. hanya terkadang mata bulatnya yang mengerjap-ngerjap pelan, memberikan tanda masih ada kesadaran.

"ndri.....aku hampir mati," bisik rindu pada handphonenya. berharap nama andri muncul dan memanggil-manggil dirinya. berharap ringtone In heaven-JYJ mengudara di kamar gelap itu.

"ndri.....aku sakit," ditulisnya dengan gemetar sebuah pesan singkat yang dengan jelas tidak akan pernah diterima oleh si penerima.

"ndri....ndri....ndri.....aku rindu," suaranya semakin serak, tubuhnya semakin meringkuk. di dekapnya erat handphone mungilnya. diciumnya berkali-kali gantungan handphonenya dengan gemas. diremas. lalu ditangisi.

isaknya mengalahkan rintikan hujan. bersama sisa kilat yang masih terlihat jelas dari balik korden jendela, dibentangkannya seratusan kata rindu pada langit, pada andri. diharapkannya sepoi angin malam ini turut bekerja sama dengannya untuk menyampaikan berita duka atas kesakitannya karena rindu, rindu pada andri, lelakinya.

klik. lampu neon 50 watt memberi terang. membuat gelap melarikan diri dari kamar. membuat hening berujung. dilihatnya meja belajar yang berantakan. dengan segenap tenaga, dibangunkannya tubuh ringkih yang menggigil kedinginan itu. lalu diseretnya kedua kaki telanjangnya ke meja, dan duduk, dan menidurkan kepalanya di sana. kepalanya berat. matanya mengerjap-ngerjap. setelahnya gerak matanya berhenti pada bingkai pigura emas yang tertata rapi di sebelah lampu tidurnya. sepasangan senyum terlukis di sana.

diraihnya pigura dengan gambar dua makhluk di dalamnya. dibelainya dengan lembut. lalu dikecupnya dengan penuh kasih. "aku rindu, rindu pada andri," air matanya meleleh. dibiarkannya saja tangisnya mengudara. dibiarkannya bersahutan dengan suara gemericik air yang sedang terjun dari pucuk-pucuk genting.

nyanyian malam bermain manja. seperti dawaian biola terngiang indah di telinga. dentingan jarum jam di dinding kamar memecah sunyi ketika rintik telah berhenti. dan yang tersisa hanya buliran air mata yang tak bersuara. mata hanya sesekali berkedip. selebihnya hanya pandang kosong.

didekapnya erat gambarnya dengan andri. gambar yang sebulanan lalu diambil di bromo. dengan latar gurunan pasir. senyum tiba-tiba mengembang di bibir tipis rindu. rindu merindukan sesuatu.

diambilnya handphone dan pigura. lalu ditidurkannya tubuhnya ke atas kasur berseprei cokelat tua. ditatanya kedua benda tadi di sebelah boneka micky yang tergeletak di sudut bantalnya. lalu ditariknya selimut sehingga menutupi seluruh tubuhnya.
rindu meringkuk lagi. ditatapnya mata cokelat bulat milik andri di sana beserta senyum lima jari yang mengembang bebas. rindu merindukan andri.

mata rindu mulai lelah. sedikit panas dan pedih. lalu ditutupnya kelopak mata dengan kantung hitam yang mengelilinginya sambil sesekali merintih menyebut nama andri.

"ndri.....rindu merindukan andri," leleh tangisnya, mengalir lagi membasahi pipi mulusnya sampai terhenti di sudut dagunya. dan rindu terisak lebih keras. masih dengan terpejam di raihnya boneka micky, didekapnya erat. diciumnya.

"seperti apa surga itu, ndri?"

2 komentar:

Anonymous said... Reply Comment

Aku copas ya mbak.. Tak kasih sumbernya entar..

Bibir Beku said... Reply Comment

@wanugraha: okee dek...

Post a Comment