February 10, 2016

Yang Tak Sempat Terucap

Kau bergegas pulang sebelum aku sempat katakan tentang perasaan yang kusimpan. Aku hanya bisa terpaku di situ. Diam membatu tanpa mampu berkata apa-apa. Tahukah kamu bagaimana hancurnya aku melihat punggungmu yang hilang di kejauhan?

Otakku berusaha keras untuk mengartikan maksud dari hati. Jantungku berdegup liar tatkala mataku berhasil mengunci jarak sedemikian dekat. Aku tak tahu lagi harus memulainya darimana. Lidahku kelu, menggulung malas untuk bicara tentang cinta. Kau yang seperti biasanya, tak acuh pada sekitar dan hanya sibuk menyeruput kopi hitammu. Sejujurnya aku ingin segera mengakhiri degup aneh yang kurasakan ketika tak bersua denganmu. Perasaan asing yang mengalir bebas tanpa kuminta untuk datang. Kali ini aku ingin memastikan bahwa perasaan ini bukan hanya rasa penasaran.

Tapi tetap saja, aku takut dan bimbang. Seluruh kata tentang cinta terkunci rapat di ujung tenggorokan. Keringat dingin terasa mengalir di bagian belakang tubuhku. Degup jantungku berlarian lagi. Bagaimana caranya untuk memulai percakapan sederhana? Dan kemudian yang terjadi hanyalah percakapan ringan dan banyolan seperti biasanya.

Lalu aku pun akhirnya duduk sendirian menghadapi gejolak di dalam dada yang semakin tak tahu kemana arahnya. Kau pergi meninggalkanku tanpa rasa curiga sama sekali. Kau tak bertanya apapun tentang diriku yang menjadi sedikit berbeda dari biasanya. Dan dari situ aku sadar bahwa aku selalu sama di matamu.

Aku tahu bahwa aku tak mampu mengatakan segala tentang perasaan. Masih ada rasa takut kehilangan jika kau pergi meninggalkanku karena sebuah perubahan. Tapi dalam hati yang paling dalam aku sangat ingin bicara bahwa aku cinta. Ya, aku mencintaimu...kawan.

L

1 komentar:

Adibriza said... Reply Comment

Tembak lik,,, Tembak,,, hahaha

Post a Comment