October 16, 2011

Kencan Buta

ini bukan tentang cinta, ini hanya tentang kencan buta

Berhasil menemukan hotel tempat tinggalmu sementara di Surabaya. Di depan sana aku agak ragu. See, what's wrong with me? Go the hell please. I'm not sure that people who are standing here is me. How stupid I'am! Lalalalala.

Aku menggoyang-goyangkan kakiku saat menunggumu keluar dari sana. Shit. Sialan. Aku terus mengumpat dalam hati. How dare me to visited a new foreign man
I knew a month on facebook. Huaaaaa. Aku terus memukul-mukul kepalaku. Tolol. But there is something that requires me to meet him, whatever it.

Berusaha menenangkan diri, berulang kali menghembus-hembuskan napas dari mulut ke arah poni sampai membuatnya terbang sambil membayangkan seperti apa lelaki itu. Seperti apakah lelaki yang sering menelpon dan chatting itu? Oh man, bagaimana kalau dia.....tidak tidak, dia orang baik, aku yakin. Huft.

"Aku keluar sekarang" sms darinya membuatku semakin tegang, tanganku berkeringat, jantungku dug dug dug. Arch...aku mulai kerasukan.
Sedang aku masih berusaha menendang-nendangkan kaki ke udara di depanku saat aku dengar suara langkah seret kaki di belakangku, mendekat, dan terus mendekat. Lalu memegang pundak kiriku. Aku berbalik. What a....kesan pertama : senyum lima jari dengan gigi rapi putih bersih, rambut kriwul alis tebal, bibir sedang, dan bulu-bulu halus tumbuh di wajah. Great. Luar biasa. Mempesona. Arch.....orang ini membuatku gila pada pandangan pertama.
"Farid" Tak ada nada dingin atau acuh atau sok jutek di sana. Penuh wibawa, sopan, dan senyum yang mengembang dengan.....omigod. Sempurna.
"Neli" aku tersenyum tipis, namun berusaha mengimbangi senyum lima jarinya.

Setelah itu sedikit berbasa-basi dalam perjalanan ke dalam hotel dan.....akhirnya aku masuk ke kamarnya. Dieng.....it's so unbelievable you know ! How can I enter this room, man room? Arch...aku berusaha menggigit bibir bawahku, berusaha menggeleng tak percaya. God, forgive me.
"sudah sholat?" tiba-tiba suaranya memecah keheningan
"sudah, kamu belum?" tanyaku sambil melirik jam tangan.
"ya ampun, sudah jam lima lebih Rid....."aku menurunkan tasku dan duduk di pinggiran ranjang sambil memperhatikan tas punggung Farid yang tergeletak di sudut kamar.
"hehehe, tadi waktu kamu sms mau ke sini aku baru bangun Nel, aku kaget dan langsung cuci muka. Aku juga belum mandi" dia cengengesan sambil menuju kamar mandi.
"ih.....jorok kamu Rid. Hm, kamu cuma bawa barang segitu aja Rid?" aku menunjuk ke arah tas punggungnya.
"iya, kenapa Nel?" jawabnya sambil mengaduk-aduk isi tasnya
"gak apa-apa. dua minggu di Surabaya cuma segitu?"
"gampanglah Nel...aku mandi dulu ya...tuh remote kalau mau nonton TV. Lalu aku mengangguk. Aku lihat Farid sudah masuk ke kamar mandi. Arch...ini gila. Aku mencengkeram kuat-kuat kepalaku, aku acak-acak rambutku. How crazy is this !

Apakah ini bisa dinamakan kencan Rid? Aku menanyainya dalam hati yang dengan jelas tak akan pernah mendapatkan jawaban. Aku terus memperhatikannya saat dia berjalan di sampingku menuju salah satu mall ternama di Surabaya. Kami lapar. Hm, lebih tepatnya Faridlah yang lapar. Dia kelaparan. Sedang aku masih kenyang, perutku terisi penuh oleh air. Yeah, meskipun sebenarnya ingin makan.

