October 1, 2011

Cepat Datang, Sebelum Rasaku Berpulang

Bukan hanya tentang menunggu, ini lebih dari itu...

Seperti padang gersang menandus yang menantikan hujan, 
Bergejolak, menggeliat memohon setetes air langit
Membuncah rasa kesepian di ujung dahaga
Mengakar rindu sapuan debu, padamu

Baru saja aku menerima paket novel yang kau janjikan. Coming Home karya Sefryana Khairil yang aku inginkan. Aku tertidur pulas saat tukang pos mengetukkan tangannya ke pintu depan kosan. Tiba-tiba saja seorang teman memasuki kamar, berbicara lirih namun masih bisa ku dengar suaranya yang menyebut tentang paket. Aku terbangun dan mendapati bungkusan kertas kado berwarna kuning dengan motif bunga itu telah tergeletak di atas meja belajarku. Buru-buru aku menyambarnya, segera ku robek kertas pembungkusnya. Dan aku menemukan sebuah tulisan:

"hatiku yang dulu selalu kelabu, kini menjadi penuh warna dengan hadirmu"

Aku membacanya dengan seksama. Aku menyadari sesuatu. Sebuah ketakutan besar menghimpitku tiba-tiba. Cinta. Oh shit. Cinta membuat kepalaku nyeri. Hendak ku pukul-pukul otakku, andai bisa. Namun, aku berpikir lagi. Mana yang lebih berkuasa akan cinta ? otak ataukah hati ? mana yang sering menentukan pilihan dan membuat keputusan ? mana yang semestinya disalahkan ?Arch....aku menjerit sendiri di dalam kamar.

Aku tidak mau kehilangan semuanya. Aku tidak mau. Aku ingin mencinta dan dicinta seperti lainnya. Namun, aku takut. Ini ketakutan yang seperti biasa mengganggu otakku yang sering eror ketika berhasil menjalin hubungan dengan seorang lelaki. Rasaku menghilang, berpulang pada Rahmatullah. Jangan. Aku tidak mau. Tolong, kepadamu yang telah memilihku. Segera datang dan tunjukkan cintamu padaku. Datang padaku dan katakan semuanya. Katakan bahwa kau ingin aku terus di sampingmu. Katakan bahwa kau ingin bersamaku.
Lalu ku benamkan wajahku ke dalam bantal, menahan napas dan mencoba berhenti menyadari semuanya. Menjerit. Menjerit. Menjerit.
Serumit inikah cinta ? sampai membuatku mual, mata berkunang-kunang, kepala nyut-nyutan.
Demi Tuhan, sekarang juga aku membutuhkanmu :'(

Benar aku menunggu hujan dalam tandusku
Hanya saja keraguan terlalu dalam menumbuh, mengakar tanpa ragu

0 komentar:

Post a Comment