October 14, 2011

Berjudi dengan Jarak


Bila kita merasakan, kenapa musti mengingkari? Biarkan bersatu apa yang memang tak pernah ingin dipisahkan. Begitulah adanya cinta.


Seringkali mencemoohkan cinta jarak jauh dan menebar teori-teori cinta yang akan terkalahkan oleh jarak. Yang akan pupus oleh perbedaan ruang, perbedaan waktu.

Seringkali aku mencibir mereka dan bertaruh habis-habisan bahwa mereka bakalan putus dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Seringkali aku menyeringai sinis atas hubungan jarak jauh itu dan tidak mempercayai LDR itu bisa.
Arh, sial. Aku terperangkap dalam omonganku sendiri. Sering berkoar, sering meremehkan cinta jarak jauh. Dan nyatanya sekarang aku yang mengalami. Tuhan Maha Adil, bukan?

Mencoba untuk saling mengerti, saling paham, saling menguatkan, saling mendukung kerja masing-masing. Bisa? aku mencoba bisa. Berharap bahwa ini nanti tak akan sia-sia. Meski kadang aku berpikir untuk apa punya pacar jauh? Toh dia tak pernah melihatku, tak pernah menemaniku, tak pernah mengajakku berkencan atau sekedar ngobrol gak jelas di depan teras rumahku.
Hey, what the fuck is this! Aku sering membutuhkannya. Aku kesepian. Dan kadang di saat aku benar-benar merasa lelah dan putus asa dengan keadaan di sini, aku sangat membutuhkan uluran tangannya, support, atau sekedar nasehat ringan "yang sabar ya sayang...." atau aku ingin sekali dia mengusap kepalaku dan berkata "semua akan baik-baik saja sayang, tenanglah". Arch.... ingin rasanya meninju isi otakku dan meremas-remas otak yang sering digunakan untuk berpikiran negatif ini.

Dan kali ini aku mencoba setia. Mencoba menaruh harapan besar pada laki-laki ini. Pada laki-laki yang menawarkan segenap cinta pada kekosongan hati yang lama ditinggal penghuninya. Dan aku minta, cepat datang padaku. Kabarkan padaku, lisankan padaku, bahwa kau benar-benar menginginkan aku berada di sampingmu. Yakinkan aku, bahwa jarak bukan penghalang besar bagi hubungan kita.

Berjudi dengan jarak, mempertaruhkan kesetiaan, dan memasang nilai tertinggi untuk menang. 

Kau sanggup? Shit. Aku tak bisa menyanggupinya. Aku tak bisa berkata iya. Sebab aku takut termakan oleh kesanggupanku sendiri, yeah seperti yang lalu. Dan aku hanya bisa berkata "live as it is" padamu.
Aku tak bisa berjudi, aku tak pandai bertaruh, dan aku tak lihai memasang nilai tertinggi untuk ini. Takut kalah? Ragu? Bukan itu, hanya saja aku tak mau berkoar, tak mau bicara apapun sebelum segalanya terjadi sesuai apa yang memang telah ditakdirkan. Satu alasan klasik "jalani apa adanya dulu"

Ya, meskipun jauh. Tapi aku mulai merasakan bahwa aku telah memiliki seseorang, dan aku mulai terbiasa dengan ini. Jarak membuatku mengerti akan arti memiliki, akan arti pengorbanan dan kesetiaan. Well....cukup saja bagiku untuk sekali mengalami kegalauan jarak ini. Seterusnya aku harap akan baik-baik saja....



Dan jarak bukan menjadi alasan untuk tidak memulai hubungan. Cinta tidak hanya ditentukan oleh kuantitas pertemuan, tetapi lebih tepatnya adalah kualitas pertemuan itu. Bagaimana cara kita menyehatkan hubungan dan tak merusak jaringan kehidupan lain. Berbijaklah padanya, sebab dia akan mengikuti arah pikiranmu, begitulah cinta. 

Satu pesanku untukmu Willi. Kalau kau berusaha selingkuh atau bikin affair dengan wanita lain di sana, yakin saja kalau kau bertemu denganku akan aku pukul wajahmu dan menendang keras betismu, dan mungkin aku akan membunuhmu saat itu juga!
Kalau kau berusaha mempermainkanku, lihat saja balasan setimpal yang akan kau dapat! hahahaha

0 komentar:

Post a Comment