Aku duduk di depannya. Dengan jelas bisa memperhatikan wajahnya yang banyak ditumbuhi bulu-bulu halus. Sempurna.Senyumnya....
Hea....Farid orangnya santai, jujur apa adanya, blak-blakan, dan yang pasti punya selera humor yang tinggi. Satu lagi, porsi makannya luar biasa besar. Hahahaha. Maklum saja, badannya juga besar tinggi. Saat aku menggodanya dengan perkataan "kamu lho gendut Rid", dia selalu mengelak "tubuhku memang gede tapi lihat nih perutku gak buncit". Hahahahaha. Farid Farid....

Saat diketahuinya aku tidak menyelesaikan makanku, Farid berkata "Hei, nasinya dihabiskan nduk. Kasihan tuh petani-petani yang menanam. Gak inget sama orang tuamu di rumah? atau gak kasihan sama orang-orang yang gak bisa makan? hayo...habiskan"
Glek. Deg. Farid. Kamu luar biasa. Aku tahu, hidupmu di Jakarta pasti penuh dengan keglamoran tapi kamu masih sempat untuk mengingat mereka. Luar biasa. Dan setelah itu sedikit demi sedikit aku mulai menghabiskan makanku meskipun sebenarnya perutku sudah penuh, dan lagi aku kebelet pipis. Dan satu lagi, masih ada satu cone besar ice cream yang menanti mulutku. Arch...perutkuuuuuuu.

Aku meringis menahan pipis. Aku pandangi Farid, lalu memasang wajah paling mengenaskan di hadapannya. "Rid, aku kebelet pipis..."
"cari toilet gih..."
Aku serahkan tasku ke Farid juga ice cream yang terus meleleh saat aku menemukan toilet tak jauh dari tempat kami berada. 

Setelah itu, hal luar biasa yang aku lihat dari Farid adalah dia terus membawakan tasku. OMG Farid, kamu gak malu nyandang tas batik ku? itu tas cewek Rid? How cool you man! Tetap dipakainya meskipun sampai berulang kali aku meminta izin untuk ke toilet. Suer. Pipisku gak berhenti gara-gara aku menghabiskan 1 botol Pocari, 1 botol Orange Water, 1 gelas besar lemon tea, dan 1 cone ice cream. Arch....sialan.

Sampai di penjual donat. Hm...aromanya...menggoda.
"kamu mau Nel?" Farid mengagetkanku, memandangku dengan serius.
"gak apa-apa ta Rid?"
"kenapa gak? asal perutmu masih muat aja"
"hehehehe, boleh deh" asik, dalam batin aku melompat kegirangan dibelikan donat ini, sebab sudah lama aku ingin membelinya namun belum ada uang, ups...maksudnya belum ada budget, seperti kata Farid dulu saat mengobrol lewat telepon "bukan gak ada duit Nel, cuma belum ada budget. Duit itu selalu ada"

Kami bingung mau kemana, akhirnya cuma jalan-jalan gak jelas keliling mall. Hei hei....kalau aku tidak meminta tasku kembali, pasti Farid akan tetap memakainya. Makasi Rid :)
Well, sampai di depan bioskop Farid memandangku penuh arti,
"mau nonton?" tanyanya penuh selidik saat aku melihat poster film yang ingin aku tonton, mungkin kelihatan mupeng kali ya?
"nonton? hm....gak apa-apa ta?"
"tapi pulangmu nanti bagaimana? kan udah malam Nel"
Aku menggaruk-garuk tengkukku. Bingung.
"gak jadi deh, kemalaman Rid. Kapan-kapan aja kalo gitu"

Setelah gagal nonton film, kami cuma berputar-putar gak jelas, pergi ke supermarket, dan pergi ke toko-toko asesoris. Lalu memandangi setiap orang yang lewat dan saling melempar komentar tentang mereka. Ternyata Farid adalah tipe orang yang perhatian banget, apalagi sama cewek. Oh man, how crazy you get comments like that about girls! ckckckck...yang berkomentar seksi lah, gendut lah, pakaiannya gak pantas lah, apa lah...bla bla bla. Dasar cerewet, aku juga cewek Rid. Kamu gak lihat aku ya ? Aku menggerutu. Kesal dan juga merasa sedikit risih terkomentari soal gituan.

