February 3, 2016

Mimpi Yang Sempurna

Ada jembatan penghubung dalam ketidaksadaranku yang membawaku ke dalam sebuah pertemuan tak terduga di saat malam tiba. Mimpi itu. Ya, mimpi itu adalah pintu rahasia Tuhan dimana hanya Dia yang punya kuncinya.

Aku sudah tak lagi merindukanmu. Aku tak lagi mengharapkanmu sama sekali. Tapi dalam sekejap mata aku akan merasakan kebalikan dari keduanya ketika aku terbangun dari tidurku.

Mimpiku begitu sempurna karena ada kamu di situ. Semua begitu indah. Ada banyak hal yang tak kita lakukan ketika kita pernah bersama terjadi di dalam mimpi. Kita bahagia di sana. Ada banyak tawa. Ada cinta. Ada banyak adegan yang membuatku terheran-heran sampai harus bertanya kenapa, ada apa, bagaimana bisa ketika aku telah terjaga. Firasat yang tersirat dari kejadian di alam bawah sadarku bicara bahwa masih ada sesuatu yang tersisa. Namun bagaimana bisa saat kenyataan berkata bahwa kau telah meminang perempuan lainnya?

Sepuluh tahun telah berlalu dan kita sama-sama pergi ke jalan yang kita pilih sendiri. Terus terang aku ragu jika kau masih memikirkanku. Kau telah bahagia bersamanya. Sedangkan aku? Masih berkutat mencari kebahagiaan itu. Kau tak akan pernah tahu bahwa kau adalah mantan terindah yang pernah aku miliki.

Mantan terindah yang tak akan pernah digantikan posisinya oleh mantan lainnya. Satu-satunya mantan yang membuat hidupku menjadi seperti drama anak muda di layar kaca. Mengharapkanmu adalah satu bentuk kesemuan yang nyata. Kekasih pertama masa putih biru. Masa pertama dimana aku merasa memiliki dan dimiliki dengan bahagia. Segala kenangan masa muda belia yang sangat berharga telah kudapatkan darimu. Terimakasih, mantan terindahku.

Hei celaka, aku mulai merindukanmu karena mimpi-mimpi itu. Ada perlu apa mendatangiku? Masih adakah yang belum tuntas? Aku pikir tidak. Aku pikir ini hanya bunga tidur yang punya makna apa-apa seperti apa yang dikatakan oleh kebanyakan orang. Tapi aku penasaran, bagaimana bisa tanpa emosi apa-apa sebuah mimpi bisa tercipta?

Mungkin memang hanya Tuhan yang tahu bagaimana bisa mimpi itu datang ke dalam tidurku. Tuhan mungkin tak pernah menggariskan takdir kebahagiaan untukku bersamamu di dalam kenyataab hidupku. Namun Tuhan begitu sayang padaku sampai membiarkanku berbahagia denganmu di alam bawah sadarku. Kalau kusebut mimpiku yang sempurna adalah hadiah terindah atas perpisahan, tentu tak salah bukan?


1 komentar:

Post a Comment