February 11, 2016

Kepada Permadi


"Jika kelak tak mampu kudapatkan hatimu, maka kupastikan diriku tetap dapatkan kenangan menakjubkan...yaitu pernah mengenalmu dalam ketabahan"

Terminal. Aku memuji keramaian di dalamnya. dipeluk oleh malam, kuabadikan kenangan menakjubkan. Aku terkesima, tak mampu kusembunyikan wajah kagum di hadapannya. Kegaduhan liar yang sebabkan pertemuan kecil tak terencana itu penuh artian. Aku tak mendamba pun bahkan mencoba menerka adegan yang bakal Tuhan skenariokan. Ini terlalu indah, bahkan untuk dijelaskan pun butuh kata-kata yang tak biasa.

Aku menunggu pertemuan. Seorang asing yang baru kukenal akan datang. Aku tak pernah menerka itu akan ada. Aku tak pernah mencoba membuat sketsa perjumpaan dengannya. Aku tak pernah membayangkan bakal tercipta kenangan, tak pernah. Dan sore itu, selepas adzan maghrib mengudara di langit kota tua aku berjumpa dengannya dengan penuh tanda tanya.

Aku masih ingat dengan benar bagaimana pertemuan tak terencana itu ada. Di persimpangan, berjejeran. Kita berdiri bersebelahan. Saling memegang telepon genggam. Kau di sampingku tapi aku tak menyadari itu. "ayo, aku di sebelahmu" adalah kalimat ajakan untuk ke mushola yang membuatku sadar bahwa orang yang berdiri di sebelahku adalah kamu.

Bisa saja kulempar jantungku sendiri jika saat itu tak lagi ada degup kasar yang berlompatan di dalam dadaku. Sebab pikirku aku telah kaku. Bisa saja kupejam segera mataku jika saat itu tak kutemukan kesima yang membuat pipiku sepanas ubi rebus. Sebab aku merasa malu.

Demi Tuhan Yang Maha Agung....kesima tak bisa kuabaikan. Berjalan di belakangmu, berjalan di sampingmu, bercakap denganmu membuatku takjub luar biasa. Ini lho Permadi....ini lho Permadi...ini Permadi. Permadi yang biasanya hanya kau lihat di akun facebooknya, yang ternyata kakak kelasmu ketika SMA yang sering berseragam pramuka sekarang berdiri di hadapanmu, duduk di depanmu, duduk di sebelahmu. Kau mengobrol dengan lelaki yang kau pikir pendiam namun nyatanya cerewetnya melebihi kau, kau diajaknya mengoceh sepanjang jalan. Kau ditemani, kau menemaninya dalam perjalanan pulang. Kau merasa dilindungi, kau merasa.....

qwertyuiopkageyajvdajajeyhagag

Luar biasa seru. Andai kala itu seluruh orang beku, aku akan berteriak semauku. Aku akan bilang pada dunia bahwa kejadian itu terlalu sempurna, itu terlalu indah. Skenario yang Tuhan ciptakan begitu luar biasa. Dan diam-diam aku cuma bisa bersyukur karena itu. Aku hanya bisa mensyukuri nikmat kecil yang memabukkan itu. Sudah kukatakan dari awal, tak ada rencana. Tak ada pikiran terhadap pertemuan. Tapi Tuhan berkata..tidak seperti itu.

Satu kesempatan itu mungkin tak akan lagi datang. Benar saja. Juli di hari ke dua lima itu adalah hari pertama dan terakhir kita berjumpa. Tidak ada lagi pertemuan. Semua hilang. Namun kenangan malam itu telah kubungkus dengan rapi, telah kusimpan dengan baik, telah kubahasakan dengan indah.

Kepada Permadi, kau salah satu tokoh penting dalam cerita cinta di hidupmu. Dan sampai saat ini aku masih mengharapkan ada pertemuan berikutnya. Tapi Borneo begitu jauh. Laut Jawa memisahkan kita. Tapi katamu, tak ada yang tak mungkin. Bisa saja suatu saat kita bertemu di hari yang tak disangka. Kau bilang, mari berjumpa, mari jalan bersama. Dan setelah mendengar itu, aku jadi berpikir bahwa aku akan menunggumu untuk pulang.

0 komentar:

Post a Comment