Setelah puas jalan-jalan gak jelas, akhirnya kami sampai pada titik terjenuh dan tidak tahu harus berbuat apa. Saat melangkahi eskalator Farid mulai bicara.
"ngapain lagi nih Nel?"
"ngapain ya?" aku memutar otak. Masa' mau pulang? hish.....
lalu aku nyeletuk "nonton aja yuk....."
"trus kamu pulangnya gimana?"
"hm...nginep di tempatmu aja" huaaaaaa. duar. jawaban gila. bodoh. tolol. Kenapa aku bisa memberikan jawaban seperti itu? Lalu aku menggigit bibir bawahku, takut kalau Farid menolak dan menyuruhku untuk pulang.
"oke deh, beneran gak apa-apa kalau kamu ke tempatku?" tanyanya penuh selidik.
"gak apa-apa lah. Emang mau ngapain coba?"
"ya gak tahu Nel. Hm, kalau kamu aku apa-apain gimana?"
Deg.
"hahahahaha, diapa-apain gimana? gak takut" jawabku sambil menjulurkan lidah. Oh sinting. Pikirku.

Surat Kecil Untuk Tuhan membuatku banjir air mata. Sesenggukan. Menghabiskan banyak tisu. Sementara Farid hanya cengengesan saat melihatku menangis dan nyeletuk "dasar wong ndeso" hanya gara-gara aku menangis. Arch...sialan kau Rid. Umpatku dalam hati.

Well, aku tak tahu kenapa aku bisa tidur di tempat ini. Aku merasakan dingin AC menyentuh kulitku. Dan yang aku lihat di sebelahku telah terbaring Farid dengan hanya memakai boxer sedang menonton TV. Tak ada rasa canggung sama sekali memakai pakaian seperti itu. Arch... Farid ini gila. Memalukan. Tapi kenapa aku lakukan juga? Berbaring di sebelah lelaki asing? What I want? Sementara aku masih memakai jeans lengkap dengan kaos panjang dan memberikan jarak luar biasa jauh, Kutub utara dan kutub selatan.
"hei Nel, gak panas tidur pakai jeans gitu?"
"gak. Hm...nanti juga aku lepas"

"bawa ganti?"
aku hanya meringis"enggak"

Dan aku sama sekali tidak tahu darimana ini bermula. Tiba-tiba saja Farid memelukku, mencengkeram lenganku dan memagut bibirku. Dan anehnya aku tak melawan, sama sekali. Aku malah menikmati. What the hell. Dimana logikaku? I can't think straight. All soluble in ghostly atmosphere in the room.
Dan kau pasti tahu apa yang terjadi berikutnya. Semua terjadi begitu saja.
Banyak malaikat menyingkir dari ruang remang itu. Dan banyak setan bernyanyi di dalamnya. Oh God, I can't do this but I want, I want, I want it. Tubuhku gemetar, darahku berdesir. Tiap sentuhan jari-jari Farid menghadirkan euforia tersendiri. Pelukannya, pagutannya membuatku melayang. Aku menginginkan dia.
But, I can't do one thing, I can' give my "crown" to him. So, I'm still virgin until now.This is just about the gratification of lust, someone who both feel lonely and want each other but do not want to lose the "crown" of each.

Kami tidak pernah tahu kenapa kencan buta kami berakhir di tempat tidur. Setelah itu kami saling tertawa dan menyumpahi perbuatan kami masing-masing lalu tertidur pulas sampai pagi. This is crazy man !

This is unreasonable, u know. Are you satisfied with this blind date?
Yes, I am.

2 komentar:

Faslun blog said... Reply Comment

tulisannnya kecil amat, susah bacanya :hammers

Bibir Beku said... Reply Comment

hehe, kurang besar ya ? maaf...

Post a Comment